Semua Bab Terpikat Janda Tajir: Bab 21 - Bab 30
115 Bab
Yasmin 18.B
Pak Miharja masih memerhatikan Jaja, seperti pernah melihatnya tapi dimana ya."Ya sudah, ayo ke depan," ujar Yasmin sambil berjalan ke arah teras. Jaja pun pamit pada pak Miharja dan meminta maaf atas kelancangannya, masuk ke dalam kamar Reza."Ada apa?" tanya Yasmin ketus, ia tidak mau berlama-lama menatap Jaja, bisa naksir beneran nanti."Saya menghilangkan laptop teman saya, Bu. Saya boleh pinjam uang tidak, Bu. Lima juta.""Apa? kayaknya ga bisa deh!" Yasmin mengibaskan tangannya, lalu berbalik meninggalkan Jaja"Bu, tunggu!" Jaja menahan lengan Yasmin. Ia bagai tersengat listrik, saat telapak tangan Jaja menyentuh lengan mulusnya. Jaja yang tersadar, akhirnya melepaskan lengan Yasmin."Maaf, Bu. Kalau saya lancang, tapi saya memang butuh, Bu. Saya rela disuruh apa saja sama Ibu. Saya akan bekerja dua bulan tanpa Ibu gaji pun tak apa."Yasmin mengerucutkan bibirnya, keningnya sesekali tertarik keatas. Memandang wajah jaja yang mengiba, membuat Yasmin tidak tega."Kalau kamu bisa
Baca selengkapnya
Yasmin 19.A
"Ya udah, gue ganti baju dulu kalau gitu.""Ya, tidak sekarang, Mah. Besok." Jaja terkekeh melihat kelakuan ibunya yang sangat menggelikan. Bu Ambar tidak mengindakan ucapan Jaja, ia tetap berjalan ke ruang tengah, tepat dimana, lemari pakaiannya berada. Dengan cepat, bu Ambar mengganti celana pendeknya dengan celana kulot panjang. Lalu mengambil tas kecilnya yang disangkutkan di paku atas kasur."Ayo!" Bu Ambar menarik tangan Jaja. Cukup kuat, hingga mau tidak mau Jaja ikut berdiri bersama ibunya."Lha mau ke mana, Mah? Besok kata Jaja juga, bukan sekarang.""Ayo kita ke Grogol! pusat re...re..ba..reba..rreeboisasi..sst... apaan sih ya? Eh...iya, pusat rehabilitasi orang gila!"Jaja kaget, bahkan mulutnya setengah terbuka mendengar ucapan ibunya barusan."Lu perlu gue periksain, ayo!" Lagi-lagi Bu Ambar menarik tangan Jaja untuk keluar rumah. Namun Jaja menahan tubuhnya dengan kuat."Siapa yang gila, Mah?Jaja gak gila." Jaja menggeleng tidak paham, apa maksud ibunya sekarang?Plaakk
Baca selengkapnya
Yasmin 19. B
Tapi, jarinya sih kayaknya kesenggol pasti, Bu. Kecolek-colek dikitlah," lanjut bik Narsih lagi sambil menyeringai. Membuat Yasmin salah tingkah, bahkan Yasmin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Tapi sebentarkan?""Iya, trus Ibu masih belum sadar. Makanya bibir ibu langsung dicium sama Mas Jaja. Disedot gitu, Bu. Baru Ibu...""Sudah cukup, saya mau istirahat!" Sela Yasmin cepat, wajahnya sudah merona malu. Saat mengetahui bahwa bibirnya dicium oleh Jaja.Setelah Narsih keluar dari kamarya, Yasmin kemudian mematikan lampu dan naik kembali ke atas ranjang. Ia mencoba memejamkan mata, namun tidak bisa. Pelan Yasmin meraba bibirnya, atas dan bawah ia sentuh lembut. Wajahnya kembali merona malu, bahkan ia menutup wajahnya dengan guling."Dasar jablay!" Yasmin memaki dirinya sendiri. Malam ini sepertinya ia akan kembali susah tidur gara-gara Jaja.Pukul empat shubuh, Jaja sudah membantu ibunya bersiap-siap. Pagi ini bu Ambar memutuskan untuk tidak jualan. Namun tetap membuat nasi uduk
Baca selengkapnya
Yasmin 20. A
"Apa??" pekik Yasmin kaget. Bahkan matanya ikut melotot dan mulutnya setengah terbuka. Yasmin masih belum paham maksud dari ucapan Bu Ambar."Siapa?" tanya Yasmin pelan. Matanya masih memandang bu Ambar dan Jaja bergantian. Jaja masih menyembunyikan wajahnya di balik punggung Reza."Calon bini lu aga lemot ya, Ja?" bisik Bu Ambar sangat pelan, sehingga hanya Jaja yang mampu mendengarnya. Jaja yang tidak terima dengan ucapan ibunya, hanya melotot memberi kode."Maksud Ibu, Jaja mau melamar saya menjadi istrinya begitu?" tanya Yasmin lagi memastikan telinganya tidak salah mendengar."Tuh, Ja. Sekarang telinganya malah kaga denger. Masa nanya lagi, kan tadi gue udah bilang," bisik Bu Ambar lagi, kemudian melemparkan senyum pada Yasmin sambil mengangguk."Hahahahahaha..." Yasmin terbahak. Wanita itu menggelengkan kepala dengan cepat."Ja, dia malah ketawa, Ja. Mamah serem," bisik Bu Ambar lagi di telinga Jaja. Jaja melotot kembali pada ibunya, sambil menekan jari telunjuknya ke bibir deng
Baca selengkapnya
Yasmin 20. B
"Reza pinter banget sih," puji bu Ambar sambil mengusap pucuk kepala Reza. Anak kecil itu menyeringai kepada bu Ambar yang duduk persis di belakangnya.Tidak lama kemudian, Jaja sampai di depan gang rumahnya. Bersiap menurunkan ibunya tepat di samping toko bangunan yang kebetulan belum buka."Non Yasmin terimakasih atas tumpangannya. Kapan-kapan main ya ke rumah saya," ujar bu Ambar sambil menunduk hormat."Sama-sama, Bu. Terimakasih atas sarapannya," sahut Yasmin yang diikuti senyuman hangat pada Bu Ambar."Bae-bae lu bawa mobil mahal nih, Ja. Jangan sampai lecet! nyawa lu, taruhannya," ujar bu Ambar sambil menepuk pundak anak lelakinya. Jaja mengangguk paham. Kemudian bu Ambar juga pamit pada Reza, bahkan anak kecil itu mencium punggung tangan bu Ambar dengan penuh hormat.Jaja melajukan mobilnya kembali, kali ini menuju sekolah Reza. Sepanjang perjalanan Reza selalu saja berceloteh riang pada Jaja dan juga ibunya. Sangat jelas terlihat Reza begitu semangat pagi ini."Amih, Abang pu
Baca selengkapnya
Yasmin 21
Suasana di dalam mobil semakin hening. Perjalanan menuju pabrik yang harusnya hanya memakan waktu setengah jam, saat ini bagaikan setahun bagi Yasmin. Jaja pun tiada bersuara, hanya fokus pada jalanan padat di depannya. Berkali-kali Yasmin mengibaskan tangannya di leher. Udara di dalam mobil yang harusnya memang cukup dingin, terasa panas bagi Yasmin.Jaja yang sudah berubah wujud bagaikan pangeran membuat Yasmin salah tingkah dan sedikit gugup. Apalagi hanya berduaan saja seperti ini. Aroma panas kian terasa, membuat Yasmin merasa ada yang tidak beres dengan dirinya.Matanya mencuri pandang ke kursi kemudi. Kenapa dia jadi ganteng gini sih? Gumam Yasmin dalam hati, kemudian membuang pandangannya. Ia tidak mau sampai Jaja tahu kalau dia memerhatikan dirinya."Gerah ya, Bu?" tanya Jaja saat memerhatikan Yasmin yang seperti kegerahan dari spion."Iya, tolong kencangkan lagi AC nya!" titah Yasmin, sambil menunjuk AC mobil. Di saat yang sama sambil memerhatikan jalanan, mata Jaja mencari
Baca selengkapnya
Yasmin 22
Jaja mendengarkan dengan seksama resep yang disarankan oleh Nanang. Mulai dari kasih perhatian lebih, sering berkirim pesan, kasih hadiah-hadiah kecil, pepet terus jangan kasih kendor. Nanang juga memberi tahu metode khusus, yaitu tarik-ulur. Satu yang paling diingat Jaja dari penggalan kalimat yang Nanang ucapkan. Janda mah pasti senang diperhatikan.Jaja mengangguk paham atas petuah dari temannya barusan. Mulai saat ini ia akan berusaha mendekati Yasmin secara perlahan."Janda gang mana yang udah bikin lu ganteng kayak gini?" tanya Nanang sambil menatap wajah Jaja penuh curiga."Ada deh." Jaja menyeringai. Jangan sampai Nanang tahu perihal ia sedang mendekati Yasmin."Jandanya demen kaga sama lu?""Kaga! Hahahahaha..." Nanang dan Jaja terbahak."Dah, cari yang perawan aja kalau janda ga mau sama lu.""Pan, usaha dulu, Nang. Kalau tidak berhasil gue baru berselancar cari yang perawan. Ada sih tetangga gue yang kayaknya naksir sama gue. Tapi...gak deh, janda lebih memikat. Kedodoran h
Baca selengkapnya
Yasmin 23. A
Jaja membopong tubuh Yasmin masuk ke dalam mobil lalu meletakkan tubuh Yasmin pelan di kursi belakang, serta meluruskan kaki Yasmin agar Yasmin lebih nyaman. Jaja juga mengambil bantal leher kemudian menyangga kepala Yasmin."Saya bukan jompo lho, Ja," ujar Yasmin sambil memutar bola mata malasnya. Jaja hanya menyeringai, lalu masuk ke dalam kursi kemudi."Kita langsung pulang, Bu?" tanya Jaja sambil memasang seatbelt."Iya, saya mau istirahat di rumah saja.""Kalau mampir ke KUA dulu mau gak, Bu? Masih buka jam segini kok, Bu," ledek Jaja sambil terkekeh."Mulut kamu kalau bicara yang sopan, Ja. Saya tidak suka mendengarnya," ujar Yasmin ketus sambil melipat tangannya di dada."Emang mau ngapain ke KUA, Bu?" tanya Jaja keheranan."Jangan suudzon, Bu. Di KUA Kebayoran itu persis di sampingnya ada pom bensin, Bu. Ini si merah hampir habis bensinnya," terang Jaja sambil melihat ke arah Yasmin yang membuang pandangan."Oh ... bilang dong," sahut Yasmin sambil mengeluarkan uang tiga ratus
Baca selengkapnya
Yasmin 23. B
Reza memekik senang melihat amihnya digendong oleh Jaja saat akan turun dari mobil. Bik Narsih yang berdiri di depan pintu bersama Reza ikut melotot kaget melihat penampilan Jaja yang berubah. Ditambah saat ini Jaja sedang menggendong majikannya.Ada apa ini? Narsih bermonolog.Reza yang ditangannya sedang memegang ponsel, cepat membuka mode kamera lalu memotret amih dan abang Jaja kesayangannya."Amih kok digendong?" tanya Reza begitu amih dan Jaja sampai di depan pintu."Kaki Amih keseleo, Bang. Jadi susah jalannya," terang Yasmin sambil meringis."Narsih, kok bengong? Permisi saya mau lewat, ini Jaja berat gendong saya." Yasmin menegur Bik Narsih yang melongo menatap Jaja dan majikannya bergantian tanpa memberi jalan masuk bagi mereka."Eh...iya,Bu." Narsih tersadar lalu menggeser tubuhnya. Jaja masuk sambil menggendong Yasmin diikuti Reza yang kini sudah merekam adegan romantis amihnya."Kuat gak gendong saya ke lantai dua?" tanya Yasmin pelan sambil menatap Jaja."Kuat, Bu. Tena
Baca selengkapnya
Yasmin 24
Melihat Yasmin yang lemas di atas balkon kamarnya, Jaja panik begitu juga Reza. Masih dalam keadaan tubuh basah, Jaja berlari masuk ke dalam rumah menuju kamar Yasmin. Diikuti oleh Reza yang juga setengah berlari mengekori Jaja."Pelan, Za. Licin!" Jaja mengingatkan Reza agar hati-hati.Jangan dibayangkan betapa anehnya dua lelaki yang satu memakai sempak berenang dan yang satu lagi memakai sempak merah, berlari ke lantai dua.Kreekk...."Bu...ya Allah!" pekik Jaja kaget, melihat Yasmin dalam keadaaan lemas bersandar di tiang balkon."Amiih... hiks..hiks.." Reza malah menangis, menyaksikan amihnya lemas dan wajah yang pucat. Sigap Jaja menggendong Yasmin lalu menaruhnya kembali di atas kasur."Eza, punya minyak kayu putih ga?""Ada, Bang. Tunggu ya!" Reza berlari keluar kamar amihnya. Ia ingin mengambil minyak kayu putih yang memang selalu disimpan di kamarnya."Ini, Bang." Reza mengulurkan minyak kayu putih pada Jaja. Jaja membalur tangan dan juga kaki Yasmin dengan dada berdebar. Me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status