All Chapters of Falling for Dangerous Man : Chapter 21 - Chapter 30
69 Chapters
Bab 21
"Dia dibuang oleh keluaga besarnya." Pada kalimat Alex, Mahira mendengarkan dengan serius. Perempuan itu bahkan sudah menekuk kedua lututnya di atas sofa dan menghadapkan tubuh sepenuhnya pada Alex di ujung. "Karena apa?" Malam ini, Mahira kembali mengorek informasi dari sepupunya Riga itu. Sebenarnya, Mahira merasa lebih seru kalau mendengar langsung dari si empunya cerita. Namun, ia sangsi Riga akan mau berbagi lagi kali ini. "Mantan istrinya membuat fitnah kejam." Sudut- sudut bibir Alex jatuh. Pria itu tampak sendu. Melihat ekspresi demikian, Mahira menyipit curiga. "Kejam bagaimana? Dia sudah kejam. Apa ada yang bisa menyakiti iblis seperti dia?" Alex tersenyum girang. "Apa kau sungguh masih membencinya sebanyak itu, Sayang?" "Apa alasannya aku harus tak membencinya?" Mencoba menyelami dua mata coklat Mahira, Alex tersenyum getir. "Kau bukan pembohong yang baik, Sayang." Mahira membuang pandangan ke depan. "Jadi? Fitnah apa?" "Mantan istrinya itu mengadu pada semua oran
Read more
Bab 22
Mahira menoleh cepat ke arah pintu yang terbuka. Saat menemukan bahwa yang datang adalah Alex, air muka perempuan itu langsung berubah. Semakin keruh. Ini hari kelima. Dan Mahira masih belum melihat Riga. Si bajingan itu menghilang sejak Mahira di rumah sakit. "Bisakah tidak tunjukkan wajah sedih itu? Kau membuatku makin tak berdaya, Sayang." Alex menaruh buah-buahan yang dibawa ke atas meja. Mahira tak menjawab. Perempuan itu menunduk, menatapi jemarinya sendiri. Ia merutuki diri. Kenapa harus bersedih? Mahira juga tidak tahu. Saat terbangun dan mendapat berita dari Alex soal janinnya yang tak bisa terselamatkan, Mahira merasa ingin sekali menangis. Perempuan itu merasa bersalah dan kehilangan. Walau hadirnya janin itu lewat jalan yang tak pernah Mahira inginkan. Meski masa depan janin itu juga masih abu-abu. Namun, kehilangan ini sungguh melukai hati Mahira. Namun, Mahira tak bisa menangis sejak ia tersadar. Karena kebingungan. Tak ada Riga di sana. Di hari pertama, bahkan sa
Read more
Bab 23
Membuang napas kasar, Mahira menyungging ranselnya di bahu. Perempuan itu mulai melangkah. Namun, langkah itu seketika terhenti saat tiba-tiba saja tanah pijakan Mahira dihujani peluru. Terkejut, panik, tetapi Mahira hanya bisa mematung dengan mata tertutup. Napasnya menderu, tubuh perempuan itu gemetar hebat. Mahira menangis membayangkan kakinya akan segera putus akibat tembakan peluru-peluru itu. Tembakan-tembakan itu akhirnya berhenti. Mahira sesenggukkan ketika membuka mata untuk memeriksa kakinya. Tangisnya pecah saat mendapati kedua kaki masih utuh. Usai mengusapi kedua kaki, Mahira mendongak. Ia menengok ke arah belakang, ke arah datangnya peluru-peluru tadi. Lalu, tangisnya terjeda untuk beberapa saat. Pikir Mahira, yang melakukan hal kejam ini adalah penjahat yang masih mengincar dirinya. Namun, dugaan itu salah. Yang menembaki Mahira adalah Riga. Saat mata mereka bertemu, sama seperti ketika pertama kali pria itu menembak lengannya, Riga tampak luar biasa santai. Tak a
Read more
Bab 24
Warning! 18+ Seluruh tubuh Mahira terasa tak nyaman dan sedikit nyeri saat perempuan itu terbangun. Dari tempatnya berbaring, Mahira menjelajahi sekitar lewat pandangan. Ini seperti dejavu. Ia terbangun di tempat yang asing lagi. Mahira mendudukan tubuhnya. Mengernyit karena rasa pusing yang mendera, ia ingat terakhir kali bertemu siapa. Perempuan itu meringis geram. Ini pasti ulah Riga lagi. Ia pasti berada si sebuah tempat milik pria itu lagi. Dasar penjahat. Mahira turun dari ranjang. Ia keluar dari kamar untuk menemukan kalau tempat yang kini ditempati terasa sedikit berbeda. Jika dua rumah sebelumnya berukuran lumayan besar, yang kali ini jauh lebih kecil. Setelah kamar, hanya ada ruang tamu yang kecil. Dan Mahira tak menemukan Alex, Riga atau Albert di sana. Duduk di sofa, Mahira putuskan untuk menunggu. Tak lama, tiga lelaki yang dicari datang. Alex dan Albert memberi senyum sebagai sapaan, sedangkan Riga, hanya melirik malas. "Aku ingin pulang," pungkas Mahira tegas.
Read more
Bab 25
"Kau hidup di dalam gua?" Itu yang Mahira dengar dari Riga, saat ia mengaku belum pernah masuk kelab malam. Dengan wajah merendahkan, pria itu menatapnya seolah Mahira adalah orang aneh. Di tempat parkir gedung tempat tinggal mereka, yang lebih suka Mahira sebut rusun, saat ini ia dan Riga akan berangkat ke sebuah kelab malam. Lelaki itu yang mengajak Mahira ke sana. Mahira sebenanya ingin protes. Memang, kalau ia belum pernah datang ke tempat hiburan semacam itu, apakah sebuah dosa? Lagipula, selama ini Mahira tak ada waktu melakukan hal-hal demikian. Ia harus mencari uang. Jika libur, bukankah lebih bijak apabila digunakan untuk tidur? Namun, Mahira tahu mendebat Riga adalah sebuah hal sia-sia. Pria itu mana mau paham. Keras kepala, egois pula. "Kita naik motor?" Mahira melihat Riga naik ke atas sebuah motor besar. "Naik mobil merepotkan," balas Riga. "Naiklah." Ia mundurkan kuda besi hingga berada tepat di depan si perempuan. Mahira pun naik ke motor itu. Ia menjaga jarak ag
Read more
Bab 26
"Kau bisa membuat bayi dengan luka itu?"Riga bertanya dengan senyum mengejek di wajah. Pria itu naik ke ranjang, di mana Mahira sudah berbaring.Dua minggu di sini, Mahira akhirnya mendapat sapaan selamat datang. Siang tadi saat di pasar, perempuan itu nyaris ditusuk seseorang yang masih Riga cari. Beruntung Riga sigap, hingga perut Mahira hanya terkena sayatan.Menoleh pada Riga yang sudah berbaring di sampingnya, Mahira memberanikan diri bertanya, "Apa sebenarnya pekerjaanmu? Siapa kau ini?"Riga menghadapkan tubuh pada Mahira. Ukuran ranjang yang tak terlalu besar membuat jarak mereka tak begitu jauh. Riga bisa membaui harum rambut Mahira dari tempatnya sekarang."Masih tidak mau cerita?" tebak Mahira dengan wajah sendu."Di tempatmu, aku membuka kafe. Di sana, aku orang biasa.""Di sini?" Mahira menepis tangan Riga yang sudah mengusapi bibirnya.Riga mengernyit tak suka. "Kau menyogok Alex dengan teh untuk diberi cerita bohong. Apa aku tak boleh minta upah?"Bola mata Mahira berp
Read more
Bab 27
Supir taksi itu bicara padanya. Mahira mengutuk Riga karena ia tak paham apa yang dikatakan si supir. Sekarang, bagaimana Mahira bisa memberi alamat untuk diantar pulang? Dan ... apa nama tempat yang ia dan Riga tinggali?"Can you speak English?" Mahira gemetaran saat bicara. Seumur hidup, ini pertama kalinya ia benar-benar menggunakan bahasa asing untuk bicara dengan orang asing."Oh, sure."Mahira memegangi dada lega. Walau ia tak tahu alamat tempat tinggal Riga, setidaknya ia bisa memberi ciri-ciri tempat itu, 'kan? Semoga saja Mahira masih bisa mengingat kosa kata bahasa Inggris yang dulu pernah ia pelajari saat di sekolah.*** Turun dari taksi dan melihat lapangan rumput luas yang dikenali, Mahira tersenyum girang. Usai membayar ongkos, perempuan itu segera berlari.Mahira senang luar biasa. Ternyata, isi kepalanya masih ada. Perempuan itu masih bisa mengingat apa yang dulu pernah dipelajari di bangku sekolah. Walau tidak seluruhnya, dan ia harus beberapa kali selisih paham deng
Read more
Bab 28
Hujan yang turun sejak pagi membuat suasana hati Mahira makin sendu. Ditengah segunung rindu untuk keluarga, perempuan itu masih harus sedih karena sikap Riga.Pria itu sering pergi belakangan ini. Katanya, mengurusi pekerjaan. Mahira percaya saja. Kalau pun Riga berbohong, memang dia bisa apa?Sehari-hari, Mahira hanya bisa berdiam diri di rumah. Mengerjakan tugas rumah, lalu bosan sepanjang hari. Sedikit bagus kalau Riga pulang, ia bisa punya teman bicara sebentar. Namun, akhir-akhir ini, hanya Albert yang datang untuk menjaga rumah.Di tengah lamunan, Mahira melihat beberapa anak datang ke tanah lapang di depan rusun. Bocah-bocah itu mulai bermain bola di tengah hujan.Pemandangan itu membuat ujung bibir Mahira tertarik ke atas. Anak-anak itu saling berteriak, saling mengejar, lalu tertawa-tawa. Sungguh penampakkan yang sedikit menghibur hati.Tak ingin hanya menontoni, Mahira turun ke bawah dengan lift. Ia datangi anak-anak itu, kemudian meminta izin untuk diajak bermain. Walau bu
Read more
Bab 29
Ada yang mengetuk rumah Riga pukul tiga dini hari. Riga yang memang belum tidur, keluar dari kamar dan membukakan pintu. Bukan orang yang lelaki itu lihat, tetapi sesuatu.Ia mengambil secarik kertas yang ditaruh di atas benda itu. Di sana ada tulisan. Yang menegaskan kalau benda yang dikirim khusus untuk Mahira.Riga menatapi benda itu dengan tatapan dingin. Ia sudah tebak ini akan terjadi. Baginya, ini bukan masalah. Tinggal menyingkirkan benda itu saja dan selesai. Namun, ini tak bisa sesederhana itu lagi sekarang.Lelaki itu membiarkan pintu rumahnya terbuka. Ia ke kamar untuk membangunkan Mahira. Setelahnya, Riga membawa sang istri ke depan pintu."Ini yang kau inginkan?" ucap Riga saat menemukan istrinya membeku dengan tatapan membeliak."Ri--Riga ...." Mahira menarik napas. Tangannya yang gemetar menutup mulut. Perempuan itu luar biasa terkejut dan takut."Aku sudah bilang untuk tak memberinya uang.""Di--dia ibunya Joseph?" Air mata Mahira tumpah di pipi. "Ke--kenapa? Apa--apa
Read more
Bab 30
"Riga membunuh kekasihnya Damian," kata Alex mengulang.Lelaki itu meraih tangan Mahira, saat dilihatnya wajah perempuan itu diliputi gusar. Ia berikan senyum teduh, berharap itu bisa membuat Mahira lebih tenang.Alex memulai cerita dengan menyebutkan nama kekasih saudara kembarnya. Agnes."Riga tahu kalau Agnes hanya ingin balas dendam pada Damian. Agnes bahkan merayu Riga di belakang Damian. Karena itu, tanpa pikir dua kali, tanpa memberitahu siapa pun, Riga melenyapkan Agnes."Meski berusaha bersikap tegar, tetapi Mahira tetap saja merasakan tangan dan bibirnya bergetar. Bagaimana bisa begitu mudah bagi Riga untuk melenyapkan seseorang, bahkan tanpa memberitahu dulu alasannya?Sebenarnya, Riga ini siapa?"Setelah Agnes tewas, saat Damian berusaha membalaskan kematian kekasihnya, Riga memberitahu kami alasan dia melakukan itu. Beberapa percaya, Damian salah satu yang tidak ingin percaya."Alex menambahkan. "Kami kira, yang selama ini diam-diam mengincar nyawa Riga adalah anaknya bib
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status