All Chapters of Mendadak Kawin: Chapter 51 - Chapter 60
161 Chapters
BAB 51
Brian menoleh sekilas, kepalanya kontan menggeleng. Ia kembali serius dengan kemudinya. Mengabaikan sejenak pertanyaan yang Heni lontarkan beberapa detik yang tadi. Apa tadi Heni bilang? Rasanya dalam rongga perut Brian seperti ada jutaan kupu-kupu yang berterbangan. Setelah sekian lama, bukankah baru kali ini Heni terang-terangan mengatakan kata cinta kepadanya? Apakah Brian perlu mendaftarkan momen ini untuk di catat di buku rekor dunia?Jantung Brian berdegup dua kali lebih cepat. Bukan suatu hal yang lebay kan kalau sekarang dia begitu bahagia? Rasanya semua penantian dan kesabaran Brian membuahkan hasil!"Mas ... kok gantian kicep? Kenapa?" tanya Heni yang mengejutkan Brian dari euforia yang tengah dirasakan oleh Brian."Ah ... eng-enggak kok." AC mobil Brian dalam kondisi baik-baik saja, dia tidak pernah telat menservis mobil kesayangannya ini, tetapi kenapa keringat Brian bercucuran macam tengah berhadapan dengan konsulen paling mengerikan dalam sejarah pendidikan kedokteran
Read more
BAB 52
Heni melongo, Brian kontan terkekeh melihat bagaimana wajah Heni menatapnya dengan tatapan terkejut itu. Brian menghentikan tawanya, balas menatap Heni dengan sorot mata serius. "Aku serius tanyanya. Kamu besok pengen kita punya anak berapa?" kembali Brian mengulang pertanyaan itu, membuat Heni tersentak lalu memijit kepalanya perlahan-lahan. "Mas, kejauhan ah bahas itu. Yang di depan mata aja belum di bahas dan kamu sudah mengajakku membahas anak?"Brian bersandar di kursi dengan sangat santai. Matanya tidak berpaling menatap Heni yang masih menampakkan wajah terkejut setengah kesal. "Apa salahnya? Toh ini juga harus kita pikirkan. Kamu tidak berniat untung free child, kan?" tanya Brian dengan sangat santai. Heni mendesah, matanya terbuka, ia membalas tatapan yang sejak tadi sama sekali tidak mau pergi dari wajahnya itu. Tentu Heni protes dengan pembahasan yang Brian sodorkan, ini jauh sekali! Hal detail tentang pernikahan dan lain sebagainya saja mereka belum membahas sama sekal
Read more
BAB 53
Bagas menghela napas panjang begitu ia melangkah keluar dari terminal kedatangan. Akhirnya, sesuai jadwal, Bagas dapat menginjakkan kaki di kota ini dan bisa bertemu dengan adik sekaligus lelaki yang disebut sebagai calon menantu oleh bundanya.Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tidak ada yang menjemputnya, karena memang Bagas tidak memberitahu Heni perihal kedatangannya yang tiba-tiba ini. Semacam kejutan lah, dan tentunya ingin menginspeksi Heni secara dadakan apakah setelah kejadian itu dia masih suka membawa pacarnya itu ke dalam kamar kost.Langit masih gelap, sudah ada semburat jingga di ufuk timur, dan dengan mantab Bagas melangkah keluar. Ia hendak mencari tempat untuk memesan dan menunggu ojek online. Adiknya ini apakah di kost? Atau dia tengah jaga di IGD? Bagas tidak tahu, yang jelas dia ingin segera sampai di kost adiknya dan bicara banyak hal dengan pasangan itu."Bagas bakalan ingat semua pesan bapak, Pak. Maaf, Heni jadi bablas karena kesalahan Bagas yang terlalu p
Read more
BAB 54
PLAKK!! "HENI!"Dua orang lelaki itu kontan berteriak kencang, sementara tubuh Heni terhuyung dengan satu tangan memegang pipi kiri. Brian dengan sigap menangkap tubuh itu, sementara Bagas pun sama paniknya dan berusaha menarik tubuh Heni agar tidak tersungkur. "KAU INI GILA! SEGITU CINTANYA SAMA DIA SAMPAI MAS MAU GAMPAR DIA AJA KAMU NGGAK RELA, HEN?!"Suara Bagas melengking, ia nampak begitu murka. Sudut bibir Heni mengeluarkan darah, nampak mata Heni memerah menahan tangis. Brian membantu Heni duduk, tangannya merengkuh tubuh itu seolah tidak mau sampai Heni terluka kembali. Wajahnya nampak panik, khawatir dan bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Siapa lelaki ini? Kenapa dia hendak memukul dirinya? Atau jangan-jangan .... "Karena mas Brian nggak salah, Mas. Dia bahkan belum melakukan apapun ke Heni. Dia jaga Heni betul-betul, Mas." jawab Heni dengan isak tertahan, ia mencoba melepaskan diri dari delapan Brian yang terasa begitu posesif. Pipinya terasa panas, sudut bibirn
Read more
BAB 55
Bagas tertegun di tempatnya duduk. Kini dia dan dua sejoli itu duduk di salah satu warung bubur ayam yang cukup ramai. Ia masih syok dan benar-benar tidak menyangka bahwa ternyata ada sesuatu hal yang disembunyikan adiknya ini dari Bagas dan bunda.Agaknya Heni benar. Bunda akan sangat syok jika tahu anak perempuan kesayangannya ini hampir dilecehkan oleh seniornya di rumah sakit. Bahkan Heni harus rutin mengunjungi psikiater dan sesekali dibekali obat untuk diminum agar bisa sedikit menghilangkan trauma psikis yang Heni alami atas kejadian itu.‘Untung kemarin ada mas Brian, Mas. Kalau enggak, Heni nggak tahu Heni bakal jadi apa nanti.’Tentu kalimat itu masih Bagas ingat dan terekam jelas dalam otaknya.‘Dia baru nyentuh bagian atas tubuh aku, Mas. Lecet dan sedikit memar di bagian dada yang kemarin dijadikan alat bukti, baju aku yang dia sobek dan tentu saja mas Brian dan beberapa orang polisi yang lihat dengan mata kepala bagaimana kondisi aku ketika mereka datang.’Mata Bagas mem
Read more
BAB 56
"Ngomong apa aja tadi sama mas Bagas?" tanya Heni menyelidik.Mereka sudah dalam perjalanan ke rumah sakit, seperti biasa, Brian dan Heni pasti selalu dijadwalkan jaga bersama. Entah bagaimana caranya, teman-teman yang lain pasti selalu mengusahakan mereka agar bisa jaga berdua."Kepo amat. Ini obrolan lelaki dewasa." balas Brian dengan senyum geli.Heni mencebik, melirik gemas ke arah Brian yang wajahnya begitu sumringah. Obrolan lelaki dewasa? Memang apa yang mereka obrolkan tadi? "Obrolan pria dewasa yang bagaimana?" Heni yakin, ketika ia pergi ke toilet tadi pasti mereka berdua membicarakan banyak hal.Brian kembali melirik Heni, senyum setengah menggoda tergambar di wajah itu. Membuat Heni mengerucutkan bibirnya setengah gemas."Apaan, kepo nih, Mas!" kejar Heni yang masih sangat penasaran dengan apa yang tadi dibahas."Astaga, penasaran banget sih? Bahas gimana caranya bahagiain istri, bikin seneng istri dan sejenisnya." jawab Brian dengan senyum merekah.Mata Heni membulat, ap
Read more
BAB 57
"Dadakan banget sih, Mas? Baru juga dateng main mau balik aja!" gerutu Heni dengan bibir mengerucut.Bagas terkekeh, diacaknya rambut Heni dengan gemas. Matanya tidak lepas menatap Heni yang masih mengajukan protes dengan ekspresi wajah yang dia tunjukkan. "Ada yang ajak reunian temen-temen SMA, Mas. Toh urusan di sini udah kelar, kan? Mas tunggu kabar aja kapan Brian bawa orang tuanya ketemu sama Mas dan bunda. Oke?"Heni menghela napas dalam-dalam, mau tidak mau dia tidak bisa melarang kakaknya untuk kembali pulang, kan? Toh benar apa yang Bagas katakan tadi, urusannya di sini sudah beres. "Biar Heni ant--""Ah tidak perlu! Sudah ada yang akan megantar Mas ke bandara." potong Bagas dengan senyum merekah.Alis Heni berkerut, ia menatap Bagas yang tersenyum lebar. Heni baru hendak buka mulut untuk bertanya ketika mendadak ketukan dan panggilan itu menyapa telinganya. "Mas Bagas, jadi diantar, kan?"Mata Heni membulat, ia tentu kenal betul dengan pemilik suara. Sementara Bagas ia ha
Read more
BAB 58
"Kalo begitu ... biar nanti Mas bilang sama bunda, ya?"PLONG! Lega sekali hati Brian mendengar jawaban dari Bagas. Meskipun belum fix juga karena katanya masih hendak dibicarakan dengan Irma. Tapi bukankah harusnya Brian sudah bisa bernapas lega? Dia lihat begitu bagaimana Irma begitu antusias dengan dirinya saat berkunjung kemari. "Serius, Mas?" mata Brian berbinar cerah, senyumnya merekah sempurna. Sama dengan senyum yang tergambar di wajah Bagas. "Mas bohong buat apa sih, Yan? Nggak ada untungnya juga." Bagas terkekeh, tidak perlu bertanya pada Irma sebenarnya, bundanya itu pasti sudah setuju dengan rencana percepatan pernikahan Brian dan Heni. Brian mengangguk, rasanya kalau tidak malu, Brian ingin berteriak sekencang-kencangnya sekarang ini juga. Tapi tentu dia harus jaga image, kan? Dia tengah bersama calon kakak iparnya! "Terima kasih banyak, Mas. Brian ucapkan banyak Terima kasih." ucap Brian tulus dengan mata memerah, saking bahagianya dia rasanya sampai ingin menangis.
Read more
BAB 59
"Ngomong apa aja tadi sama mas Bagas? Kok cerah amat sih wajahnya?" selidik Heni dengan mata menatap Brian dengan saksama. Brian tidak langsung menjawab, ia menjalankan mobil meninggalkan depan kost Heni. Memang apa yang harus Brian jawab? Bilang kalau Brian sukses membujuk mas Bagas untuk menyetujui pernikahan mereka dipercepat? Bisa gagal rencana makan malam mereka hari ini! "Banyak, kita cerita banyak hal tadi." dusta Brian dengan senyum merekah. "Mas Bagas asyik ya, sama kayak bunda." gumam Brian mencoba membuat Heni tidak curiga. Heni lantas mencebik. Sama kayak bunda? Apakah itu artinya Brian secara tidak langsung mengatakan bahwa Heni ini tidak asyik? "Samanya cuma sama bunda aja nih? Sama aku enggak? Kan aku adeknya, anak bunda juga!" protes Heni sedikit tidak terima. Dia asyik juga kok, tapi memang kalau dengan Brian, Heni agak sedikit berbeda. Ditanya seperti itu, Brian malah garuk-garuk kepala sambil nyengir. Membuat kerucutan bibir Heni makin lancip. Tidak perlu Brian
Read more
BAB 60
Brian benar-benar tidak percaya! Akhirnya setelah berulang kali mencoba menyatakan dan mengajak Heni menikah, kini ia mendapatkan jawaban dari mulut Heni langsung! Heni setuju dan bersedia menikah dengan Brian? Agaknya Brian harus catat tanggal ini sebagai tanggal spesial! "Serius! Masa iya aku bercanda? Aku mau nikah sama kamu, Mas. Tapi janji, tetep boleh lanjut sekolah sama buka praktek, kan?"Mendengar itu senyum Brian makin merekah, mata Brian sampai memerah bahkan. Sebuah kebahagiaan yang tidak terkira untuk Brian. Bagaimana tidak? Sempat tersia-siakan cintanya, kini dia mendapatkan balasan atas perasaan cinta yang begitu dalam ia miliki pada Heni. "Tentu, kamu sekolah sampai S3-pun bakalan aku support, Sayang! Selalu!"Tangan Brian kembali meraih tangan Heni, ia meremas lembut tangan gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Tidak lebay, kan, kalau Brian sampai menangis? Dia begitu bahagia hari ini. Heni pun juga nampak menyembunyikan air mata. Ia memalingkan wajah menatap keluar
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status