Akhirnya aku mendapatkan waktu untuk beristirahat setelah tadi Aiden menyuruhku kerja rodi. Bagaimana tidak? Dia membuatku tak bisa beristirahat sama sekali selama menjadi sekretaris Giga. Jika aku emosi sedikit saja, maka tubuhku akan tersengat dan itu membuat Giga terpuaskan karena dia langsung tertawa riang. Belum lagi selama perjalanan dari pintu masuk kantor ke ruangan Giga, banyak pria hidung belang yang terang-terangan menggodaku dan wanita-wanita iri yang mengataiku wanita jalang. Sekarang tubuhku sukses lemah tak bertenaga karena emosiku selalu berhasil tersulut. Untungnya singa es itu tak menggangguku saat makan siang di restoran yang terletak di depan gedung perusahaan."Candice, kau terlihat mengenaskan," ujar Sharon lalu tertawa terbahak-bahak.Aku memutar mata dengan malas, enggan untuk mengeluarkan emosiku karena sengatan menyebalkan itu. Kulanjutkan makan siangku dengan lahap. Semangat Candice! Kau harus banyak makan makanan yang berlemak sebelum singa es itu kemba
"Tak akan ada seorang pun yang tahu bahwa kau berada di sini, Cintaku. Hanya ada kau dan aku," gumam Raja Galeo pada sesosok wanita yang terbujur di sebuah tempat tidur berkelambu sutera.Aku mematung di tempatku saat mengetahui siapa sosok cantik itu. "Aku sangat membenci anak itu, karena dia adalah kunci bagi si brengsek itu untuk mengambilmu dariku. Aku bersumpah akan mempertahankanmu dari siapapun yang akan merebutmu. Kau hanyalah milikku, Sophia."Aku menelan ludah sambil melangkah mundur. Tidak! Tidak mungkin!"Kau tahu, aku sudah berhasil mengusir anak itu dari Kerajaan White Dacros. Kudengar dari Alvon bahwa anak itu melarikan diri ke dunia manusia. Huh, dia pikir dia bisa bersembunyi dariku? Aku akan segera melenyapkannya, setelah itu aku akan melenyapkan pria brengsek itu agar tak ada lagi yang mendekatimu."Ada apa ini sebenarnya? Ini berada di mana? Kenapa terasa begitu nyata? Tiba-tiba pemandangan berubah menjadi sebuah jurang yang sangat terjal dan kering. Aku meli
"Aku heran kenapa kita malah ke sini alih-alih ke pantai? Bukankah biasanya manusia menghabiskan musim panas di pantai?" tanyaku heran saat Ester menggelar tikar di atas rerumputan.Kalian ingin tahu sekarang kami sedang berada di mana? Di hutan yang sangat lebat yang bernama hutan Amazon. Aku bahkan tak tahu ada di negara mana hutan ini, karena kami sampai ke sini dengan cara menghilang. Oh, tentu saja aku dan Ester memeluk Sharon karena vampir tak bisa menghilang dengan sendirinya."Kau ingin Sharon terus meneteskan air liur karena melihat makanan lezat bergelimpangan di pantai itu, huh?" cibir Ester yang membuat Sharon tertawa.Aku mengangkat bahu tak acuh. Yah, setidaknya di sini banyak bunga liar dan rasanya pasti lebih alami. Tidak seperti di kota manusia, banyak bunga yang rasanya hambar bahkan pahit. Sharon bilang itu karena mereka menyemprotkan obat untuk membasmi hama atau untuk membuat bunga itu bisa tetap tumbuh subur. Aneh sekali. Bukankah di hutan mereka bisa tumbuh d
Rasanya sakit. Benar-benar sakit. Tapi anehnya bukan di dada kiriku, melainkan jauh di dalam diriku. Seperti nyeri, perih. Apakah itu berarti hatiku yang sakit? "Terkadang apa yang kita lihat dan yang kita dengar tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya." Suara berat namun jernih di belakangku membuatku menoleh. Mataku langsung membelalak hingga tubuhku reflek ikut memutar menghadapnya. Aku membuka mulutku, ingin mengatakan sesuatu namun terasa sulit."Percayalah pada hatimu, jangan pada orang lain yang hendak mempengaruhimu. Aku percaya kau bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang palsu," lanjutnya sambil menatapku dengan sorot mata lembut dan penuh kerinduan.Jantungku berdegup kencang, tubuhku gemetar, lidahku kelu, dan bahkan kakiku pun tak sanggup untuk bergerak menghampirinya. Aku merindukannya. Tidak, aku sangat merindukannya. Kedua mataku terasa panas dan air mataku kubiarkan mengalir begitu saja. Aku tak sanggup menahan luapan rindu yang sebesar ini."Ayah," pan
"Apa?" teriakku dan dengan refleks melompat dari pelukannya. "Jangan bercanda! Bagaimana mungkin? Mereka adalah dua ras yang berbeda!" tukasku, kemudian tertawa hambar. Tawaku perlahan berhenti saat Hayden hanya menatapku datar."Beratus-ratus ribu tahun yang lalu, adalah hal yang biasa ketika ras White Dacros memiliki mate dari ras Black Dacros. Anak mereka tentu saja juga berbeda ras mengikuti ayah atau ibunya. Namun keturunan campuran adalah hal yang langka dan sangat jarang terjadi. Dalam kasus ibumu, ayahnya adalah dacros yang memiliki ilmu tinggi, kekuatan yang sangat hebat, dan hati yang bersih. Ditambah lagi ibunya adalah wanita yang lembut, berhati murni, dan setia pada suaminya. Saat mereka memiliki anak yaitu Sophia, dia memiliki sayap berwarna perak. Kemungkinan karena pasangan suami istri itu sama-sama berhati bersih dan jauh dari sifat jahat," jelas Hayden.Hayden memberiku kode agar aku kembali ke pangkuannya, tapi dengan tegas aku menggeleng. Aku tak akan bisa berkon
Nafasku memburu dan aku berjalan dengan cepat kemanapun kakiku membawa. Aku sedang marah. Marah sekali. Semalaman sampai pagi aku sama sekali tak tidur, dan sekarang aku malah tak bisa tidur karena sudah melewati titik mengantuk. Sialan!"Oh, ayolah Sayang. Kau mau ke mana?""Kemanapun asal menjauh darimu!" jeritku kesal sambil mempercepat langkahku dengan setengah berlari.Baru kali ini aku mengelilingi istana Kerajaan Black Dacros yang begitu luas. Dan itu benar-benar menyulitkanku saat ini untuk melarikan diri dari pria sialan itu. Aku sampai di pertigaan lorong, dan instingku mengatakan bahwa aku sebaiknya ke kanan."Jangan begitu, Sayang. Kau tahu kan hukuman itu yang paling ringan?""Diamlah, brengsek!" bentakku semakin marah.Kakiku sampai pada sebuah taman yang begitu indah. Oh, bahkan taman ini lebih indah daripada taman milik Kerajaan White Dacros. Ck, setelah melihat tempat ini, aku sampai pada kesimpulan bahwa desainer kerajaan White Dacros benar-benar payah dan memil
"Apa kau mau memaafkan aku? Aku sudah berjanji pada Giga dan kedua kakakku untuk tidak kembali lagi ke dunia manusia. Bahkan Giga memberiku ini."Ah, pikiranku melantur kemana-mana, sampai-sampai tak sadar bahwa gadis cantik ini sedang menunggu jawabanku."Hmm, baiklah. Asal kau tak mengulanginya lagi. Kau tahu, kau terlihat mengerikan saat itu. Ngomong-ngomong, kalung yang bagus," pujiku sambil melihat sebuah kalung dengan liontin bintang berwarna merah yang melingkati lehernya.Ester tertawa, kemudian menggenggam kedua tanganku. "Kita kembali seperti semula?" tanyanya dengan mata berbinar-binar.Aku tertawa melihatnya yang begitu antusias. "Baiklah. Eh, tapi bagaimana dengan perusahaan mereka? Aku berada di sini dan tidak boleh keluar juga dari dunia dacros. Lantas yang menjadi sekretaris Giga siapa?""Aku menyuruh Sharon untuk menggantikan posisiku. Aku tidak ingin ada wanita manusia atau makhluk lain yang menjadi sekretaris Giga. Mereka benar-benar seperti jalang, selalu beru
"Jadi maksud pelatihan ini apa?" teriakku sambil menghindari serangan Aiden yang bertubi-tubi.Aku terus berlari menuju ke sebuah batu besar di hutan untuk berlindung, namun sialnya kakiku terpeleset dan aku jatuh dengan tidak elegan. "Ugh, hentikan! Berikan aku waktu untuk beristirahat," pekikku sambil mencabut pedang besar milik Aiden yang baru saja menancap di pinggangku.Nafasku terengah-engah dan tenagaku seakan-akan sudah habis tak bersisa. Aku berlutut sambil bertumpu pada pedang itu. Kepalaku pusing dan tubuhku lemas. "Jadi...kenapa seranganmu selalu tiba-tiba?" tanyaku masih dengan nafas terengah-engah.Aiden berdiri di depanku dengan ekspresi datar. "Kau harus meningkatkan sensitivitasmu.""Tapi setidaknya beritahu aku dulu kalau kau akan menyerangku tadi!" bentakku sambil menatapnya tajam."Musuh tak akan pernah bertindak bodoh dengan memberitahumu terlebih dulu sebelum menyerang. Mereka akan menyerangmu saat kau lengah agar kau kehilangan banyak tenagamu sehingga mu