Lahat ng Kabanata ng Kembalinya Putri yang Terbuang : Kabanata 11 - Kabanata 20
74 Kabanata
Bab 10
Dalam satu sentakan kuat, tubuhku sudah berada dalam pelukan seseorang dengan posisi berdiri dan aku berada di depannya. Mulutku dibekap dengan sebelah tangannya dan kami mundur beberapa langkah menjauhi Ashton. Kulihat Ashton mendadak kebingungan dan pandangannya beredar ke segala arah."Candice? Di mana kau?"(Hei, aku masih berada di depanmu, bodoh. Kenapa dia tidak bisa melihatku?)"Berbisiklah kalau kau ingin berbicara agar kehadiran kita tidak diketahui," bisik pria yang memelukku dari belakang."Hayden, kenapa kau bisa menemukanku?" tanyaku ikut berbisik."Dacros akan sangat mudah melacak keberadaan pasangannya. Apalagi kita sudah bertukar darah dan tanda mate di dada kiri kita menjadi penghubung," jawabnya lalu memakaikan sesuatu ke leherku.Bertukar darah? Bukankah dacros akan meninggal jika meminum darahku? Lagipula sejak kapan dia meminum darahku?"Tenang saja, Sayang. Aku adalah mate-mu, jadi aku tak akan terkena racunmu. Kau tahu, aku adalah semacam penawar bagimu.
Magbasa pa
Bab 11
Pandanganku mendadak kosong. Di otakku sekarang tengah memutar kembali kenangan manis beberapa tahun yang lalu di mana hanya ada aku dan Alvon, tak ada yang lain. Tak ada yang mengusik kisah cinta kami, dan dia adalah sosok pria idaman yang selalu kuimpikan. Alvon selalu menghujaniku dengan cinta dan kasih sayang. Dia selalu ada untukku baik di saat susah maupun senang. Perjuangan gigihnya untuk menarik perhatian kedua orangtuaku akhirnya membuahkan hasil. Ayahku—ayah tiriku—memberikan restunya kepada kami sehingga kami berhasil melangsungkan pesta pertunangan.Ibuku begitu bahagia, begitu juga dengan Airis. Alvon adalah sahabat Airis, dan wanita itu sangat senang karena sahabatnya akan menjadi adik iparnya. Lalu bencana itu datang, dan impianku untuk hidup bersama dengan pria yang kucintai selamanya hancur berantakan hanya karena satu kejadian. Alvon dan Airis bercinta, saat aku tengah menyaksikan ibuku meregang nyawa setelah meminum darahku.Pandanganku memburam dan mataku teras
Magbasa pa
Bab 12
"Bagaimana bisa kau menemukannya di hutan dekat Air Terjun Niagara? Jarak antara Georgia dan New York begitu jauh dan Candice sama sekali belum tahu tempat-tempat yang ada di dunia manusia." Sayup-sayup suara Sharon memasuki indra pendengaranku."Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja dia sudah berada di sana dan aku menemukannya dalam keadaan seperti ini saat hendak mengejar seekor beruang. Bukankah dia seharusnya bekerja di kantormu?" Kali ini suara Ashton yang terdengar seperti sedang mengelak."Aku juga tidak tahu. Aku pikir saat itu dia sedang keluar kantor bersama Mr. Sword untuk menemui klien atau rapat penting, jadi aku tidak mengkhawatirkannya sama sekali," balas Sharon dengan suara yang terdengar semakin jelas.Percakapan mereka masih terus berlanjut dan lama-kelamaan semakin terdengar nyaring di telingaku. Aku mengernyit. Rasanya tubuhku begitu lemah dan sakit. Ada apa dengan tubuhku? Bukankah seharusnya aku masih berada di hutan itu?"Ashton, pelankan suaramu! Kau membangunkan
Magbasa pa
Bab 13
Demi Raja Malaikat yang katanya sungguh tampan, demi Malaikat Pencabut Nyawa yang katanya mengerikan, demi Malaikat Penjaga Neraka yang sudah pasti menakutkan, demi...Oke, hentikan itu Candice! Ini semua salahmu sendiri karena tidak menanyakan nama perusahaan tempat Sharon bekerja. Lebih sialnya lagi kau tidak bisa menghubunginya dan tidak tahu harus menggunakan apa jika ingin menghubungi vampir. Menggunakan telepati? Oh, yang benar saja! Hanya Hayden dan Giga yang bisa mendengarnya, dan aku tak sudi jika harus memanggil mereka. Lalu bagaimana?Tin Tin!"Hei, menyingkirlah dari sana! Kau pikir ini halaman rumahmu?" Tiba-tiba seseorang membentakku dengan kasar.Berhubung aku sedang malas untuk marah-marah dan kelelahan karena berlari dari rumah Sharon ke tempat ini, aku hanya berbalik untuk menatap datar siapapun yang tadi membentakku. Sebuah mobil berwarna merah yang lebih bagus dari milik Sharon berada tepat di hadapanku. Di dalam mobil itu terdapat dua manusia. Salah satunya a
Magbasa pa
Bab 14
Rasanya kenyang sekali. Makanan ini semuanya lezat. Entah apa nama makanan ini, yang pasti aku sangat menyukai makanan bangsa manusia. Lain kali aku akan membawa satu atau dua manusia untuk memasakkan makanan mereka untukku. Tunggu! Memangnya mereka mau kubawa kemana? Rumah di dunia dacros saja aku tidak punya. Baiklah, sekarang waktunya untuk meminum air bunga yang begitu menyegarkan. Oh, rasanya seperti berada di alam terbuka yang begitu alami dan indah. Aku sangat menyukai air bunga."Selesai," ucapku sambil mengelus-elus perutku dengan puas.Aku menatap tiga dacros di depanku dengan kening berkerut. Mereka semua melihatku dengan mulut terbuka dan tampang bodoh. Oh, mungkin karena aku baru saja menghabiskan 10 piring makanan, 3 gelas besar susu, dan 2 gelas besar air bunga? Hm, sepertinya tak ada yang salah dengan itu. Atau aku terlalu rakus? Tapi, bukankah itu adalah hal yang wajar mengingat aku tidak makan selama seminggu?Aku kembali melihat Giga yang menatapku, lalu menatap
Magbasa pa
Bab 15
"Ehem."Jantungku seperti mencelos. Buru-buru kujauhkan wajahku dari wajah Hayden. Aku segera menoleh ke asal suara dan langsung mengangakan mulutku saat melihat siapa yang datang. Satu lagi pria tampan, tapi kadar ketampanannya di bawah Hayden dan di atas Giga. Kulitnya memang tidak seputih milik Hayden, tapi itu justru membuatnya terlihat eksotis. Kedua alisnya sama tebalnya dengan milik Hayden, hidungnya juga mancung seperti milik Hayden, yang membedakan adalah bibirnya lebih tipis dari bibir Hayden yang berwarna merah alami dan sedikit berisi. Dari hasil pengamatanku, terlihat sekali bahwa Hayden dan pria itu memiliki wajah yang hampir mirip, kecuali bentuk rambut dan caranya menatap orang lain. "Sayang, tak bisakah kau menutup mulutmu? Aku jauh lebih tampan daripada dia," protes Hayden. Tangannya mulai bergerak sesuai dengan kehendaknya."Singkirkan tangan nakalmu itu dari tubuhnya, Hayden. Dan kau Ester, cepat lepaskan dirimu dari ksatria es itu. Ibu memanggil kalian untuk
Magbasa pa
Bab 16
"Ayah, kenapa kau membiarkan perempuan sialan itu lolos? Aku bersumpah akan membunuhnya dengan tanganku sendiri!"Aku menatap tak percaya pada pemandangan di hadapanku. Airis sedang menangis histeris sambil memeluk Alvon yang berbaring tak berdaya di atas ranjang. Seluruh tubuhnya berwarna hitam."Terserah! Itupun kalau kau mampu," jawab Raja Galeo dingin lalu meninggalkan mereka.Ada apa ini sebenarnya? Apakah ini hanyalah mimpi? Tiba-tiba tubuhku sudah berpindah ke kamar lain. Kamar yang besar dan mewah dengan Raja Galeo yang tengah memandangi lukisan Ratu Sophia—ibuku—dengan datar."Kupastikan kau akan menjadi milikku selamanya," gumamnya, membuatku mengernyit. Apa maksudnya?Kemudian pemandangan kembali berubah. Kali ini aku berada di sebuah hutan yang lebat dan indah. Dimana ini? Setahuku di wilayah White Dacros tidak ada hutan yang seperti ini. Banyak air terjun kecil dan hamparan berbagai macam bunga yang begitu indah. Pohon yang lebat sama sekali tak menghalangi keinda
Magbasa pa
Bab 17
Akhirnya aku mendapatkan waktu untuk beristirahat setelah tadi Aiden menyuruhku kerja rodi. Bagaimana tidak? Dia membuatku tak bisa beristirahat sama sekali selama menjadi sekretaris Giga. Jika aku emosi sedikit saja, maka tubuhku akan tersengat dan itu membuat Giga terpuaskan karena dia langsung tertawa riang. Belum lagi selama perjalanan dari pintu masuk kantor ke ruangan Giga, banyak pria hidung belang yang terang-terangan menggodaku dan wanita-wanita iri yang mengataiku wanita jalang. Sekarang tubuhku sukses lemah tak bertenaga karena emosiku selalu berhasil tersulut. Untungnya singa es itu tak menggangguku saat makan siang di restoran yang terletak di depan gedung perusahaan."Candice, kau terlihat mengenaskan," ujar Sharon lalu tertawa terbahak-bahak.Aku memutar mata dengan malas, enggan untuk mengeluarkan emosiku karena sengatan menyebalkan itu. Kulanjutkan makan siangku dengan lahap. Semangat Candice! Kau harus banyak makan makanan yang berlemak sebelum singa es itu kemba
Magbasa pa
Bab 18
"Tak akan ada seorang pun yang tahu bahwa kau berada di sini, Cintaku. Hanya ada kau dan aku," gumam Raja Galeo pada sesosok wanita yang terbujur di sebuah tempat tidur berkelambu sutera.Aku mematung di tempatku saat mengetahui siapa sosok cantik itu. "Aku sangat membenci anak itu, karena dia adalah kunci bagi si brengsek itu untuk mengambilmu dariku. Aku bersumpah akan mempertahankanmu dari siapapun yang akan merebutmu. Kau hanyalah milikku, Sophia."Aku menelan ludah sambil melangkah mundur. Tidak! Tidak mungkin!"Kau tahu, aku sudah berhasil mengusir anak itu dari Kerajaan White Dacros. Kudengar dari Alvon bahwa anak itu melarikan diri ke dunia manusia. Huh, dia pikir dia bisa bersembunyi dariku? Aku akan segera melenyapkannya, setelah itu aku akan melenyapkan pria brengsek itu agar tak ada lagi yang mendekatimu."Ada apa ini sebenarnya? Ini berada di mana? Kenapa terasa begitu nyata? Tiba-tiba pemandangan berubah menjadi sebuah jurang yang sangat terjal dan kering. Aku meli
Magbasa pa
Bab 19
"Aku heran kenapa kita malah ke sini alih-alih ke pantai? Bukankah biasanya manusia menghabiskan musim panas di pantai?" tanyaku heran saat Ester menggelar tikar di atas rerumputan.Kalian ingin tahu sekarang kami sedang berada di mana? Di hutan yang sangat lebat yang bernama hutan Amazon. Aku bahkan tak tahu ada di negara mana hutan ini, karena kami sampai ke sini dengan cara menghilang. Oh, tentu saja aku dan Ester memeluk Sharon karena vampir tak bisa menghilang dengan sendirinya."Kau ingin Sharon terus meneteskan air liur karena melihat makanan lezat bergelimpangan di pantai itu, huh?" cibir Ester yang membuat Sharon tertawa.Aku mengangkat bahu tak acuh. Yah, setidaknya di sini banyak bunga liar dan rasanya pasti lebih alami. Tidak seperti di kota manusia, banyak bunga yang rasanya hambar bahkan pahit. Sharon bilang itu karena mereka menyemprotkan obat untuk membasmi hama atau untuk membuat bunga itu bisa tetap tumbuh subur. Aneh sekali. Bukankah di hutan mereka bisa tumbuh d
Magbasa pa
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status