Semua Bab Mendadak Kawin: Bab 31 - Bab 40
161 Bab
BAB 31
Heni terkekeh sepanjang perjalanan pulang. Sebodoh amat aja mereka mau berantem atau ribut, siapa suruh Karina begitu menyebalkan macam tadi? Sok-sokan menasehati suruh kawin sama dokter yang dinas di rumah sakit, padahal apa kabar dia dulu yang hampir kabur dari rumah pas malam H-1 pernikahan mereka? "Diremes-remes sama dokter Yudha tau rasa kau, Rin! Keki aku lama-lama!"Walaupun begitu, Heni tahu dan yakin bahwa mereka tidak akan ribut besar. Palingan si Karin cuma diajak tarung di kasur sama suaminya. Heni tahu betul kalau dokter bedah senior itu bucin akut maksimal pada Karina, jadi mana tega lelaki itu sampai menyiksa sang istri? Menyiksa dengan penuh gairah nan menggelora itu baru mungkin! Senyum Heni kembali merekah, bahagia sekali kehidupan Karina yang sekarang! Pernikahan yang dulu Karina tolak mentah-mentah dan terpaksa dia jalani hanya karena sudah 'kadung' mengucap sumpah itu kini menjadi pernikahan paling manis dan membahagiakan untuk sahabatnya itu. "Apakah nanti aku
Baca selengkapnya
BAB 32
"Bang kok berhenti?" Heni memekik ketika Gibran menghentikan mobilnya di tempat sepi. Tempat itu berada di jalan yang tidak terlalu ramai jika siang hari, apalagi malam seperti ini? Sangat sepi ditambah dengan penerangan yang buruk. Bukannya menjawab, Gibran malam mematikan mesin mobil. Hal yang lantas membuat Heni buru-buru hendak melepaskan seat belt ketika tangan kekar itu mencekal tangannya. "Kau menolak aku cuma demi dokter umum itu, Hen?" tanya Gibran dengan nada suara dingin. Heni membelalak, jadi hanya karena itu Gibran lantas membawanya kemari? Tapi darimana Gibran bisa tahu? "Bang ... tolong lepasin aku, Bang! Aku mau pulang!"Sial! Pintu mobil terkunci, Heni sama sekali tidak bisa membuka pintu mobil itu. Keringat dingin mengucur, dalam hati ia memaki dirinya sendiri yang begitu dengan mudahnya memutuskan untuk ikut keluar bersama Gibran tadi. "Pulang?" tanya suara itu sinis. "Susah-susah aku seret kamu ke sini dan kamu minta pulang?" suara itu benar-benar dingin dan
Baca selengkapnya
BAB 33
"Kamu nggak apa-apa?"Heni termangu melihat wajah panik itu muncul dari pintu mobil yang terbuka, tangisnya kembali pecah. Bahkan ketika Brian lantas memeluknya erat-erat, tangis Heni makin menjadi-jadi. Ia begitu syok luar biasa, tubuhnya masih gemetar hebat. "It's okay, Sayang. It's okay." Brian mengelus punggung Heni, mendekap Heni yang terisak hebat dalam pelukannya. "Maaf, Mas, bisa ikut ke kantor sebentar? Kami perlu memintai keterangan dari korban."Brian menoleh, lelaki dengan pakaian serba cokelat itu sudah berdiri di dekatnya. Jangan tanyakan apa yang teman-teman dari lelaki ini lakukan pada Bajingan itu, Brian tidak peduli bahkan dia mau menembak kepalanya sekalipun. Sementara Heni sudah tidak bisa berkata-kata apapun, otaknya sudah tidak mampu berpikir barang sekecil apapun. Ia terlena dengan begitu hangat dan nyaman pelukan Brian yang terasa seperti melindunginya ini. "Baik, Pak. Tapi tolong, kondisinya masih syok begini, saya harap dari pihak kepolisian tidak terlalu
Baca selengkapnya
BAB 34
Heni langsung meraih ponsel dari tangan Brian. Benar saja, Brian hendak menghubungi Karina! Ia buru-buru menutup panggilan sebelum panggilan itu terjawab. Mengembalikan ponsel itu ke pemilik sambil menatapnya dengan tatapan setengah memohon. "Please, Mas ... cukup kita yang tahu!" desis Heni dengan air mata mengambang di pelupuk mata. Brian mendesah, menundukkan kepalanya dengan mata terpejam lalu mengangguk cepat. Air mata Heni menitik, ia menghirup udara banyak-banyak lalu menyeka air mata yang membasahi mata dan wajahnya. "Makasih banget buat hari ini, Mas." gumam Heni tulus, Brian menjadi penyelamatnya hari ini. Lelaki yang di mata Heni selalu menyebalkan, kini menjelma menjadi sesosok pahlawan untuknya. Heni tersentak ketika tangan Brian meraih tangannya, meremas tangan itu dengan begitu lembut dengan sorot mata teduh. Heni tercekat, ia baru sadar bahwa Brian ini bukan lelaki sembarangan yang biasa-biasa saja! Dia lelaki yang sangat spesial! "Aku nggak akan bisa maafin diri
Baca selengkapnya
BAB 35
Brian terkesiap, tangan itu mencengkeram kuat tangan Brian seolah-olah tidak ingin Brian meninggalkan dia sendirian. Ia tersenyum getir, ia lantas duduk di tepi ranjang, membiarkan Heni lantas memeluk dan menyandarkan kepala di pahanya. "Oke kalo kamu maunya aku di sini, aku nggak akan pergi, Hen. Aku bakalan jagain kamu!" bisik Brian lembut dengan satu tangan mengelus pipi Heni perlahan. Tidak ada jawaban, Heni kembali terlelap dalam tidurnya. Membuat Brian kembali tersenyum. Rasanya begitu damai melihat dan memastikan bahwa Heni baik-baik saja, meskipun di tempat yang tidak terlihat, di dalam jiwa Heni, dia sedang tidak baik-baik saja sekarang. Brian mendesah, tangannya mengelus rambut dan kepala Heni dengan satu tangan tidak melepaskan genggaman tangan Heni. Agaknya sampai pagi dia akan seperti ini, tapi tidak masalah, demi Heni, apapun akan Brian lakukan! Brian menyandarkan kepala dan tubuh ke tembok yang ada di belakangnya. Ia mencoba memejamkan mata, meskipun rasanya berat m
Baca selengkapnya
BAB 36
Heni membuka pintu kamar mandi, melangkah keluar dan tertegun melihat Brian nampak merapikan meja belajarnya yang ada di sudut ruangan. Lelaki itu juga merapikan meja di sudut lain hingga pemandangannya jadi begitu rapi dan bersih.Senyum Heni merekah, ia masih berdiri di tempatnya, menikmati pemandangan itu dengan hati yang kembali berkecamuk. Ia tersentak ketika Brian tiba-tiba menoleh dan menatapnya dengan alis berkerut.“Ngapain di situ? Teh mu hampir dingin, Sayang!” desisnya sambil menumpuk buku-buku milik Heni lalu membuang beberapa struk belanjaan yang tergolek di sana hampir beberapa hari.Heni tersenyum, melangkah mendekati Brian dan entah mengapa ia refleks memeluk tubuh itu dari belakang secara tiba-tiba. Brian adalah satu-satunya lelaki asing, bukan bagian keluarga yang bisa membuat Heni merasa begitu nyaman dan aman ketika memeluk tubuhnya seperti ini. Membuat Heni rasanya seperti dilindungi oleh tinggi dan kokoh tubuh Brian.Brian langsung mematung di tempatnya berdiri,
Baca selengkapnya
BAB 37
Brian menarik wajahnya menjauh hingga pagutan bibir mereka terlepas. Heni menatap lurus ke dalam mata Brian, membuat Brian lantas menempelkan jidatnya ke jidat Heni, ujung hidung mereka bersentuhan. Mereka bahkan bisa saling merasakan hembusan napas masing-masing. "Kamu belum menjawab pertanyaan aku, Hen." gumam Brian lirih. Heni mendesah, kepalanya menunduk hingga hidung dan dahi mereka tidak lagi menempel satu sama lain. "Jujur, aku benar-benar belum siap, Mas. Aku takut tidak bisa berkomitmen dan malah mengacaukan semuanya."Brian mengelus pipi Heni dengan lembut, "Tidak bisa berkomitmen bagaimana?" nada suara itu begitu lembut. "Aku takut nggak bisa jalanin kewajiban aku dengan baik. Aku masih punya banyak PR buat raih cita-cita aku, Mas." tentu ini yang jadi pertimbangan Heni, jadi dokter pertama di keluarga besarnya adalah sebuah hal yang perlu usaha yang keras. "Ada aku, keluarga aku yang akan support kamu buat raih cita-cita kamu, Hen. Bukanlah aku sudah berjanji kalau ak
Baca selengkapnya
BAB 38
"Jadi gini? Minta pindah kost ke sini biar bisa bebas bawa masuk pacar kamu ke dalam?"Nyawa Brian sebenarnya belum 100% full, hanya saja dia harus tetap duduk tegak sambil mendengarkan segala macam omelan dan cecaran dari perempuan paruh baya yang dipanggil Heni dengan sebutan 'bunda' itu. "Bun ... bukan gitu! Bunda salah paham. Biar Heni jelasin dulu." balas Heni lirih, dari sudut matanya Brian bisa melihat wajah itu memucat dengan mata memerah. "Jelasin apa, Hen? Bunda bukan anak lima tahun yang bisa kau bohongi. Bunda lihat betul semua tadi!" salak perempuan berwajah ayu itu galak. "Pantas, perasaan Bunda dari kemarin nggak enak, bikin Bunda malem-malem langsung sewa travel ke sini cuma demi lihat kamu, eh ternyata ....""Bun, tapi kejadiannya bukan ka--""Saya minta maaf, Tante. Saya yang salah." potong Brian cepat. Heni menoleh, menatap Brian yang kini dengan berani mengangkat wajah menatap wajah bundanya. Apa yang hendak Brian katakan? Jangan bilang kalau dia hendak mencerit
Baca selengkapnya
BAB 39
Brian langsung menjatuhkan diri di atas sofa begitu sampai di kontrakan. Tangannya merogoh ponsel, ada seseorang yang harus dia hubungi saat ini juga. Berharap mamanya tidak sedang sibuk dengan pasiennya, tetapi kalau melihat jam sekarang ... agaknya mustahil kalau mamanya tidak sedang berada di poli rawat jalan dan menerima keluhan pasien-pasiennya. Brian mengurungkan niat, ia malah teringat seseorang. Seseorang yang harus dia hubungi dan beri kabar perihal rencana pernikahannya yang tahun ini juga akan dilaksanakan. "Kena kau, Cebong!" desis Brian seraya menanti panggilannya terjawab. Akhirnya ... dia menang telak! Dia tidak hanya bisa menikahi Heni, tetapi juga menang taruhan dan tidak harus kehilangan H-RV kesayangannya. Ditambah lagi, Kevin harus mau tak mau menikahi gadis yang dijodohkan orang tuanya itu. Agaknya dia bukan gadis sesuai kriteria Kelvin, buktinya Cebong itu tidak lantas menghubungi dirinya untuk menceritakan kesan dan pesannya mengenai perkembangan hubungan Ke
Baca selengkapnya
BAB 40
"Apaan sih, Mas? Ada apa lagi?" salak Heni kesal ketika ia mengangkat panggilan yang Brian layangkan. Napasnya naik-turun, rasanya ia ingin mencincang tubuh Brian sampai jadi halus macam adonan bakso. Brian benar-benar menyebalkan sekali! Sungguh ketika menikah nanti, Heni akan buat lelaki itu pusing tujuh keliling! "Galak banget sih, Yang? Cuma mau tanya, bunda masih marahin kamu?"Mata Heni membelalak. Setelah apa yang terjadi, Brian masih dengan santai menanyakan hal itu? Darah Heni makin mendidih, tidak ada lagi alasan untuk mengampuni Brian, akan Heni buat perhitungan nanti! Lihat saja! "Kalau iya emang kenapa?" salak Heni galak sambil mengeram menahan marah. "Ya kalo masih sih aku mau kesana lagi." balasnya santai. Heni kembali membelalak, santai sekali mahluk satu ini! Hendak kemari? Mau apa lagi Brian datang kemari? "Mas, nggak usah ngadi-adi, deh! Jangan cari-cari perkara, ya!" ancam Heni gemas. Rasanya ia ingin menggepuk-gepuk sosok itu. Heni sudah cukup pusing sekara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status