All Chapters of AKIBAT SUMPAH AL-QUR'AN : Chapter 21 - Chapter 30
63 Chapters
21. Bu Ayu Mengamuk
Akibat Sumpah Al-Qur'an (21)"Kalau begitu silakan Bu Ayu saja yang menemani mereka nggak papa. Bu Ramlah minta bantuan saya karena anak-anaknya nggak ada yang pedulikan," sahutku dengan yakin. Bukan sok jago, tetapi aku menyuarakan isi hati. Enggan dianggap cari sensasi. Mendengar sahutanku, matanya berkilat. Ia seakan meradang tak terima aku melawan.Bu Ayu mendekat dengan kedua tangan bersedekap. Tubuhku menegang kala ia mengangkat jari telunjuknya tepat di depan mukaku."Ka-kamu--" Bibir dengan polesan lipstik merah menyala itu gemetar dengan rahangnya yang mengeras. Giginya seolah saling beradu karena geram. Aku menyondongkan kepala ke belakang, sungguh gerakanku begitu terkunci. Kaki ini seolah terpaku pada bumi."Sejak kapan kamu menjadi berani? Sejak Ramlah berpihak padamu, iya?" sergahnya, suaranya pelan, tetapi penuh penekanan.Aku tak dapat berkata, hanya menggelengkan kepala yang kubisa. Ada rasa menyesal telah menanggapi ucapannya. Aku seakan serba salah, diam saat ditud
Read more
22. Kayu Bakar
Sumpah Al-Qur'an (22)***Aku menggigit bibir kala melihat Pak Bahri seolah menahan sakit ketika berjalan. Setelah membukakan kembali pintu rumahnya, aku segera melangkah ke rumah untuk menyusul anak-anaknya.Mobil polisi datang dan menepi di pinggiran jalan. Lalu seorang bapak turun dan tergesa ke rumah Pak Bahri. Melihatnya, aku mengurungkan niat untuk membawa anak-anaknya bertemu sang Ayah. Khawatir mereka sedang membicarakan hal serius dengan polisi. Baru setelah polisi itu pulang, aku membiarkan anak-anaknya pulang.***"Di pasar lah, tokonya milik orang Cina," ujar Mbak Tatik pada seorang ibu-ibu. Aku yang baru saja tiba, tak dapat menangkap apa yang mereka bicarakan."Laki apa perempuan, Mbak?" tanya seorang wanita paruh baya. Tangannya terlihat lincah memilah aneka sayuran yang tertata di meja."Perempuan, Buk. Dia baik, nggak suka marah-marah kalau memang nggak disalahin," sahut Mbak Tatik lagi."Sistem kerjanya?" timpal yang lain."Dari jam setengah tujuh sampai pukul dua so
Read more
23. PoV ; Pak Bahul (Mimpi)
Sumpah Al-Qur'an (23)PoV ; Pak Bahul***"Yu, semalem itu ledakan apa?" tanyaku lemah. Untuk sekadar bersuara keras saja aku tak begitu mampu. Bahkan kini Ayu sering uring-uringan saat merawatku. Mungkin ia sudah mulai capek. "Nggak tau! Nggak usah peduliin orang, dirimu aja sendiri peduliin," sahutnya datar. Semalam, dentuman keras membuatku terjaga. Aku tak tahu apa sebab untuk bangkit sekadar mengecek saja tak mampu. Suara itu terdengar begitu dekat. Sekarang, aku begitu trauma kala mendengar suara-suara yang terdengar keras. Khawatir seperti kemarin, kandang kambingku yang roboh. Hingga kini, kandang itu masih terbengkalai. Kesehatanku benar-benar membuat gerakanku terbatas. Dan menghambat segalanya.Terlebih kaki ini sudah sekitar dua minggu tak kunjung sembuh. Tidak ada hasil baik yang didapat. Hasil rontgen dari dokter, tidak menunjukkan adanya patah tulang atau penggeseran. Namun, lain hal yang dikatakan tukang urut, berkata jika tulang lutut ini bergeser. Lalu, lain perkar
Read more
24. Kuah Rawon
Sumpah Al-Qur'an (24)***Hari baru dengan semangat baru. Kali ini, aku bangun di subuh hari dengan perasaan bahagia yang membuncah. Berharap, semoga esok hari dan seterusnya akan selalu kulalui dengan perasaan yang sama. Yakni semangat dan kebahagiaan.Aku segera membuat sarapan dan memandikan Ica. Setelahnya, merapikan diri sendiri. Nia berangkat sekolah masih dengan anak-anak Pak Bahri. Saat kutanya adakah anak sulung Pak Bahri berbuat tidak baik padanya, Nia menggeleng. Ia juga terlihat selalu senang dan semangat berangkat sekolah. Setelah memastikan Nia berangkat, aku mengunci rumah dengan rapat. Lalu segera melangkah menuju pasar. Saat kaki ini menginjak jalan paving, panggilan Bu Ramlah terdengar. Aku membalikan badan."Mau ke mana?" tanyanya penasaran. "Ke pasar, Bu.""Ngapain?" tanyanya lagi. Alisnya yang cetar saling bertaut, seiring dahinya yang mengkerut."Kerja, Bu. Alhamdulillah dapet kerjaan," sahutku semringah.Mulutnya membulat. Bu Ramlah mengangguk-angguk paham."Y
Read more
25. Ada Apa Dengan Pak Bahul?
Sumpah Al-Qur'an (25)***Hampir satu minggu sudah sejak kepulangan Pak Bahri ke rumahnya. Sejak itu pula, tak pernah kulihat Bu Ayu atau Pak Bahul lewat di depan rumah untuk menjenguk saudaranya itu. Apakah mereka belum baikan? Ah, sudahlah! Itu bukan urusanku. Dan, aku tak perlu lagi ikut campur urusan mereka. Sore tadi, saat aku memetik terong di depan rumah, tak sengaja netra ini beradu dengan Bu Ramlah. Namun, ada hal yang tak biasa dari tatap matanya, ia tak lagi menatapku dengan tatapan persahabatan. Aku khawatir Bu Ramlah marah karena penolakanku pagi tadi."Buu ...," sapaku ramah dengan tersenyum. Bu Ramlah melengos, membuang muka tanpa merespon ucapanku. Lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya.Aku tertegun melihat perlakuannya itu. Ia yang tak pernah lagi kulihat menatap penuh angkuh, tak pernah kulihat memandangku dengan tatapan bengis, kini aura itu kembali terlihat dari matanya.Selama satu minggu lebih, sejak Pak Bahri masuk ke rumah sakit hingga ia pulang, aku tak pern
Read more
26. Kotoran Kambing
Sumpah Al-Qur'an (26)"Dek!" Panggilan Tacik membuatku terperanjat."Eh, biasa aja. Kenapa gitu?" tanya Tacik keheranan. Keningnya mengkerut.Aku salah tingkah dibuatnya. Kata 'nikah' tadi seolah terus menggema di telinga, suara-suara asing seakan saling bersahutan menyebut kata nikah. Aku malu dan juga gugup."Nikah?" Aku mengulang perkatannya. Tacik mengangguk masih dengan raut wajah bingung. "Kamu masih muda. Tacik aja yang sudah tua baru setahun lalu nikah, setelah menjanda sekitar sembilan bulan," terang Tacik, membuatku lagi-lagi membelalakkan mata. Kenyataan yang baru kuketahui. Mbak Tatik tak pernah bercerita sebelumnya mengenai keluarga Tacik ini.Aku berdehem pelan untuk sekadar menghilangkan rasa gugup. Entah kenapa, mendengar kata nikah membuatku salah tingkah. Sebelumnya, sama sekali tak pernah terpikirkan olehku masalah pernikahan. Yang ada dalam benak hanya bagaimana membesarkan anak-anak dengan baik, sesuai permintaan terakhir Mas Rahmat."Maaf, Tacik baru menikah?" t
Read more
27. Lelaki Penjual Peci
Sumpah Al-Qur'an (27)Bu Ayu menunduk. Wajahnya tampak sayu. "Kakinya, kakinya kecocok paku, yang bengkak itu kena paku," sahut Bu Ayu lemah. Suaranya bergetar. Aku membelalakkan mata demi mendengar perkataannya."Hah?" Ibu-ibu yang lain menyahuti dengan serempak. Mulutnya membulat. Aku meneguk ludah membayangkan paku yang tertusuk di kaki Pak Bahul. Pastilah teramat nyeri. Sudah berminggu-minggu Pak Bahul hanya terkapar lemah, tak dapat berjalan.Aku memindai sekitar, Bu Ayu sendirian. Entah ke mana Adi dan adiknya. Bu Ayu terduduk di kursi panjang, matanya tampak mengembun. Ia terlihat begitu kalut.Ibu-ibu yang lain pun seketika terdiam, tak lagi banyak bertanya sebab tak ingin Bu Ayu semakin sedih. Ingin rasanya menjenguk ke dalam, tetapi perawat melarang. Katanya waktu kunjungan sudah habis.Bu Hamza dan yang lain terlihat saling berbisik. Menit kemudian, mereka bangkit serentak lalu pamit pada Bu Ayu. Aku termangu, bayangan Mas Rahmat waktu sakit kembali berputar dalam ingatan.
Read more
28. Asti Mulai Berani
Sumpah Al-Qur'an (28)"As, jawab! Malah bengong aja! Ayolah, aku tahu kamu bod*h, tapi jangan tunjukkan kebod*hanmu itu di saat seperti ini. Cepat jawab pertanyaanku!" paksa Bu Ramlah dengan mata melotot.Kalimatnya tadi menghunus jantung. Sepele memang, tetapi menyakitkan. Bu Ramlah terang-tetangan menghinaku dengan sebutan bod*h.Aku memejamkan mata, lalu menarik napas dalam-dalam, setelahnya nengembuskan dengan kasar. Aku tidak boleh diam. Sabar bukan berarti harus diam saja ketika dihina. Aku manusia, memiliki harga diri. Walau aku sendiri tak yakin akan keutuhan harga diriku, setelah berbulan-bulan hanya diam ketika dihina dan diperlakukan dengan sedemikian buruk."Berhenti menyebut saya bod*h, Bu! Saya akan jelaskan bila Ibu bertanya dengan baik. Bukan seperti ini caranya!" bantahku datar. Sama sekali tak meninggikan nada bicara.Mata Bu Ramlah melotot mendengar perlawananku. Ia menatapku lekat, aku tak mau kalah menatapnya penuh menantang. Ucapan Budhe kembali berdengung di tel
Read more
29. PoV ; Bu Ayu (Penyebab Sakitnya Pal Bahul)
Sumpah Al-Qur'an (29)PoV ; Bu Ayu***Aarrgh!Erangan di arah dapur membuatku yang tengah asik menonton film langganan di televisi terperanjat. Aku lekas beranjak menuju dapur, mengingat suamiku yang tak bisa berjalan normal itu di sana. Ia kubiarkan mengesot dengan kaki membujur untuk ke kamar mandi. Langkahku terhenti melihat Mas Bahul dalam posisi tengkurap. Kakinya bergetar seiring erangannya yang kian memilukan. Aku kelimpungan, Adi kubiarkan bekerja setelah beberapa hari hanya diam di rumah untuk menjaga ayahnya itu. Sulungku itu bekerja di kota. Cukup jauh. Ia tak bisa sewaktu-waktu pulang untuk meninggalkan pekerjaannya. "Argghh ... A-ayu!" erang Mas Bahul tak henti. Suaranya seolah tertahan di kerongkongan, membuatku kian panik. Aku sendiri tidak cukup kuat untuk memapah tubuh kekar Mas Bahul. Biasanya dibantu Bahri, adiknya. Pertengkaranku dengan si Ramlah istrinya membuat kami berjarak. Aku sendiri tak sudi untuk meminta maaf. Dia sendiri yang tiba-tiba marah hanya kare
Read more
30. PoV ; Bu Ayu (Masalah Yang Bertubi-tubi)
Sumpah Al-Qur'an (30)Hari menjelang sore. Setelah shalat Ashar, aku membeli dua nasi bungkus untukku dan Nisa. Aku menatap sedih pada anak cantikku itu. Bahkan sekolahnya tak sempat kuizinkan. Aku merutuki semua tetangga dan kerabat jauh yang sama sekali tidak peduli. Tidak ada yang menjenguk atau sekadar bertanya mengenai perkembangan Mas Bahul. Aku membatin dalam hati. Jika kelak mereka ada di posisiku, aku tak akan pernah membantu walau hanya sekecil biji sawi. Tak sudi!Ponsel berdering saat hendak menyuap nasi. Nama Adi muncul di layar ponsel. Lekas kujawab dan memburunya dengan pertanyaan."Kamu di mana, Le?""Jadi pulang, kan?" tanyaku menggebu."Aku di rumah, Bu. Sepi. Ibu di mana? Apa yang terjadi?" Ia melempar tanya. Aku dapat menangkap suaranya yang bergetar panik."Le, kamu ke rumah sakit sekarang, ya. Rumah sakit pusat Sahabat. Tetap hati-hati di jalan.""Memangnya ada apa, Bu? Tolong jelaskan!" Suara Adi meninggi. Aku tahu ia begitu karena panik. "Yang penting kamu se
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status