All Chapters of Falling for Dangerous Man : Chapter 31 - Chapter 40
69 Chapters
Bab 31
Telapak tangan Mahira terasa lembab saat memegangi kenop pintu. Menarik napas beberapa saat, perempuan itu menarik benda di depannya hingga terbuka.Mahira mengenyit. Dua orang, sepasang manusia berdiri di depan pintunya. Dua orang yang asing, belum pernah ia temui dan terlihat sangat ... bekelas.Yang pria, meski rambutnya sudah setengah memutih, dengan setelan kemeja dan celana jin, lelaki yang Mahira taksir lebih tua dari ayahnya itu masih terlihat gagah. Garis wajahnya tegas, tulang pipinya lumayan tinggi, dan matanya hitam.Satu lagi seorang wanita dengan pakaian terusan berwarna hitam. Tatapannya tampak menyelidik, meski melempar senyum ramah pada Mahira."Apa kau Mahira?"Ia mengangguk. Cukup heran karena ternyata tamunya bisa menggunakan bahasa yang serupa dengannya."Kalian siapa?"Mahira sudah belajar dari keadaan. Pun, kata Riga, kalau ada yang bertamu, jika tidak dikenal, maka lebih baik tidak diperbolehkan masuk. Dan Mahira menuruti saran itu, sebab tak ingin menjadi sasa
Read more
Bab 32
"Paman dan Bibi itu punya bisnis yang agak menyeramkan."Baru datang beberapa menit yang lalu, Alex menghampiri Mahira yang sedang menonton di ruang tamu. Bertanya kabar, melempar banyak senyum, kemudian sepupunya Riga itu memulai topik utama dengan kalimat yang terus-terang saja, membuat Mahira penasaran.Tidak menoleh, sejak tadi bersikap tak acuh, Mahira sebenarnya sudah tahu maksud Alex datang sore ini. Pasti untuk menjelaskan sesuatu. Mahira sudah paham polanya.Bila ia berselisih paham dengan Riga, maka Alexlah orang yang akan menengahi. Memberi penjelasan yang Mahira inginkan, yang tak bisa suami si perempuan lakukan.Menyebalkan. Sungguh Mahira jengkel dengan sikap Riga ini. Memang, apa sulitnya lelaki itu sendiri yang memberi penjelasan?"Sayang? Kau dengar aku?"Mahira menengok pada lelaki di sampingnya. "Kau sepupunya Riga atau babunya? Kenapa kau selalu mau disuruh melakukan ini?"Alex mengulum senyum. Matanya berbinar karena akhirnya Mahira sudi menatap."Aku tidak suka m
Read more
Bab 33
Alex tercenung saat mendengar Riga selesai berucap."Apa katamu?" Pria itu bertanya untuk memastikan tidak salah dengar.Riga yang duduk di sofa melirik. "Pertemukan aku dengan Damian," ulang lelaki itu.Untuk pertama kalinya, Riga ingin menghadapi Damian. Menyelesaikan perselisihan di antara mereka. Selama ini, pria itu hanya diam saja, membiarkan sepupunya terus menuduhnya sebagai pembunuh."Kalian mau saling menghabisi?""Kalau itu memang bisa menyelesaikan ini semua."Riga ingin menyudahi satu per satu masalahnya. Damian ini salah satunya. Ia ingin menjelaskan, bahwa pelenyapan yang ia lakukan pada Agnes, semata karena ingin melindungi Damian. Bukan seperti tuduhan Agnes, yang berkata Riga marah karena Agnes menolaknya.Kalau pun nanti Damian tidak percaya, maka jalan terakhir untuk menyudahi ini, seperti yang Alex katakan tadi harus terjadi, tak masalah. Yang penting, masalah ini harus selesai.Riga tak ingin terus-terusan dibuat cemas. Ia tak mau terus-terusan tak pulang ke ruma
Read more
Bab 34
"Kenapa menatapku seperti itu? Makanlah. Aku membuatnya khusus untukmu, Mahira."Pada Alex yang tersenyum di depannya, Mahira bergerak mundur hingga punggung rapat dengan kepala ranjang. Makanan yang pria itu suguhkan ia tatapi lekat."Kenapa, Mahira? Apa kepalamu masih sakit?"Hal terakhir yang Mahira ingat sebelum terbangun di tempat asing ini adalah, ia dan Alex mengalami kecelakaan. Kepala Mahira memang agak sakit, tetapi bukan berarti ia lupa semua hal.Lelaki di tepian kasur berusaha menyentuh rambut Mahira. Namun, si perempuan segera tepis."Makanlah. Kau pasti lapar."Mahira menumpuk keberaniannya. Perempuan itu membalas tatapan dingin lelaki di hadapan."Di mana Alex?" tanyanya dengan suara bergetar.Laki-laki itu tersenyum jenaka. "Alex? Aku di sini." Dia mengangkat rambut yang menutupi dahi. "Lihat? Aku punya bekas luka."Mahira menggeleng ingkar. Ia jauh lebih yakin dengan apa yang dilihat. Pertama, Alex selalu menambahkan panggilan 'Sayang' tiap kali bicara padanya. Dan k
Read more
Bab 35
Warning! 18+Keluar dari gedung tempat ia berlatih tembak, Mahira menemukan Riga di depan. Lelaki itu langsung melempar senyum mengejek. Mahira duga, itu pasti karena wajah lesunya.Riga mengabulkan permintaan Mahira. Lelaki itu memberi izin untuk belajar menembak. Belajar menembak dengan peluru tajam, peluru asli. Pagi tadi Riga mengantarkan Mahira ke sini, dan sore ini si suami datang untuk menjemput.Mungkin tak murni untuk menjemput, tetapi untuk mengejek."Bagaimana? Gendang telingamu sudah pecah?" Tawa Riga mengiringi pertanyaan dengan nada menghina itu, saat si lelaki masuk ke mobil.Mengenakan seat belt-nya, Mahira hanya memasang ekspresi cemburut. Ia lelah, tetapi masih harus menerima ejekan."Kenapa tidak sekalian pingsan saja tadi di sana?" Riga mengungkit apa yang ia dengar dari temannya, si pemilik tempat belajar menembak.Mahira sempat histeris tadi. Saat mendengar suara dentuman peluru dari orang yang berlatih di bilik sebelahnya, perempuan itu berteriak terkejut, berjo
Read more
Bab 36
Warning! 18+ Riga terbangun dan menemukan Mahira masih terlelap di sampingnya. Perempuan itu menjadikan lengan Riga sebagai bantal lagi. Segera si lelaki menarik tangannya yang sudah terasa pegal.Ia menyampingkan tubuh, menatapi wajah lelap Mahira beberapa saat, kemudian pandangannya turun ke arah dada si istri yang sudah penuh dengan cap bibir dan giginya. Senyum tipisnya muncul. Riga ingat kalau Mahira berhasil mengalahkannya malam tadi."Aku sudah selesai. Bagaimana denganmu? Kau bisa puas hanya dengan ini?""Kau gila? Aku bahkan belum mendapatkan apa-apa.""Kalau begitu, apa artinya kau kalah? Kau masih menginginkanku, sementara aku sudah tidak?""Terserah kau saja. Menang atau kalah, aku harus memasukimu sekarang juga. Aku akan meremukkanmu, lihat saja."Sedikit kesal karena mengingat kekalahnnya itu, Riga mencengkeram pipi Mahira yang masih pulas. Niatnya hanya ingin melakukan satu kali, tetapi pipi gadis itu terasa begitu menggemaskan saat ia jepit dengan jari. Jadi, Riga men
Read more
Bab 37
Renzo menarik kerah kemeja Riga, memaksa sang anak berdiri di hadapan. Ia mundur dua langkah. Ujung senjata api mengarah lurus ke pelipis Riga."Lawan aku. Aku akan menembak kepalanya," katanya pada si menantu.Mahira gelagapan. Jantungnya serasa diremas kuat. Sekujur tubuh perempuan itu gemetar dan berkeringat.Renzo merampas senjata dari pinggang Riga. Ia lempar benda itu ke meja. Pria itu tersenyum sinis."Ambil. Pakai itu untuk menjaga seseorang yang kau sebut tadi."Mahira menatap senjata di meja. Matanya memerah, tanpa sadar perempuan itu meremas kuat jemarinya sendiri."Kau bisa pakai Glock, Mahira?" Riga bertanya dengan senyum mengejek. Sama sekali tak ada ketakutan di wajah pria itu, meski saat ini nyawanya berada di ujung tanduk."Aku baru memegangnya hari ini, Bajingan!" Dipengaruhi rasa kesal, takut dan terdesak, Mahira melampiaskan itu semua dengan memaki suaminya.Riga tergelak saat Mahira yang ketakutan melempar tatapan marah padanya. Mata perempuan itu berair. Pipinya
Read more
Bab 38
Masih di rumah orang tua Riga sejak tiga hari lalu. Mahira sedang membantu Riga mengenakan kaus. Mereka sudah dipanggil turun oleh salah satu pelayan, untuk sarapan bersama."Kau yakin bisa jalan? Apa kubawa saja makananmu kemari?" Mahira mengernyit tak nyaman saat mendengar Riga meringis ketika pria itu bangkit dari kasur.Riga menatapi istrinya sebentar, kemudian terbahak. "Kau kira luka kecil ini bisa membun*hku?" Ia mengapit rahang Mahira dengan telunjuk dan ibu jari. "Mengajakmu berkelahi pun, aku masih bisa."Mahira menepis tangan Riga dari dagunya. "Kenapa kau suka sekali melakukan ini padaku? Apa aku anak kecil?"Riga hanya memasang ekspresi malas. Ia pun melangkah duluan, melewati Mahira untuk turun ke ruang makan.Mahira terperangah saat tiba di ruang makan. Sarapan kali ini agak sedikit berbeda. Meja persegi panjang dengan banyak kursi di sana nyaris penuh."Jadi, ini Mahira?"Seorang lelaki dengan kemeja hitam beranjak dari kursi dan menghampiri Mahira. Pria itu langsung m
Read more
Bab 39
"Kenapa dia demam?" Riga bertanya dengan kernyitan di dahi, pada Frans yang baru saja memeriksa keadaan istrinya."Itu karena lukanya terlampau banyak. Aku sudah memberi obat agar luka-luka itu tidak infeksi. Jika dia sadar, berikan obat dan buat dia makan yang banyak." Frans menepuk bahu Riga. "Jangan cemas. Aku sudah memberikan obat yang paling bagus. Istrimu akan segera pulih."Riga tidak mengantar tetangganya itu sampai keluar. Ia memilih menemani Mahira. Duduk di tepian ranjang mereka, kemudian memandangi wajah penuh lebam itu dengan tatapan nanar.Mahira babak belur. Seharian bersama Damian, Mahira pulang dalam keadaan nyaris ma t*. Tubuh perempuan itu penuh luka lebam, beberapa say*tan benda tajam dan juga lecet.Riga belum sempat menanyakan apa yang sepupu dan istrinya bicarakan, sampai mereka berdua berakhir dengan kondisi mengerikan. Kata Alex, Damian juga terluka. Damian mengalami luka t*mbak dan tus*k di dada.Ini hari kedua perempuan itu belum juga bangun. Riga sudah bosa
Read more
Bab 40
Suara senj*ta api yang meletuskan pe luru membuat sebuah ballroom yang ramai seketika menjadi senyap. Semua orang berhenti dari aktivitas mereka dan serempak menoleh ke asal suara tembakan. Tak terkecuali Riga.Pria itu mematung, dengan sekujur tubuh terasa kaku. Matanya tak membola terkejut seperti orang-orang di sana. Mata lelaki itu seketika diselimuti kekosongan.Kepala Riga diserang sakit yang teramat untuk beberapa detik. Di matanya, muncul kilasan beberapa peristiwa. Dimulai dari Mahira yang menolong anak jalanan yang nyaris di puku li pre man. Mahira yang tersenyum, Mahira yang hanya melirik malas padanya. Kemudian, bayangan saat Mahira menangis.Riga mengerjap. Gelas di tangan yang sempat ia cengkeram kuat, akhirnya terjatuh ke lantai. Pria itu mundur satu langkah, sebab tubuhnya seolah dihantam sangat kuat.Mahira di sana. Di hadapannya. Tergeletak tertelungkup di atas lantai yang dingin. Dengan bagian punggung dress putih si perempuan yang dihiasi noda da rah.Tak jauh dari
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status