All Chapters of Dilema: Diperebutkan Bos dan Ketua Geng Motor: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
Tidak Ada Pilihan
Fathan menatap mata Alina dengan baik. Ia mencoba mencari jawaban dari apa yang Alina lakukan saat ini. Wanita yang tidak pernah ia sangka bisa berbicara seperti itu. Wanita yang selama ini terus saja bersikap acuh tak acuh dan dingin.Lalu ketika Fathan mendengar kembali pertanyaan dari Ethan. Terlihat di wajah Alina bahwa ia cemas dan tidak menjawab. Lalu entah dari mana keberanian dan pikiran itu muncul, Fathan menjawab pertanyaan Ethan dengan mantap."Iya, kami berpacaran."Alina, Ethan dan Harun sama-sama terkejut mendengar jawaban dari Fathan. Ethan menatap Alina cukup lama, sedangkan Alina mengalihkan pandangannya dari Ethan. Tidak ada pembicaraan apa-apa lagi setelah itu.Ethan pergi meninggalkan Alina begitu saja. Tapi terlihat jelas di mata Ethan bahwa ia merasa kecewa mendengar jawaban dari Fathan. Tapi Ethan juga tidak bisa melakukan apa-apa, dia sudah melukai perasaan Alina dan ia juga tidak berani untuk bertanya lebih jauh.Harun mendekati Alina seraya melihat ke arah Et
Read more
Polos, Lugu dan Tampak Sedih
Fathan berlari dengan kencang kemudian melayangkan tendangan pada Jonathan. Jonathan melihat Fathan yang terlihat sangat marah. Pria jahat itu memerintahkan gengnya untuk tetap membawa Alina. Tapi Fathan segera meminta anggota gengnya menghalang anggota geng Jonathan."Hah, Fathan, sebaiknya kamu nggak usah ikut campur urusan aku," ucap Jonathan.Fathan melihat Alina kini sudah berada di tangan gengnya. Fathan mendekati Alina dan memakaikan jaketnya pada Alina. Lalu meminta Harun untuk membawa Alina ke ke rumahnya."Woy!" pekik Jonathan dengan penuh amarah."Aku nggak tau kalau kamu bakalan berbuat serendah ini Jonathan, kamu bener-bener sampah." Fathan mulai memukul Jonathan begitu ia mengakhiri ucapannya. Jonathan terkena pukulan itu dan membalasnya. Anggota geng yang lain juga ikut berkelahi satu sama lain di gang sempit dan gelap itu.Fathan berkali-kali memukul wajah Jonathan karena telah lancang mencium Alina dengan paksa. Jonathan pun melawan balik dengan menendang Fathan lalu
Read more
Jangan Dekati Dia, Dia Sekarang Milikku
Lisa baru bangun dari tidurnya, ia merasa sangat lelah mengingat kejadian malam itu. Lisa masih merasa sedikit syok dengan apa yang ia lihat semalam. Ia masih saja merasakan cemas terhadap Alina, walaupun Alina telah mengirimi ia pesan."Apa aku coba hubungi Alina lagi ya?" batin Lisa.Akhirnya Lisa mengambil ponsel-nya dan menghubungi Alina. Tapi sudah beberapa kali Lisa menghubunginya Alina tidak menjawab sama sekali.Lisa mulai mondar-mandir kesana kemari seraya menggigit jarinya. Lalu terlintas di benaknya untuk menghubungi Ethan, karena bisa saja Ethan sedang berada di kantor yang sama dengan Alina. Tapi setelah berdering satu kali, Lisa segera mematikan panggilan telepon itu."Tidak tidak, jika aku menghubungi Ethan, Alina bakalan marah sama aku, padahal Alina sudah berpesan bahwa aku tidak boleh menghubungi Ethan jika itu bersangkutan dengan dia."Lisa pun meletakkan ponsel-nya di meja dan hendak mandi. Tapi begitu Lisa berpaling, ponselnya berdering. Lisa segera menoleh dan me
Read more
Lagi-lagi Alina Bersikap Dingin
Indah mendekati Fathan di dekat pintu masuk dengan sedikit berlari. “Fathan, gadis itu sudah sadar kembali,” ucap Indah.“Benar Ma? Kalau gitu kenapa Mama ke sini? Harusnya Mama stay di sana dong.”“Iya, tapi gadis itu mau ketemu sama kamu.”“Iya?”Fathan segera bergegas menuju ruangan di mana Alina berada.***Alina melihat kedatangan Fathan. Fathan terlihat sedang mengatur pernapasannya karena ia datang dengan berlari. Fathan mendekati Alina di tempat tidur rumah sakit,“Kamu nyari aku?” tanya Fathan.Alina mengangguk.“Kenapa?”Alina menatap kedua mata Fathan, “Terima kasih, terima kasih banyak kamu telah membantuku sejauh ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku tidak bertemu denganmu waktu itu, dan aku juga tidak tahu bagaimana keadaanku saat ini jika malam itu kamu tidak datang membantuku, terima kasih juga kepada semua teman-teman-mu terutama Mama-mu yang sudah merawat-ku di rumah kalian. Aku tidak tahu harus membalasnya bagaimana, tapi jika kalian membutuhkan b
Read more
Dingin Tapi Perhatian
Ethan tidak fokus ketika rapat karena terus memikirkannya keadaan Alina. Hatinya terus saja khawatir dan tidak bisa tenang sedikitpun. Ethan memijat-mijat kepalanya yang terasa begitu mencengkram padahal dia sedang tidak sakit kepala.Setelah beberapa saat, rapat pun selesai. Ethan segera kembali ke ruangannya masih dengan pikiran menuju pada Alina.Yunda masuk ke dalam ruangan Ethan dengan membawa bekal makanan. Karena Yunda mendapatkan informasi bahwa Ethan tidak makan sejak kemarin.“Sayang, aku bawakan kamu bekal makanan sehat, kamu pasti akan sangat menyukainya (Yunda mulai membuka tutup bekal makanan) kamu tahu Sayang, aku membuat ini penuh dengan cinta dan kasih sayang, ayo sekarang bukan mulutmu AAA.”Ethan diam saja dengan wajah yang kedua alisnya mengernyit. Yunda baru sadar bahwa Ethan tidak menyadari kehadirannya bahkan setelah ia bicara panjang lebar seperti tadi.Yunda yang kesal menghentakkan tangannya di atas meja dengan keras.“Apa dia baik-baik saja?” celetuk Ethan y
Read more
Sama-sama Teringat
Fathan dan Alina kini sudah duduk di meja makan warung pinggir jalan itu. Fathan segera memesankan makanan yang biasa ia pesan.“Bu, biasa ya!”“Oke siap Nak Fathan, dua porsi berarti ya,” sahut Ibu pemilik warung itu seraya melihat ke arah Alina. Alina membalas tatapan Ibu itu dan tersenyum ramah.“Iya Bu, biar anak ini enggak masuk rumah sakit lagi, kan aneh kalau liat dia pakek baju pasien gini,” ucap Fathan. Alina membalas dengan tatapan kesal kemudian mengalihkan pandangannya pada hal lain. Fathan tersenyum kemudian melihat ponselnya memeriksa apakah ada pesan masuk.Tidak berapa lama, pesanan pun datang. Mata Alina terbelalak begitu ia melihat sambal terasi dan rebusan. Ayam panggang yang juga tidak kalah menarik perhatiannya. Kemudian Ibu itu menyajikan berbagai macam hidangan laut juga. Alina hampir tidak bisa menahan salivanya.Fathan lagi-lagi tersenyum dan merasa senang telah membawa Alina ke tempat itu. Setelah semua hidangan disajikan, Alina mencuci tangannya, berdoa dan
Read more
Jonathan Masih Saja Berulah
Fais menuju ke setiap rumah sakit untuk mengetahui dimana keberadaan Alina dan bagaimana keadaannya. Akan tetapi sudah banyak rumah sakit yang ia datangi Alina tidak ada di sana. Fais segera menghubungi Jonathan untuk memberikan kabar itu.“Bos, Alina nggak ada di rumah sakit manapun. Kayaknya dia udah pulang deh.”“Ya udah, kalau gitu intai rumah cewek itu dan cari cela untuk melakukan balas dendam,” jawab Jonathan dari panggilan telepon itu. “Baik Bos.”***Alina saat ini sedang dalam keadaan suasana hati yang gembira. Ia sudah membuat beberapa halaman naskah untuk komik daring. Ia hanya perlu datang ke kantor besok dan bicara pada editor kemudian mereka akan mencari komikus untuk cerita itu.Alina sekarang sedang menyirami semua tanaman yang ada di pekarangan rumah. Wanita itu sesekali tersenyum karena melihat bunga dan kupu-kupu yang hinggap di sana.“Paket!” pekik seseorang dari luar rumah.Alina terkejut dan melihat ke pintu gerbang rumahnya. ‘Aku rasa aku tidak pernah memesan
Read more
Diselamatkan Untuk Kesekian Kalinya Oleh Fathan
Setelah beberapa saat Alina perlahan tidak sadarkan diri akibat obat bius. Lalu Siska segera menghubungi Jonathan dan temannya. Beberapa saat kemudian Jonathan masuk, “Hahaha, akhirnya aku bisa balas dendam sama cewek ini. Aku akan buat Fathan menyesal telah mencampuri urusanku bahkan melukai ku,” ucap Jonathan. Siska juga tersenyum puas atas pekerjaan yang ia lakukan. “Akan kita apakan dia Bos?” tanya Fais.Jonathan melihat seisi rumah Alina. Lalu Jonathan bisa melihat beberapa hiasan mewah di dalam rumah itu. Awalnya dia berniat untuk menghancurkan barang-barang itu karena Fathan sudah memporak porandakan basecamp mereka. Tapi ia mengurungkan niatnya karena terbesit di benaknya rasa kasihan pada Alina. “Kalau aku hancurin semua ini terus cewek ini juga aku hancurin hidupnya nanti, aku takut nanti aku ngerasa bersalah kalau berbuat lebih kayak gitu,” pikirnya.“Udahlah, kita bawa aja dia ke basecamp dulu, nanti baru kita pikirkan apa yang harus kita lakukan sama dia,” ujar Jonathan
Read more
Lagi-lagi Bertemu Fathan
Alina kembali ke rumahnya. Ia pun berbaring di atas kasurnya kemudian menarik selimut dan menutupi tubuh mungilnya itu. Fathan sangat ingin membelai rambut Alina dengan lembut, tapi ia khawatir penulis itu akan marah padanya.“Alina kamu ke rumah aku aja ya, di sana kan ada Mama yang bisa jagain kamu,” bujuk Fathan.‘Lalu kenapa jika memang ada Mamamu di rumahmu? Itu bukan urusanku,’ benak Alina. Alina menatap kedua mata Fathan dan di saat yang sama muncullah Lisa dari gerombolan anggota street motorcycle. Lisa segera menuju pada Alina yang berada di atas kasur. Lisa mengelus-elus rambut Alina dengan tatapan sedih, kemudian memegang tangannya dengan khawatir.“Kenapa? Alina kenapa?” tanya Lisa panik.Fathan hendak menjawab tapi Alina memberi isyarat untuk diam karena dia yang akan menjawabnya. “Aku baik-baik saja Lisa, mereka semua telah membantuku. Nanti akan aku ceritakan padamu apa yang terjadi setelah mereka pergi,” ucapnya. “Fathan, sekali lagi terima kasih. Sekarang Lisa sudah a
Read more
Persiapan Pertunangan Ethan dan Yunda
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Fathan heran.“Fathan, aku takut padamu. Aku tidak tahu sejak kapan rasa takut ini ada dan aku hanya ingin pembahasan dan pembicaraan kita hanya berkaitan dengan pekerjaan. Aku mohon padamu,” jawab Alina kemudian berbalik dan menjauh dari Fathan.Fathan melihat punggung penulis cantik itu. Ia tidak tahu bahwa Alina ternyata menyimpan rasa takut padanya. Entah dari hal apa dan kejadian yang mana yang membuat Alina takut padanya. Yang Fathan ketahui saat ini adalah bahwa ia merasa sedih mendengar pernyataan Alina.Fathan terdiam sesaat di bawah derasnya air hujan yang terus mengenai tubuh kekarnya. Hingga akhirnya Harun datang dan menyadarkan dirinya.“Ngapain kamu ujan-ujanan nanti sakit tau, Mama kamu nanti khawatir. Ayo pulang, aneh banget dapet kerjaan baru malah main ujan-ujanan,” cetus Harun yang tidak tahu apa-apa.“Oy, malah diem aja. Ayok, kita malam ini kan mau ke rumah Aris. Kamu enggak lupa kan Fat
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status