All Chapters of Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku: Chapter 21 - Chapter 30
70 Chapters
Bab 15a
“Loh, bukannya Mas yang kirim bunga sekalian makan siang?”“Aku enggak pernah mengirimkan apa pun.”Saat itu Zayn merasa heran, ia sendiri memang mempertanyakan beberapa buket bunga yang selalu ada di nakas. “Kamu enggak pernah lihat siapa yang ngirim?”“Enggaklah, aku pikir Mas. Ngapain juga aku mengurus hal seperti itu.”“Besok dia ngirim lagi enggak?”“Kenapa cemburu? Lihatlah Mas, kamu punya saingan sekarang.”Kenyataannya meski ia menerima kehadiran Zayn, setiap malam. Ilyas tetap menaruh kebencian, karena sikapnya yang kurang tegas. Kakak perempuannya harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit sampai berhari-hari.Saat itu sejujurnya Zayn merasa sedikit resah. Jika seseorang mengirim bunga dan makanan setiap hari, tentu saja sebagai seorang laki-laki dia paham sekali, apa tujuan dari perlakuannya itu.Malam itu tepat akhir pekan. Jadi, sepertinya Abah baru akan mengunjungi rumah sakit di s
Read more
Bab 15b
Abah mendadak terdiam. Dia sendiri bahkan tak bisa memberikan keterangan atas sesuatu yang tidak dia ketahui. “Kasus seperti ini memang jarang ditemukan, tetapi kami akan melakukan yang terbaik. Beruntung pasien masih dalam pengawasan, kebanyakan pasien yang mengidap depresi, memilih mengakhiri hidupnya dengan cara yang salah. Saya tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Sebenarnya ia bisa saja bangun kapan saja jika ada kemauan kuat, sayangnya pasien sendiri seakan-akan ingin tetap tertidur. Meskipun sudah melewati masa kritisnya, detak jantungnya masih sangat lemah. Bantu doa, ya.”Kepergian Dokter itu sungguh meninggalkan luka yang mendalam, bagi ketiga laki-laki itu. Ketiganya saling diam, sibuk merutuk dirinya masing-masing. Terutama Zayn, karena dalam hal ini dialah yang paling dekat dengan Nada, tetapi yang menjadi yang tidak tahu apa-apa.“Kita 3 orang, tetapi melindungi 1 wanita saja tidak bisa,” kata Abah dengan suara yang gemetar.
Read more
Bab 16
“Ilyas, apa yang kamu lakukan? Kamu sadar enggak, ini rumah sakit. Selesaikan masalah kalian di luar, kamu tak memikirkan Mbakmu, hah? Kalian malah ribut di sini.”Suara Abah begitu menggelegar. Bahkan Ilyas yang sejak tadi, terus saja menyerang Zayn, mendadak menghentikan aksinya.“Sialan! Urusan kita belum selesai. Aku enggak akan melepaskan ibumu.”“Apa maskud kamu bawa-bawa ibu?”“Kamu tanyakan pada wanita tua itu, apa yang dia katakan sampai membuat mbakku berada di sini!”Zayn terdiam, tetapi saat itu petugas keamanan menggiringnya keluar rumah sakit. Atas permintaan Ilyas, Zayn bahkan dilarang menemui Nada. Sungguh berat bagi Zayn harus mengetahui ibu membuat wanita yang ia cintai di ambang kematian. Kenapa setelah semua hal, ia masih saja mencari kesempatan untuk menyakiti Nada. Detik itu juga, Zayn mendatangi ibu yang kini berada di rumah yang ia sewa. Ia tinggal bersama. Setelah ditinggalkan Aya, Gavin bahka
Read more
Bab 17a
“Kamu menyerah, Nad? Maafkan aku yang terlambat menyadarinya.”Siang itu Zayn menuju kantor polisi, Arnav dibebaskan. Anak itu bahkan terus saja bertanya tentang keberadaan Nada.“Kenapa bukan Bunda yang jemput?”“Bundamu lagi istirahat.”“Loh, Bunda sakit lagi? Bukannya Bunda lagi hamil, kok sakit-sakitan terus, adikku enggak apa-apa ‘kan?”Zayn bahkan hanya bisa terdiam. Ia sendiri bingung menjelaskannya.“Ayah jangan diam aja! Semuanya baik-baik aja ‘kan?”Saat itu Zayn benar-benar terganggu dengan rentetan pertanyaan putranya. Ia tiba-tiba saja menghentikan laju kendaraan. Lantas, menatap Arnav, sambil memegang kedua bahunya.“Ayah harap semuanya akan baik-baik saja setelah Bunda ketemu kamu. Jadi bisa ‘kan biarkan Ayah berkonsentrasi menyetir? Ayah bawa ponselmu di belakang. Ambil saja, ada di tas.”“Aku enggak butuh ponsel Ayah, aku hanya ingin tahu kabar Bunda.”“Kalau memang kamu sayang
Read more
Bab 17b
“Kamu lebih sayang nenekmu atau bunda?”“Bundalah Om, dia yang selalu ada buat aku. Andai aku menurutinya, seharusnya semua ini enggak akan terjadi.”“Nav, jika Om melakukan sesuatu pada Nenekmu, apa kamu akan marah?”“Jika ini sakitnya bunda, karena nenek. Aku enggak akan bisa maafin dia.”Ilyas hanya tersenyum saja.“Hapus air matamu, anak laki-laki itu harus kuat.”“Aku mau ketemu dulu. Boleh ‘kan Om? Aku harus jelaskan sama Bunda, kalau aku menusuk anak itu karena dia mau membunuh temanku. Aku hanya membela diri, kalau aku enggak menusuknya, berapa banyak lagi teman-temanku yang jatuh dan meninggal. Percayalah Om, aku enggak mungkin nusuk orang gitu aja. Kalau jadi aku apa Om akan diam aja, kalau ngeliat orang lain mau menusuk anak perempuan yang enggak salah apa-apa?”Saat itu Ilyas bahkan melihat Arnav yang gemetar.“Om tahu niatmu baik Nav, tapi masalahnya tawuran itu bukan perbuatan yang diterima ba
Read more
Bab 18a
“Mas pikir aku percaya. Kalau kamu bicara kemarin, aku bisa saja terkecoh, tapi hari ini aku mengetahui apa yang kamu lakukan ke mbakku. Sudah cukup membuktikan kalau kamu pria sejati.”“Kamu salah, Yas!”Ali terlihat tak terpengaruh dengan keyakinan Ilyas, tentang perasaannya. Ia dengan santainya menepuk pundak pemuda itu.“Enggak semua hal yang kamu percaya itu sebuah kebenaran.”“Mas cuma malu mengakuinya, iya ‘kan? Entah kenapa Mas biarkan semua orang percaya kalau Mas menyimpang, padahal sebenarnya enggak begitu. Sudahlah sudahi pura-puramu. Menikah itu enak.”“Kamu bicara begitu, seperti kamu sudah berpengalaman.”“Karena aku cukup tahu cara membedakan pria yang normal dan menyimpang. Mas Ali enggak punya satu kriteria itu. Biar apa sih, menyembunyikan fakta samai bertahun-tahun?”Sat itu Ali terdiam. Ia hanya bingung kenapa di antara orang-orang yang
Read more
Bab 18b
Arnav melirik Ilyas sekilas.“Kenapa, kamu melihatku?”“Om ada-ada aja.”“Kamu sudah makan?”Arnav menggeleng.“Ayahmu itu, anak bukannya dikasih makan. Urusan begini pun dia enggak bisa diandalkan.”“Om.”“Ya?”“Kenapa Ayah enggak masuk, Bunda sama Ayah baik-baik aja ‘kan?”“Om enggak tahu Nav, sebaiknya kita cari makan dulu. Om belikan makanan yang enak-enak, oke.”“Bagaimana bisa aku makan enak, kalau Mamah masih enggak mau bangun.”“Kalau begitu makan ini saja!”Ilyas mengangkat paper bag yang selalu diberikan Ali.“Dari orang yang tadi di sini, ya?” tanya Arnav.“Kamu kenal?”“Dia ayahnya anak yang aku tusuk. Aku bahkan enggak tahu wajahnya seperti apa, hanya saja cara jalan dan pakaiannya terlihat enggak asing.
Read more
Bab 19a
“Di mana?” “Ali enggak ada di sini, lagi pula kenapa Mbak tanya Ali? Dia bahkan enggak pernah mau masuk ke ruangan. Lagi pula, dari mana Mbak tahu soal Mas Ali? “ Nada hanya terdiam. Ia sendiri hanya mengingatnya secara samar-samar, yang jelas, seolah Ali adalah orang terakhir yang ia temui sebelum ia membuka mata. “Mimpi,” kata Nada. “Bisa-bisanya kamu memimpikan orang lain, aku bahkan merawatmu selama ini.” “Makasih.” “Enggak, aku yang harusnya mengucap terima kasih. Terima kasih karena Mbak udah mau membuka matamu kembali.” “Jangan nangis!” “Aku lebih suka kamu mengomel seperti dulu, dari pada terus tidur seperti ini.” Nada hanya tersenyum saja, meski ia ingin sekali mengusap rambut Ilyas yang tepat di sebelah telapak tangannya, tetapi bahkan untuk menggerakkan tangan saja ia kesulitan. “Nak, ada yang sakit?” tanya Abah. Nada hanya tersenyum. “Enggak usah dipaksa, kamu ingin menjewer a
Read more
Bab 19b
Nada hanya diam saja, sampai Ilyas menyadari Nada menggerakkan jari-jarinya. Pelan ia melakukan gerakkan seperti meremas. Namun, saat itu Ilyas tak mau berkata apa pun.“Aku mungkin akan merepotkanmu Dek, aku enggak bisa jalan.”“Tanpa kamu minta, aku akan bersedia mengajarimu berjalan Mbak.”Nada hanya tersenyum saja.Sejak saat itu Nada mulai melakukan terapi setiap pagi. Butuh waktu berminggu-minggu sampai ia bisa kembali seperti semula. Persendian Nada menjadi kaku dan lemas, karena lama tak pernah digerakkan.Hari itu meski pelan akhirnya Nada bisa kembali berjalan. Meski, ia tetap butuh tongkat, karena tak kuat jika berjalan terlalu lama.Di rumah yang disewa Ilyas, pagi itu Nada begitu semangat melatih kakinya untuk berjalan. Meski belum lancar, ini adalah suatu kemajuan baginya.“Mbak mau aku telepon Arnav?” tawar Ilyas. Hari itu kebetulan jatuh pada akhir pekan.“Jangan, Mbak m
Read more
Bab 20a
“Bunda!”Saat itu Arnav yang tengah memegang pakaian yang baru saja ia dapatkan dari wanita asing yang entah, refleks menjatuhkannya begitu saja. Binar bahagia di wajah Arnav mendadak Sirna berganti dengan pandangan yang nanar mana kala Nada tersenyum sambil merentangkan tangannya.Anak laki-laki itu beranjak bangkit, lantas melangkah dengan cepat, ia memeluk Nada dengan begitu erat. Wanita yang bahkan tak pernah absen ia doakan setiap siang dan malamnya.Kenyataannya bukan hanya Arnav, Bu Utami dan Zayn juga tak akalah terkejut dengan kehadirannya di tempat ini.Zayn ikut bangun dan mendekati Nada. Saat itu Ilpyas sudah ingin melangkah untuk mencegah pria itu, tetapi Abah buru-buru mencegahnya.“Sayang.”Nada hanya diam saja.“Aku bicara padamu, Nad.”Saat itu barulah Nada mau memalingkan pandanganya pada pria itu.“Salim sama Kakek dan Om dulu, ya!” kata Nada sambil menun
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status