All Chapters of Penguasa Sembilan Pintu Kematian : Chapter 1 - Chapter 10
71 Chapters
Tawaran Ketua Oey
Manor Zhao, Tanah BebasLukisan itu tergantung di dinding ruang belajar. Sebuah lukisan seorang wanita cantik tengah memetik guzheng."Duan Xiao Jiao, akhirnya kekhawatiranku terjadi. Kau mati sia-sia." Zhao Lu Yang, penguasa Tanah Bebas, menatap lukisan itu dengan muram."Ao Yu Long masih hidup dan kau telah mati bahkan tanpa sempat dimakamkan dengan layak. Sungguh malang nasibmu." Zhao Lu Yang menyentuh lukisan itu dengan hati-hati.Duan Xiao Jiao adalah putri bungsu Tetua Duan dan adik Jenderal Duan Xiao Tian, berbeda ibu. Jiao-Jiao adalah putri dari selir, tetapi karena dia satu-satunya putri Tetua Duan, dia dibesarkan di bawah nama Nyonya Di dan dianggap sebagai putri Di Manor Duan."Kau ini konyol atau bodoh. Kau bisa menjadi seorang permaisuri tetapi kau memilih berdiam diri dan memendam semuanya hingga menjadi dendam yang membawamu dalam kematian." Zhao Lu Yang mendesah pelan.Terdengar suara langkah kaki, pelan, mendekatinya dan berhenti di belakangnya. "Tuan Zhao, ada seseor
Read more
Dua Wanita Cantik di Kedai Arak Qiutian
Kedai Arak Qiutian, Tanah BebasUdara panas sangat menyengat disertai angin kering yang membawa debu berterbangan, semakin membuat gerah suasana. Orang-orang mengeluhkan musim panas yang kering dan gersang serta diramalkan akan berlangsung lebih lama."Panasnya!" Nyonya Ling mengeluh seraya mengipasi wajahnya dengan kipas dari bambu yang memiliki ukuran indah di bilah-bilahnya."Nyonya Ling, di cuaca seperti ini meminum arak krisan yang dingin pasti lebih nikmat." Seorang wanita cantik yang duduk di depannya tersenyum dan menatapnya penuh harap."Hei Nona, kau sudah minum terlalu banyak. Jika kau mabuk, aku bisa mendapat masalah." Nyonya Ling menyahut dengan kesal.Bao Yu, wanita cantik itu adalah pelanggan setianya. Hampir setiap hari dia datang ke kedainya untuk memesan arak yang terbaik. Seperti yang dikatakan Nyonya Ling, hari ini Bao Yu telah menghabiskan beberapa kendi araknya."Baiklah! Bagaimana situasi akhir-akhir ini?" Bao Yu menuangkan arak ke cangkirnya. Ini adalah kendi y
Read more
Tamu Wisma Lonceng Naga
Wisma Lonceng Naga, Tanah Bebas"Tuan Xie, sinyal Pedang Es telah muncul kembali. Apa yang harus kami lakukan?" Seorang wanita cantik berpakaian serba hitam menatap Xie Jing Cuan yang seperti biasanya tengah menghibur diri dengan memetik guzhengnya.Lagu merdu mengalun lembut ke seantero wisma. Seakan-akan tengah mengibur para tamu yang tengah kepanasan."Kang Li, informasi apa saja yang kau dapatkan setelah munculnya sinyal Pedang Es?" Xie Jing Cuan bertanya dengan santai tanpa menghentikan petikan senar guzhengnya."Tidak banyak selain orang-orang mulai gelisah. Zhao Lu Yang masih belum bereaksi apapun. Sedangkan kota-kota di Kaili mulai bergerak untuk mempersiapkan musim dingin yang akan datang. Banyak wilayah di Kaili yang gagal panen tahun ini dan dapat dipastikan musim dingin tahun ini akan menjadi musim yang berat. Selain itu Kaisar Ao Yu Long memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Selatan." Kang Lin melaporkan penyelidikannya.Kang Li adalah Ketua Pintu Keempat. Salah satu dari
Read more
Kembali Ke Ibukota
Manor Duan, Perbatasan Utara Kaili"Jenderal Duan!" Seorang pria berlari kencang menuju kediaman sang Jenderal."Ahao kenapa kau lari seperti dikejar hantu?" Seorang pelayan wanita menatapnya dengan heran.Dia tengah menyapu halaman dan menyiram bunga-bunga di halaman. Cuaca yang panas membuat semuanya kering dan berdebu."Bibi, aku harus bertemu Jenderal Duan. Ada berita penting dari Dataran Tengah." Ahao berkata dengan terbata-bata karena napasnya tersengal-sengal setelah berlarian dengan kencang."Baiklah! Aku mengerti, tetapi sebaiknya tarik napas pelan-pelan dan setelah napasmu normal pergilah melapor pada Tuan Jenderal!" Wanita paruh baya itu menyarankan."Baik Bibi!" Ahao menuruti sarannya dan menarik napas pelan-pelan."Aku ke sana Bibi." Setelah napasnya normal dan tidak tersengal-sengal, Ahao bergegas menuju ruangan utama kediaman Jenderal Duan.Jenderal Duan Xiao Tian merupakan putra pertama dari Tetua Duan dari Istri Di, istri sahnya. Meski dia tidak mewarisi kehebatan kla
Read more
Harapan Baru
Pondok Willow, Kaili"Paman Gu, aku sangat bahagia!" Nyonya Tua Feng menatap langit pagi hari yang bersih.Awan putih berarak-arak tertiup angin dan menyisakan langit biru yang cerah. Matahari pagi bersinar dan mulai terasa menyengat."Benar Nyonya, sinyal Pedang Es sudah cukup membuat kita memiliki harapan. Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long tidak akan membiarkan rakyatnya menderita." Paman Gu, pria tua yang sudah mengabdi di Pondok Willow sedari sebelum Lady Ming lahir itu tersenyum tipis."Nyonya Tua Feng!" Seorang pelayan berlari menuju tempat mereka."Aiyo ada apakah? Kenapa kau berlarian seperti itu?" Nyonya Tua Feng menatap gadis itu dengan heran."Ada utusan dari Kota Jiang dan Kota Xia. Mereka ingin bertemu Nyonya!" Gadis pelayan itu melapor dengan rentetan kata-kata yang sangat cepat dan napasnya tersengal-sengal."Aiyo hanya ada tamu dan kau berlarian seperti telah melihat hantu." Nyonya Tua Feng terkekeh dan menepuk bahu gadis itu."Istirahatlah! Setelah itu bantu Nyonya Hu untu
Read more
Kuda Hitam Bertanduk
Beberapa bulan kemudian di Padang Muhly, Dataran Tengah"Hya! Hya!" Lecutan cambuk dan suara teriakan bercampur ringkikan kuda terdengar di tengah padang rumput merah muda.Angin musim gugur yang dingin bertiup cukup kencang mengibarkan rerumputan merah muda yang meliuk bak ombak air yang mengalun di pantai. Menciptakan pemandangan indah jika dilihat dari kejauhan."Tian Min!" Seseorang berteriak keras memanggil sang penunggang kuda."Ada apa?" Tian Min berseru menyahut dan mengarahkan kudanya ke tempat orang itu."Ada berita mengenai mata-mata Lotus Hitam." A Gui, mengambil gulungan kertas yang terselip di leher merpati yang bertengger di lengannya."Benarkah?" Tian Min mengambil gulungan kertas itu, membukanya dan membacanya."Hemm, aku tidak tahu apa yang diinginkan Lotus Hitam. Mengapa mereka menyerang Wisma Nyonya Ning waktu itu?" Tian Min mengerutkan keningnya."Aku tidak tahu. Aku rasa karena mereka
Read more
Badai Pasir Dari Barat
Gurun Barat"Tempat ini sepi sekali," gumam seseorang yang baru saja tiba di sebuah desa.Angin gurun yang kering bertiup dan membawa debu pasir. Membuat jarak pandangnya terhalang."Benarkah ini sebuah desa?" gumamnya lagi seraya melompat turun dari kudanya. Hanfunya yang berwarna putih turut berkibar tertiup angin. Wajahnya tertutup caping bercadar hingga sulit untuk dikenali apakah dia wanita atau lelaki."Apakah ada orang di sini?" teriaknya, berseru memanggil siapa saja yang mendengar seruannya.Masih tak terdengar tanda-tanda adanya seseorang di tempat ini. Hanya desau angin yang terdengar. Perlahan-lahan orang itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Desa mati?" gumamnya lagi seraya menatap rumah-rumah beratap lumpur kering yang terlihat lengang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, meski hanya seekor ayam saja.Namun orang itu tetap waspada meski tidak ada seseorang yang muncul di tempat itu. Dia tidak memba
Read more
Aku Ingin Pulang
"Kau gila!" Fei Yu berteriak saat tubuhnya turut terseret ke dalam air.Pria itu hanya tertawa dan keduanya tergulung ombak yang dibuat oleh Fei Yu sendiri. Setelah beberapa saat air pun menjadi tenang dan keduanya berenang menuju tepi oase."Maafkan aku! Aku tidak bermaksud menyerangmu atau mengganggumu." Pria itu tersenyum dan duduk di tepi oase."Ketua Qilin, apakah begitu caramu meminta maaf?" Fei Yu mendesah kesal saat melihat pria itu justru duduk dengan santai.Ketua Qilin tertawa tergelak melihat ekspresi Fei Yu yang menurutnya sangat lucu."Baiklah aku akan mencari kayu dan membuat api. Kau tunggulah di sini dan jangan kemana-mana!" Ketua Qilin beranjak menuju Qiu yang tertambat di salah satu bebatuan setelah mengeringkan rambutnya."Aku pinjam kudamu!" Serunya seraya melompat ke punggung kuda."Aiyo dasar pria tidak sopan! Kemana kudanya sendiri?" Fei Yu semakin merasa kesal tetapi tidak bisa berbuat apapun.
Read more
Bidadari Dari Hutan Kematian
"Naiklah!" Ketua Qilin membantu Fei Yu untuk menaiki kudanya."Bagaimana denganmu?" Fei Yu menatap pria yang kini memegangi tali kekang kudanya."Aku berjalan kaki. Desa tidak begitu jauh lagi." Ketua Qilin tersenyum dan menunjuk ke suatu arah.Fei Yu memicingkan matanya, tetapi hingga cukup lama memperhatikan, tidak dapat dilihatnya tanda-tanda sebuah pemukiman. Sejauh mata memandang hanyalah pasir yang diselingi dengan pokok kaktus, palem dan kurma."Baiklah!" Fei Yu tersenyum. Perlahan ditepuknya punggung Qiu. Kuda itu meringkik kemudian mulai berjalan pelan-pelan."Fei Yu, bagaimana kabar Gurun Barat?" Ketua Qilin bertanya dengan hati-hati."Aku rasa suku Xiaong Nu mulai bergerak. Namun anehnya mereka seperti kehilangan minat untuk mendobrak pertahanan pasukan Kaili di Barat." Fei Yu menyahut dengan santai.Bagi Fei Yu selama tidak menyentuh dirinya dan menganggu kehidupannya, itu bukanlah urusannya. Suku Xiaong Nu h
Read more
Diserang
"Kita harus segera kembali ke Hutan Kematian!" Fu Rui berjalan bersisian dengan Ketua Qilin.Sedangkan Fei Yu masih duduk di punggung Qiu. Kuda itu berjalan pelan seakan-akan mengerti dia tidak boleh mendahului orang-orang yang mengikuti majikannya."Kenapa terburu-buru?" Ketua Qilin berhenti sebentar dan memetik setangkai bunga berwarna ungu muda dan memberikannya pada Fei Yu. Wanita itu menerimanya dan hanya meliriknya sekilas."Ada kabar dari Hutan Kematian." Sahut Fu Rui tanpa ekspresi."Baiklah! Kita langsung saja melanjutkan perjalanan tanpa mampir ke desa bukan?" Ketua Qilin bertanya."Tidak, kita harus mengambil perbekalan. Setidaknya perbekalan kita harus mencukupi hingga kita tiba di wilayah Kaili." Fu Rui tersenyum tipis."Nona! Nona!" Baru saja Fu Rui selesai berbicara terdengar seseorang berseru-seru memanggil Fu Rui.Seorang bocah lelaki datang bersama kudanya. Dia membawa beberapa barang di punggung kuda i
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status