All Chapters of Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku: Chapter 11 - Chapter 20
70 Chapters
Bab 9b
“Ibu tuh cuma lagi panas, karena kamu beliin istrimu mobil. Sudahlah tebelin aja kupingmu!” “Enggak bisalah, kasihan Yasmin. Kalau, aku diem terus masa iya aku biarin anak orang jadi bulan-bulanan ibu setiap hari.” “Susah, udah watak mau bagaimana lagi?” “Nanti aku minta Ismail anterin ibu ke rumah Teteh.” “Emangnya ibu mau dianter Mail?” “Ya, harus mau. Kalau, enggak mau sama siapa di rumah, tahu sendiri ibu penakut.” “Terserah saja, tapi tolong kabari Teteh, kalau udah ibu udah jalan mau ke sini.” “Oke, makasih banyak ya.” “Hm.” Panggilan pun dimatikan. Kau tahu meski nada bicaranya paling ketus. Bahkan raut wajahnya yang jutek, kurasa di antara yang lainnya hanya ia iparku yang tak banyak omong.  “Kang….” “Kenapa kok wajahmu sedih begitu?” “Kalau demi membelaku, Akang harus memusuhi semua keluarga. Apa lebih baik aku yang ngalah aja?” “Apa maksud kamu ngomong begit
Read more
Bab 10a
Sebelum ia semakin panik, aku memilih keluar. Melihat pria itu dari kejauhan yang tampak kacau, hatiku tetap saja merasa iba.Beberapa orang mengerumuni Kang Dadan, ada yang menepuk pundak, mengusap punggung juga menasihatinya untuk tenang.“Kang.”“Alhamdulillah.”Tanpa banyak kata pria itu langsung menghambur memelukku. Mengabaikan pandangan orang-orang di sana.“Kamu ke mana aja? Akang pikir kamu pergi gitu aja,” katanya, masih saja tam mau melepaskan rengkuhannya.“Aku cuma ke toilet. Maaf ya, bikin Akang panik.”Saat itu, Kang Dadan baru mau melepaskan pelukannya.“Ngapain aja di toilet lama banget?”Belum juga menjawabnya Kang Dadan sudah memperhatikan tubuhku dengan sangat detail.“Kamu baik-baik aja, ‘kan?”“Sudah lebih baik dari pada tadi.”“Ayo masuk mobil aja. Di luat dingin banget gini, jaketny
Read more
Bab 10b
Entah perasaanku saja atau tidak. Sepertinya Kang Dadan juga sudah tahu rencanaku. Sejak aku mengatakan ingin pergi sikapnya menjadi semakin protektif dan berani. Sejujurnya aku mendambakan ketegasan suamiku sejak dulu, tetapi jika bayarannya adalah ia yang harus dibenci keluarganya. Nyatanya aku tetap merasa sedikit bersalah.Hanya demi membelaku, kamu harus menerima kebencian mereka. Terima kasih ya, tetapi sekarang aku sendiri bahkan mulai ragu pada hubungan ini.~Kami hanya berisitirahat sebentar dan kembali melanjutkan perjalanan. Sampai tiba azan subuh berkumandang. Kang Dadan memutuskan untuk check in di sebuah hotel di kota Tegal.Katanya di sini ada tempat wisata yang bagus, jadi rencananya siangnya kami akan mampir ke sini. Kala itu aku menurut saja, lagi pula sudah lama sekali aku tidak berwisata ke tempat-tempat yang jauh.Setelah salat subuh, Kang Dadan memilih hotel yang cukup jauh dari pintu exit tol.“Kang ini enggak k
Read more
Bab 11b
Seketika aku langsung menengok ke dalam. Hingga, rasanya jantungku berhenti berdetak, begitu melihat darah yang cukup banyak di bagian tempat duduk dan bawah mobil.‘Dia keguguran di mobil?’“Aku enggak tahu kenapa dia selalu begitu keras sama dirinya sendiri. Padahal, dia bisa pergi. Kenapa malah bertahan di sini. Aku enggak akan maafin kalian, kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk sama Mbakku.”Saat itu Ilyas langsung melajukan kendaraannya. Seketika itu juga aku mengikutinya dari belakang. Padahal aku sudah memblokir nomor ibu di ponsel Nada, kenapa juga dia membukanya kembali. Ya Tuhan, kenapa Engkau masih saja mengujinya dengan kehilangan calon buah hati kami, padahal itu satu-satunya hal yang menguatkannya.Tiba di rumah sakit, Ilyas masih tak mau bicara apa pun. Sampai ia memasuki ruangan di mana Nada dirawat di sana.“Puas ‘kan Mas, liat Mbakku jadi kayak begini?” Kali ini aku bisa melihat mata Ilyas memerah. Pria itu bicara dengan volume yang meninggi, tetapi Nada bahkan t
Read more
Bab 11b
Di rumah Ayah dan Ibu sudah menyambutku dengan hangat. Mereka bahkan menyiapkan hidangan yang sangat banyak. Namun, entah terbuat dari apa hati keluargaku ini. Ia bahkan tak langsung bertanya kenapa aku hanya pulang sendiri. Padahal, sebelumnya aku mengabarkan jika pulang bersama suamiku.“Bu, maaf kali ini aku pulang sendiri.”“Sudah masuk dulu, pasti capek ‘kan.”“Nanti dulu, itu koperku masih ketinggalan.”“Tenang, Ayah yang beresin,” ucap Ayah yang saat itu tengah bersiap kembali ke mobil.Namun, malah dicegah Azam di jalan.“Azam aja Yah, nanti sekalian dianterin ke kamar.”Anak itu bukan hanya parasnya yang rupawan, tetapi sikapnya juga sangat pengertian. Ibu dan ayah pasti sangat menyukainya.“Biarin aja mereka rebutan, sudah biasa,” kata ibu, sambil menuntutku untuk masuk ke dalam.“Mau mandi dulu apa makan?”“Mandi dulu aja Bu, udah lengket banget,” ucapku.“Oke. Di kamar kamu sekarang ada water heaternya loh, mandi pakai air
Read more
Bab 12a
PoV 3“Mas tolonglah jangan bikin semuanya makin ribet. Pergi aja!”Ilyas sedikit mendorong kakak iparnya itu sampai keluar ruangan. Ia bahkan butuh mengerahkan sedikit tenaga, karena memang Zayn masih bersi keras untu tetap tinggal“Yas, kamu lihat sendiri ‘kan? Nada mau bicara sama aku? itu artinya dia emang butuh aku.”Bahkan saat itu Zayn masih saja dengan keyakinannya kalau ialah orang yang paling dibutuhkan Nada saat ini.“Jangan memaksaku untuk menggunakan kekerasan. Aku masih menghormatimu, tapi jika Mas masih memaksa buat di sini, jangan salah aku kalau aku bersikap kurang ajar!”Zayn merasa ini tak adil. Dia mengenal Nada, wanita itu biasa marah. Ia hanya perlu waktu sebentar. Zayn yakin, setelah itu semuanya akan baik-baik saja.“Kalau begitu biarkan aku menunggu di luar!”Ilyas hanya menggeleng, pria itu mulai frustrasi. Di sisi lain ia merasa kasihan pada Zayn, tetapi melihat kondisi Nada, hatinya kembali sakit. Mereka masih saling m
Read more
Bab 12b
“Aku enggak akan ganggu kamu kalau mau sendiri.”Seperti raga yang terpisah dengan jiwanya, wanita itu berjalan lurus, melewati beberapa ruangan. Hingga berhenti pada sebuah tempat terbuka hijau.Entah kenapa ia malah duduk di pinggiran lantai rumah sakit. Lalu, mulai terdiam sesaat. Usai, ia menyenderkan punggungnya pada tiang yang berada di sampingnya.Nada masih belum menyadari, jika pria itu masih mengikutinya.“Kamu tahu cara paling ampuh menghilangkan kesedihan, tapi kenapa enggak melakukannya?”15 menit berlalu akhirnya pria itu membuka suara. Ia tak tahan lagi melihat wanita di depannya yang menatap bintang dengan pandangan yang begitu pilu. Bukannya menjawab, Nada hanya diam saja.“Lepas alas kakimu, Nada!”Sekilas Nada mengalihkan fokusnya, seingatnya ia tak pernah memperkenalkan diri saat pertemuan terakhir mereka.“20 tahun yang lalu, seseorang datang padaku sambil berkata, kalau kamu sedih, kita cuma perlu mendongakkan wajah menatap
Read more
Bab 13a
Menyadari Nada tak ada di ranjang, Ilyas yang panik seketika bangun dan mencarinya. Hingga fokusnya teralihkan pada kerumunan orang yang saat itu berada di dekat ruang terbuka hijau. Merasa akrab dengan teriakannya Ilyas nekat menerobos kerumunan.Melihat Nada yang ketakutan, tanpa aba-aba ia mendorong Zayn hingga pria itu kehilangan keseimbangan. Zayn terjatuh di lantai, tetapi Ilyas tak peduli hal itu. Rasa hormatnya menguap begitu saja. Mana kala melihat Nada yang terus saja menangis tanpa suara sambil menutup kedua telinganya.“Ayo ke ruangan lagi, Mbak!”“Mbak enggak mau ketemu dia, Dek.”“Iya, Mbak. Ilyas akan minta dia pergi dan menjauh dari Mbak, oke?”“Mbak udah enggak punya apa-apa, Dek. Apa lagi yang mau mereka minta.”“Enggak akan ada yang ganggu Mbak, aku jamin. Mbak aman sama aku!” Saat itu Ilyas membiarkan pundaknya basah, oleh kesedihan yang selama ini dibiarkan terpendam bertahun-tahun tanpa pernah ada
Read more
Bab 13b
“Gini aja deh, kalau Mas memang benar-benar mau balikkan sama Mbakku. Bisa enggak kamu kosongin rumah itu! bukankah rumah itu juga dibeli pakai uang Mbak Nada.”“Apa maksudmu Yas, aku enggak mungkin mengusir ibuku sendiri!”Ilyas justru tersenyum tipis.“Itulah bedanya kamu dan Mbak Nada. Dia rela menyerahkan apa pun yang dia punya demi kebahagiaan kamu, tapi kamu malah sebalinya. Aku bukannya enggak sanggup menghidupi anak dan istrimu, tapi aku hanya ingin tahu sejauh apa usahamu untuk menjaga keluargamu supaya tetap utuh.”Zayn hanya terdiam. Pilihanya terlalu sulit baginya.“Keenakan dimanjain sama Mbakku ya, udah biasa nyuruh istrinya berkorban. Sampai-sampai cuma ngelakuin hal kecil aja udah nolak duluan. Cemen.”Smirk di wajah Ilyas sungguh menyinggung Zayn. Ia merasa sangat direndahkan sebagi seorang laki-laki, apa lagi saat pemuda itu menggeser tubuhnya dengan kasar, saat ia tak sengaja menghalangi jalannya.Seka
Read more
Bab 14
“Kamu usir Ibu dari sini?”“Aku akan carikan rumah buat ibu.”“Kamu lebih milih orang lain, yang baru kamu kenal, dari pada ibu kandungmu sendiri?”Utami menatap lemah, ia benar-benar tak percaya pada akhirnya putranya bukan hanya berani mengusir kakak kandungnya, tetapi dirinya juga. Sekilas pandangannya menjadi kabur, karena linangan air mata yang menggenang di pelupuk.Hanya butuh satu kedipan saja, untuk membuat wajahnya menjadi basah.“Tolong jangan menangis, aku melakukan ini bukan karena tak menyayangi Ibu. Hanya saja yang ibu lakukan juga tak kalah menyakitkan. Aku baru saja kehilangan calon bayiku, bisakah ibu tenang sedikit. Aku enggak mau mendengar apa pun, terlebih jika yang itu menjelekkan Nada.”Zayn melangkah meninggalkan Ibu yang masih terpaku sambil menangis tanpa suara. Marah, kesal dan kecewa memenuhi perasaannya. Ia memang salah, tetapi haruskah kesalahan ini layak membuatnya terusir di rumah ini.“Ap
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status