Semua Bab JANGAN AJARI AKU KATA SABAR!: Bab 41 - Bab 50
55 Bab
Bab 41
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (41)Gadis itu berjalan dengan anggun mengikuti langkah Riko. Beberapa pasang mata melirik, mungkin mengagumi kecantikannya. Dia memang cantik. Diska dan Ivan mewarisi paras Sang Papa yang rupawan, yang menjadi modal utama bagi Ivan menjadi Don Juan. Tapi selama ini yang kutahu, Diska berbeda. Dia pekerja keras, rajin dan penampilannya sederhana. Tapi kali ini dengan gaun berwarna lilac yang menonjolkan kulitnya yang putih itu, dia tampak amat memukau. Wajar, Riko terlihat sangat bangga menggandengnya. Tapi, tahukah Riko, bahwa gadis itu adalah mantan adik iparku? Bahwa latar belakang keluarganya … Pandangan mata Riko akhirnya menangkapku. Dia tersenyum, melewati beberapa tamu undangan dan mendekati aku dan Elena yang baru saja selesai mengantarkan Trisha ke atas pelaminan, duduk di samping Angga. Di bawah anak tangga, suami Elena langsung menyambut tangan istrinya, mengajaknya duduk di sebuah meja bundar dengan empat buah kursi. Disana, Banyu dan Cia jug
Baca selengkapnya
Bab 42
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (42)Bukan sebuah kebetulan dia mengenal Tomi, salah satu anak dari Bu Ristie. Di SMA, Diska adalah bintang kelas. Perpaduan wajah cantik dan otak encer membuatnya menjadi siswi populer. Banyak lelaki menaruh hati, tapi hampir semuanya patah hati karena Diska tak berminat pada lelaki manapun. Baginya, semua lelaki sama saja seperti Papanya. Petualang, dan suka main tangan. Tapi pesona seorang Diska tak mudah untuk diabaikan. Maka, Tomi di seberang sana menyambut tawarannya dengan riang gembira. Setengah tak percaya tentu saja. Dulu di SMA, dia pernah ditolak mentah-mentah oleh gadis itu."Kau mau ku jemput dimana, gadis cantik?"Diska menyeringai. See? Semua lelaki sama saja. Sudah lama mereka tak bertemu dan dia langsung merayu. Dari mana dia tahu bahwa Diska masih secantik dulu?"Aku akan datang ke rumahmu, boleh?""Oh, tentu saja. Emm, di rumah, tak ada orang. Mami sedang ke Jakarta. Dan kakakku … ""Bagus kalau begitu. Aku akan datang malam nanti. Bisa
Baca selengkapnya
Bab 43
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (43)Satu lalat lagi sudah dia singkirkan. Sekarang waktunya beristirahat sejenak.Atau mungkin belum.Baru saja keluar dari halaman belakang rumah Tomi dan berjalan kaki beberapa meter untuk memesan taksi online, ponselnya berdering. Diska mengerutkan kening melihat nama Riko sebagai si penelepon. Sudah jam sepuluh malam, kenapa lelaki itu menghubunginya?Tak ingin membuat Riko curiga, Diska langsung mengangkat telepon. Dia harus bersikap baik agar lelaki itu tak curiga. Tentu saja, Riko adalah jalan utamanya mendekati Ayara. Tidak, dia tak akan menyakiti Ayara secara langsung. Tapi, dia akan melakukan sesuatu yang lebih menyakitkan dari itu. Ayara telah membuat dia kehilangan segalanya, mungkin lebih menyenangkan melakukan hal yang sama dengan itu, membuat Ayara kehilangan dunianya."Diska, kau dimana?"Suara Riko yang lembut dan tenang menelusup melalui speaker ponsel."Aku di rumah. Kenapa?""Oh, tak apa-apa. Aku cuma kangen."Diska menelan ludah. Riko
Baca selengkapnya
Bab 44
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (44)"Apakah ada benda yang hilang?""Sebuah ATM.""ATM milik siapa? Milik Ibu, atau milik korban?Bu Ristie terdiam sejenak, lalu dia menangis tersedu-sedu. Kematian putra bungsu kesayangannya, ternyata membuatnya demikian rapuh. Sementara lelaki yang terlihat memeluknya kemarin, tak terlihat lagi. Kabarnya, lelaki muda itu adalah selingkuhannya, bukan putranya yang satu lagi. Mungkin, seperti itulah Ivan dulu, menjadi lelaki simpanan Bu Ristie demi uang."ATM itu milik seseorang yang pernah memeras saya. Anak-anak saya merampasnya, bermaksud mengambil uangnya lagi. Tapi uangnya sudah tak ada.""Dan siapa orang itu, bisa anda jelaskan?"Bu Ristie diam, menggigit bibirnya yang gemetar. Wajah yang biasanya selalu ditutupi make up tebal hingga tampak sempurna, kini kusut masai. Sisa-sisa air mata menggenang. Kelopak matanya bengkak dan hitam. Dia kini tampak benar-benar seperti perempuan menjelang senja."Semua ini salah saya. Orang itu, mungkin mendendam pa
Baca selengkapnya
Bab 45
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (45)PoV AYARA"Mbak Aya? Kenapa Mbak datang selarut ini?"Aku masuk kedalam rumah, dan menghidupkan lampu depan hingga ruangan terang benderang. Tentu saja aku tahu dimana letak saklar lampu. Aku pernah menjadi menantu di rumah ini."Mbak lancang sekali!" seru Diska. Dia bergerak hendak mematikan lampu tapi aku berbalik dan secepat kilat mencengkram tangannya."Aku ingin tahu, bagaimana seseorang yang sudah mati mengirimiku pesan, ke ponselku, yang hanya dua orang yang tahu nomornya.""Apa nggak mengerti maksud Mbak Aya.""Tomi, anak Bu Ristie mengirimiku pesan belum lama ini. Tadinya aku tak tahu kalau itu nomornya. Tapi tentu saja bukan hal sulit melacak siapa pemilik nomor ponsel terdaftar di dunia ini.""Lalu apa hubungannya denganku?" tanya Diska dingin. Dia menyilangkan kedua tangan di depan dada. Perlahan tapi pasti, dia mulai membuka kedok yang selama ini dipakainya di depanku. Biasanya, meski tak tampil manis, dia tetap menjaga kata-katanya di ha
Baca selengkapnya
Bab 46
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (46)"Diska … "Aku ternganga, merasa kehilangan kemampuan untuk bernapas beberapa saat lamanya. Kupegang kepalaku yang kini sakitnya luar biasa. Ah, kenapa rasa sakit ini selalu datang di saat yang tak tepat? Sementara itu, dua orang yang berdiri di depan pintu kamarku, masuk menerobos dengan cepat sebelum aku sempat melakukan apa-apa.Ayara dan Banyu.Lalu kemana Riko? Bukankah dia bilang akan datang membawa Cia? Aku sudah membayangkan melihat Ayara menangis hingga setengah gila saat melihat kematian dua orang yang dia sayang itu."Aku memberimu kesempatan untuk mengakui kesalahanmu padaku dan pada polisi. Mungkin dengan begitu, hukumanmu akan jauh lebih ringan."Suara Ayara tak berubah, tegas tapi lembut. Aku melirik dua cup es krim di atas meja yang telah kusiapkan untuk menyambut Cia dan Riko. Es krim dengan beberapa tetes cairan yang akan segera mengantar mereka ke surga. Mata Ayara mengikuti arah pandangku. Dia tersenyum."Apakah kau sudah menyiapk
Baca selengkapnya
Bab 47
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (47)PoV AYARAHari itu juga, polisi menggeledah rumah Diska, rumah peninggalan orang tuanya yang dia tempati sendirian sepeninggal kedua orang tua dan kakaknya. Selain polisi dan wartawan, kerumunan tetangga sekitar, bahkan orang-orang entah dari mana datang bergerombol, hingga menyebabkan Kemacetan sejauh setengah kilometer. Semua orang ingin tahu seperti apa kehidupan gadis cantik yang ternyata seorang pembunuh berdarah dingin itu. Dan keadaan semakin gempar, saat polisi keluar membawa sebuah kantong mayat berwarna kuning.Jenazah Gita ditemukan disana! Dalam keadaan diawetkan oleh campuran kapur sirih dan tembakau. Jenazah yang sudah berusia beberapa hari itu, ditidurkan diatas dipan kamar paling belakang.Aku menyaksikan semua itu di depan layar televisi. Duduk bersama Ayah dan Ibu dengan tubuh merinding sekujur badan. Membayangkan bagaimana Diska berhari-hari lamanya, berada satu rumah dengan sesosok mayat. Tidur dan makan sambil menghirup udara yang
Baca selengkapnya
Bab 48
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (48)"Loh, Mbak Atik nggak ikut ke pantai? Banyu dan Cia berdua saja?"Aku terkejut saat melihat Mbak Atik ada di rumah, malah sedang ikutan membuat kacang bawang dengan Mbok Irah. Kacang itu cemilan favorit kami sekeluarga dan buatan Mbok Irah, tak ada duanya."Nggak, Mbak. Saya nggak enak. Masa' bertigaan aja kesananya."Aku tertawa, "Ya, nggak apa-apa, aku percaya kok sama Mbak Atik. Mbak Atik kan sayang sama aku, nggak mungkin mau nikung, hihihi … " Mereka berdua ikut tertawa."Lah, yang mau ditikungnya juga nggak mau loh, Mbak. Ya masa Mas ganteng mau turun level sih. Eh, tapi ngomong-ngomong, Mbak Aya jangan lempeng banget juga, Mbak. Tunjukin dikit kalau Mbak cinta sama Mas Banyu. Ada cemburu-cemburu dikit gitu."Sehabis mengatakan itu, Mbak Atik tertawa. Dia memang sudah seperti kakakku daripada hanya seorang ART. Aku tertawa."Aku malu, Mbak. Aku kan sudah pernah menikah. Dia belum. Aku nggak mau keliatan ngejar-ngejar dia, atau manja-manja. Aduh
Baca selengkapnya
Bab 49
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (49)Angel Natasha, ternyata adalah sepupu Banyu yang baru selesai menamatkan sekolah menengah atasnya di Jakarta. Dia pulang ke kampung halaman kami, karena diterima kuliah di Universitas Lampung. Tapi, bukan itu yang membuat perutku mulas saat dikenalkan padanya. Sebagai adik sepupu, Angel terlalu manja pada Banyu."Sayang, Angel itu adik sepupuku," ujar Banyu tadi. Wajahku pastilah sudah merah padam. Aku cemburu pada sepupunya yang seorang anak kecil. Sungguh memalukan. Banyu lalu menggandeng tanganku dan Cia, berjalan beriringan menuju Villa Banyu. "Jangan bilang-bilang aku cemburu padanya," bisikku jengah sebelum Banyu mengetuk pintu."Hemm, jadi, kamu mengakui kalau kamu cemburu?" Banyu ikut berbisik di telingaku, takut kedengaran oleh Cia.Aku membelalakkan mata, dan Banyu malah berhenti melangkah, menangkup wajahku dengan kedua tangannya dan menatap mataku dalam-dalam. Dan aku seperti terhipnotis, tak mampu mengalihkan pandangan dari matanya. "T
Baca selengkapnya
Bab 50
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (50)"Mama!"Kepalaku sakit dan mataku berkunang-kunang, tapi jelas aku tak salah melihat. Meski wajah tirus itu tampak jauh mengerikan, tapi aku telah mengenalnya selama enam tahun. Lagipula, jalan yang kami lalui memang tak jauh lagi dari rumah sakit jiwa.Aku membuka safety belt dan keluar dari mobil. Di luar, orang-orang sudah ramai berkumpul. Sebagian mereka sibuk menanyakan apakah aku tak apa-apa. Aku mengangguk, rasanya aku baik-baik saja meski dahiku berdarah. Kuedarkan pandangan berkeliling, mencari keberadaan sosok Mama tadi. Tapi nihil."Pak, apa Bapak lihat tadi ada ibu-ibu di depan mobil saya? Yang menyebrang tiba-tiba?""Oh, pasti orang gila kabur lagi itu. Emang sering kejadian kayak gini, Mbak. Bikin celaka aja. Tapi saya nggak lihat, Mbak.""Mbak, ayo ke rumah saya, diobati dulu."…"Aya!"Aku menoleh. Di antara kerumunan orang-orang yang melihatku dan kondisi mobil sedan merah yang sebelah rodanya terperosok ke dalam parit itu, Banyu meny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status