"Ehem."Jantungku seperti mencelos. Buru-buru kujauhkan wajahku dari wajah Hayden. Aku segera menoleh ke asal suara dan langsung mengangakan mulutku saat melihat siapa yang datang. Satu lagi pria tampan, tapi kadar ketampanannya di bawah Hayden dan di atas Giga. Kulitnya memang tidak seputih milik Hayden, tapi itu justru membuatnya terlihat eksotis. Kedua alisnya sama tebalnya dengan milik Hayden, hidungnya juga mancung seperti milik Hayden, yang membedakan adalah bibirnya lebih tipis dari bibir Hayden yang berwarna merah alami dan sedikit berisi. Dari hasil pengamatanku, terlihat sekali bahwa Hayden dan pria itu memiliki wajah yang hampir mirip, kecuali bentuk rambut dan caranya menatap orang lain. "Sayang, tak bisakah kau menutup mulutmu? Aku jauh lebih tampan daripada dia," protes Hayden. Tangannya mulai bergerak sesuai dengan kehendaknya."Singkirkan tangan nakalmu itu dari tubuhnya, Hayden. Dan kau Ester, cepat lepaskan dirimu dari ksatria es itu. Ibu memanggil kalian untuk
"Ayah, kenapa kau membiarkan perempuan sialan itu lolos? Aku bersumpah akan membunuhnya dengan tanganku sendiri!"Aku menatap tak percaya pada pemandangan di hadapanku. Airis sedang menangis histeris sambil memeluk Alvon yang berbaring tak berdaya di atas ranjang. Seluruh tubuhnya berwarna hitam."Terserah! Itupun kalau kau mampu," jawab Raja Galeo dingin lalu meninggalkan mereka.Ada apa ini sebenarnya? Apakah ini hanyalah mimpi? Tiba-tiba tubuhku sudah berpindah ke kamar lain. Kamar yang besar dan mewah dengan Raja Galeo yang tengah memandangi lukisan Ratu Sophia—ibuku—dengan datar."Kupastikan kau akan menjadi milikku selamanya," gumamnya, membuatku mengernyit. Apa maksudnya?Kemudian pemandangan kembali berubah. Kali ini aku berada di sebuah hutan yang lebat dan indah. Dimana ini? Setahuku di wilayah White Dacros tidak ada hutan yang seperti ini. Banyak air terjun kecil dan hamparan berbagai macam bunga yang begitu indah. Pohon yang lebat sama sekali tak menghalangi keinda
Akhirnya aku mendapatkan waktu untuk beristirahat setelah tadi Aiden menyuruhku kerja rodi. Bagaimana tidak? Dia membuatku tak bisa beristirahat sama sekali selama menjadi sekretaris Giga. Jika aku emosi sedikit saja, maka tubuhku akan tersengat dan itu membuat Giga terpuaskan karena dia langsung tertawa riang. Belum lagi selama perjalanan dari pintu masuk kantor ke ruangan Giga, banyak pria hidung belang yang terang-terangan menggodaku dan wanita-wanita iri yang mengataiku wanita jalang. Sekarang tubuhku sukses lemah tak bertenaga karena emosiku selalu berhasil tersulut. Untungnya singa es itu tak menggangguku saat makan siang di restoran yang terletak di depan gedung perusahaan."Candice, kau terlihat mengenaskan," ujar Sharon lalu tertawa terbahak-bahak.Aku memutar mata dengan malas, enggan untuk mengeluarkan emosiku karena sengatan menyebalkan itu. Kulanjutkan makan siangku dengan lahap. Semangat Candice! Kau harus banyak makan makanan yang berlemak sebelum singa es itu kemba
"Tak akan ada seorang pun yang tahu bahwa kau berada di sini, Cintaku. Hanya ada kau dan aku," gumam Raja Galeo pada sesosok wanita yang terbujur di sebuah tempat tidur berkelambu sutera.Aku mematung di tempatku saat mengetahui siapa sosok cantik itu. "Aku sangat membenci anak itu, karena dia adalah kunci bagi si brengsek itu untuk mengambilmu dariku. Aku bersumpah akan mempertahankanmu dari siapapun yang akan merebutmu. Kau hanyalah milikku, Sophia."Aku menelan ludah sambil melangkah mundur. Tidak! Tidak mungkin!"Kau tahu, aku sudah berhasil mengusir anak itu dari Kerajaan White Dacros. Kudengar dari Alvon bahwa anak itu melarikan diri ke dunia manusia. Huh, dia pikir dia bisa bersembunyi dariku? Aku akan segera melenyapkannya, setelah itu aku akan melenyapkan pria brengsek itu agar tak ada lagi yang mendekatimu."Ada apa ini sebenarnya? Ini berada di mana? Kenapa terasa begitu nyata? Tiba-tiba pemandangan berubah menjadi sebuah jurang yang sangat terjal dan kering. Aku meli
"Aku heran kenapa kita malah ke sini alih-alih ke pantai? Bukankah biasanya manusia menghabiskan musim panas di pantai?" tanyaku heran saat Ester menggelar tikar di atas rerumputan.Kalian ingin tahu sekarang kami sedang berada di mana? Di hutan yang sangat lebat yang bernama hutan Amazon. Aku bahkan tak tahu ada di negara mana hutan ini, karena kami sampai ke sini dengan cara menghilang. Oh, tentu saja aku dan Ester memeluk Sharon karena vampir tak bisa menghilang dengan sendirinya."Kau ingin Sharon terus meneteskan air liur karena melihat makanan lezat bergelimpangan di pantai itu, huh?" cibir Ester yang membuat Sharon tertawa.Aku mengangkat bahu tak acuh. Yah, setidaknya di sini banyak bunga liar dan rasanya pasti lebih alami. Tidak seperti di kota manusia, banyak bunga yang rasanya hambar bahkan pahit. Sharon bilang itu karena mereka menyemprotkan obat untuk membasmi hama atau untuk membuat bunga itu bisa tetap tumbuh subur. Aneh sekali. Bukankah di hutan mereka bisa tumbuh d
Rasanya sakit. Benar-benar sakit. Tapi anehnya bukan di dada kiriku, melainkan jauh di dalam diriku. Seperti nyeri, perih. Apakah itu berarti hatiku yang sakit? "Terkadang apa yang kita lihat dan yang kita dengar tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya." Suara berat namun jernih di belakangku membuatku menoleh. Mataku langsung membelalak hingga tubuhku reflek ikut memutar menghadapnya. Aku membuka mulutku, ingin mengatakan sesuatu namun terasa sulit."Percayalah pada hatimu, jangan pada orang lain yang hendak mempengaruhimu. Aku percaya kau bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang palsu," lanjutnya sambil menatapku dengan sorot mata lembut dan penuh kerinduan.Jantungku berdegup kencang, tubuhku gemetar, lidahku kelu, dan bahkan kakiku pun tak sanggup untuk bergerak menghampirinya. Aku merindukannya. Tidak, aku sangat merindukannya. Kedua mataku terasa panas dan air mataku kubiarkan mengalir begitu saja. Aku tak sanggup menahan luapan rindu yang sebesar ini."Ayah," pan
"Apa?" teriakku dan dengan refleks melompat dari pelukannya. "Jangan bercanda! Bagaimana mungkin? Mereka adalah dua ras yang berbeda!" tukasku, kemudian tertawa hambar. Tawaku perlahan berhenti saat Hayden hanya menatapku datar."Beratus-ratus ribu tahun yang lalu, adalah hal yang biasa ketika ras White Dacros memiliki mate dari ras Black Dacros. Anak mereka tentu saja juga berbeda ras mengikuti ayah atau ibunya. Namun keturunan campuran adalah hal yang langka dan sangat jarang terjadi. Dalam kasus ibumu, ayahnya adalah dacros yang memiliki ilmu tinggi, kekuatan yang sangat hebat, dan hati yang bersih. Ditambah lagi ibunya adalah wanita yang lembut, berhati murni, dan setia pada suaminya. Saat mereka memiliki anak yaitu Sophia, dia memiliki sayap berwarna perak. Kemungkinan karena pasangan suami istri itu sama-sama berhati bersih dan jauh dari sifat jahat," jelas Hayden.Hayden memberiku kode agar aku kembali ke pangkuannya, tapi dengan tegas aku menggeleng. Aku tak akan bisa berkon
Nafasku memburu dan aku berjalan dengan cepat kemanapun kakiku membawa. Aku sedang marah. Marah sekali. Semalaman sampai pagi aku sama sekali tak tidur, dan sekarang aku malah tak bisa tidur karena sudah melewati titik mengantuk. Sialan!"Oh, ayolah Sayang. Kau mau ke mana?""Kemanapun asal menjauh darimu!" jeritku kesal sambil mempercepat langkahku dengan setengah berlari.Baru kali ini aku mengelilingi istana Kerajaan Black Dacros yang begitu luas. Dan itu benar-benar menyulitkanku saat ini untuk melarikan diri dari pria sialan itu. Aku sampai di pertigaan lorong, dan instingku mengatakan bahwa aku sebaiknya ke kanan."Jangan begitu, Sayang. Kau tahu kan hukuman itu yang paling ringan?""Diamlah, brengsek!" bentakku semakin marah.Kakiku sampai pada sebuah taman yang begitu indah. Oh, bahkan taman ini lebih indah daripada taman milik Kerajaan White Dacros. Ck, setelah melihat tempat ini, aku sampai pada kesimpulan bahwa desainer kerajaan White Dacros benar-benar payah dan memil