Semua Bab Mendadak Kawin: Bab 21 - Bab 30
161 Bab
BAB 21
"Eh kesana?" Heni melotot, ia lantas melepaskan genggaman tangan mereka. "Ogah!"Ia sudah membalikkan badan, hendak pergi dan berlari menghindari Brian ketika tangan Brian dengan sigap mencekal dan mempertahankan posisi Heni tetap di sisinya. Heni menoleh, menatap kesal ke arah lelaki yang tampak menatapnya dengan begitu serius. "Ayolah, asyik nih!" bujuk Brian yang rasanya membuat Heni ingin menampar wajah lelaki itu lalu memukulinya dengan tangan. "Masuk ke sana kau bilang asyik, Mas? Masuk aja sendiri sana!" Heni kembali hendak mengibaskan tangannya, tapi cengkeraman tangan Brian lebih kuat. Diajak masuk ke wahana rumah hantu? Heni ogah! Dia punya pengalaman buruk di wahana itu ketika kecil dan Heni bersumpah tidak akan masuk ke sana lagi demi apapun! "Astaga! Melototin sama mandiin cadaver zaman kuliah aja berani, masa sama hantu bohong-bohongan malah takut sih, Hen?" Brian nampak tidak mengerti dan Heni sama sekali tidak peduli! "Bodo amat! Pilih bantuin dokter Jihan otopsi
Baca selengkapnya
BAB 22
Heni mengerutkan kening ketika melihat Brian tampak malah mengobrol dengan begitu akrab dengan ibu-ibu yang berjualan gambar. Kenapa mereka malah asyik berghibah? Eh, tapi apa yang mereka gosipkan memang? Heni hendak mendekat untuk sekedar mencari tahu ketika Brian membalikkan badan yang melangkah ke arahnya.“Nih!” Brian menyodorkan balik styrofoam yang sudah diberi tali pegangan itu. “Sekarang kita kemana lagi?”“Tadi ngapain sih? Ngomongin apa sama ibuknya?” bukannya menjawab, Heni malah jadi balik bertanya, membuat senyum di wajah Brian makin menjadi. Sebuah reaksi yang makin membuat Heni penasaran sekali.“Kepo!” sahut Brian sambil menjulurkan lidah. “Dah ah, ayo!”Brian menarik tangan Heni, membawa Heni pergi dari tempat mewarna guna menyusuri keramaian pasar malam yang selalu padat dikunjungi orang-orang. Heni sejujurnya masih penasaran, tetapi euforia keramaian pasar malam itu mampu membuat rasa penasaran Heni begitu cepat lenyap dari otak. Mereka terus membelah keramaian deng
Baca selengkapnya
BAB 23
Heni tertegun. Sungguh dia tidak mengerti, ada apa dengan hari ini? Pagi tadi dia tembak laki-laki dan malam ini ... dia dilamar hendak dinikahi? Astaga! Memang apa yang istimewa dengan dirinya ini? Brian kembali meremas tangannya, sebuah remasan lembut yang bisa Heni rasakan betul-betul. Wajah lelaki yang biasanya slengean dan menyebalkan, kini nampak begitu teduh, serius dan jangan lupa nampak sangat ganteng! Hati dan perasaan Heni bergejolak. Brian menyatakan semua perasaan yang dia miliki pada Heni barusan. Cinta dan sayang sudah Brian ungkapkan semua, hal yang jujur membuat Heni sedikit terkejut mengingat selama mereka bersama-sama, Brian selalu absurd dan menyebalkan sekali. "Aku nggak lagi bercanda loh, Hen! Please tolong, bahkan sejak dulu sekali, tiap perkataan yang keluar dari mulutku soal perasaan aku ke kamu, soal ajakan aku yang pengen nikahin kamu, itu semua serius, Hen."Kepala Heni tertunduk, dia harus jawab apa? Dia sendiri masih belum bisa mengartikan perasaan yan
Baca selengkapnya
BAB 24
"Yeay!"Brian tersenyum lebar melihat betapa gembira Heni ketika menerima permen kapas raksasa berbentuk Minions dari si penjual. Matanya berbinar, senyumnya begitu lebar dan Brian sangat bahagia dengan pemandangan itu. "Makasih ya, Mas!" ucap Brian tulus pada si penjual yang sudah berhasil membuat orang yang dia cintai begitu bahagia. "Sama-sama, Mas!"Brian kembali meraih tangan Heni, wajah itu tampak menatap Brian sekilas, hal yang sempat membuat Brian takut Heni menolak tangannya. Tapi agaknya tidak, Heni diam saja, melangkah mengikuti kemana Brian hendak membawanya. "Suka?" bisik Brian seraya terus melangkah. "Suka banget! Makasih ya, Mas!" jawabnya riang. Kembali Brian mengangguk, hatinya benar-benar bahagia malam ini, tidak peduli dia belum mendapat jawaban, tetapi melihat bagaimana Heni terlihat begitu bahagia hanya karena permen kapas, membuat Brian merasa bahwa ini adalah malam yang begitu indah yang pernah terjadi sepanjang hidupnya. "Bikin kami bahagia itu tujuan aku
Baca selengkapnya
BAB 25
Heni menundukkan wajah, dia paham apa yang Brian maksud, tapi sekali lagi jenjang pendidikan yang harus Heni lalui ... Heni mendesah, ia mengangkat wajah, menatap Brian yang bahkan tidak memalingkan wajah sama sekali dan masih tetap menatap ke dalam matanya. "Iya aku ngerti, cuma ...." kenapa rasanya Heni sulit menjelaskan? "Cuma apa?" desak Brian yang nampak sangat tidak sabar. "Aku belum siap nikah, Mas!" tegas Heni entah sudah yang ke berapa kali. Brian mendesah, suasana jadi cukup menegangkan. Heni menghirup udara banyak-banyak, sama seperti yang Brian lakukan. Agaknya mereka sedang berusaha menekan emosi masing-masing. Suasana menjadi begitu sunyi. Baik Heni maupun Brian tidak ada yang bersuara dan itu berlangsung sampai beberapa menit. "Jadi ... lamaranku kamu tolak, Hen?" tanya Brian akhirnya. Heni kembali ragu. Benarkah dia menolak ajakan baik dari Brian? Apakah benar menikah dengan Brian adalah sesuatu yang sama sekali tidak ingin Heni lakukan? "A-aku ... a-aku nggak t
Baca selengkapnya
BAB 26
"APA?"Heni menjauhkan ponsel dari telinga, teriakan itu begitu keras memekik. Heni sendiri tidak tahu, Karina sedang berada di mana sampai dia berani berteriak sekencang itu. Apakah Arjuna belum tidur sampai-sampai emaknya kumat teriak-teriak macam dulu pas dia belum kawin? Mata Heni terpejam, sudah bisa dia tebak kemana arah pembicaraan mereka kali ini. Heni jadi ragu, apakah keputusannya menceritakan perihal lamaran Brian pada Karina termasuk keputusan yang tepat atau malah sebaliknya. "Kau ini gimana sih? Ya terima aja lah, Hen! Kemana malah ditolak dan kamu malah pengen kalian pacaran dulu sih?"Tepat seperti dugaan Heni, Karina pasti mencak-mencak dengan cerita perihal lamaran Brian yang begitu mendadak dan sangat tiba-tiba. "Terima gundulmu itu!" salak Heni gemas. "Sekata-kata aja suruh main terima!" dia pikir kawin segampang itu apa? Ada yang lamar, terima lalu semua urusan akan beres dan Heni akan hidup bahagia?Tidak semudah itu Esmeralda! "Lah terus mau mu gimana?" suar
Baca selengkapnya
BAB 27
Mata Heni masih lengket, seingat Heni alarm ponselnya belum bunyi dan itu artinya masih cukup pagi. Tapi ketukan pintu itu tidak mau berhenti, membuat Heni dengan susah payah membuka mata lalu turun menghampiri pintu. Siapa yang pagi buta mengetuk pintu kamar kostnya begini? Tetangga kost mau minta gula atau kopi? Tapi Heni bahkan tidak kenal tetangga kost kanan dan kirinya! Semua yang kost di sini orang-orang sibuk yang hanya di kamar ketika mereka tidur, selebihnya mereka habiskan waktunya di tempat kerja atau kampus. Jadi mustahil jika yang mengetuk pintu kost Heni saat ini adalah tetangga kanan-kiri. Heni mencoba membuka lebar-lebar matanya, dan mata itu ternyata langsung otomatis membelalak ketika melihat siapa yang sudah berdiri di depan pintu kamar kost Heni sepagi ini. "Astaga, kamu ngapain, Mas?" bagaimana Heni tidak terkejut kalau tiba-tiba Brian mengetuk pintu kamarnya macam ini? Brian sudah rapi dengan celana bahan dan kemeja lengan pendek, di tangannya ada plastik ber
Baca selengkapnya
BAB 28
“Heni setelah ini stase apa?” Heni tersenyum, akhirnya dia lulus juga dari stase paling membosankan menurutnya ini. Kurang dua stase lagi maka selesai sudah program kepaniteraan klinik yang harus Heni jalani demi cita-citanya menjadi dokter pertama di dalam keluarganya. Dua stase yang mana kebetulan salah satu stasenya adalah stase mayor yang belum dia ambil. Stase bedah dan jangan lupa stase mata. “Bedah, Prof.” Jawab Heni untuk pertanyaan yang baru saja diajukan kepadanya. Lelaki berkepala botak dengan kaca mata tebal itu menganggukkan kepalanya. Ia menyodorkan sebuah map ke hadapan Heni, membuat Heni bertanya-tanya, untuk apa dan apa isi dari map yang disodorkan kepadanya ini? “Balik ke RSUD, ya? Ini suratnya!” Heni kontan melongo, jadi dia harus kembali ke RSUD untuk menjalani dua stase terakhirnya? Tidak lagi harus di rumah sakit pendidikan milik kampus ini? Mendadak bayangan Brian muncul dalam pikirannya, mengingat bahwa om dari lelaki itu punya ‘power’ di RSUD, maka Heni ti
Baca selengkapnya
BAB 29
Heni meletakkan sumpitnya, ia lantas menatap wajah yang terus menatap nya dari tempat dia duduk. Heni mendesah, yang membuat Heni malas bertemu Brian adalah ini, pertanyaan-pertanyaan yang sama dan selalu sukses bikin Heni sakit kepala. Lelaki ini kenapa buru-buru amat pengen kawin sih? Ah Heni lupa, Brian sudah kepala tiga tahun ini!? Mungkin dia sudah diburu-buru suruh kawin sama ibunya. Tapi Heni ... dia masih ingin bebas sampai kemudian STR berada di tangan. "Ada pertanyaan lain nggak sih, Mas?" mendadak napsu makan Heni lenyap, perutnya tiba-tiba terasa begitu kenyang. Brian membulatkan mata, kepalanya refleks menggeleng perlahan. "Nggak ada! Aku bakalan tanya terus sampai aku dapat jawaban!" tegasnya serius. Nah kan! Agaknya tetap koas di rumah sakit pendidikan milik kampus adalah hal yang tepat dan terbaik. Heni tidak perlu terus menerus mendapatkan pertanyaan ini. Tapi apa boleh buat? The power of orang dalam membuat Heni kembali dilempar ke RSUD ini. "Ngebet amat kawin
Baca selengkapnya
BAB 30
Karina sontak menepuk jidatnya sambil geleng-geleng kepala. Ia lantas menoyor kepala Heni dengan gemas. Terbentur apa kepala Heni sampai-sampai dia punya pikiran seperti ini? "Apaan sih, Rin? Nggak salah, kan, kalo aku punya pikiran kayak gini?" Heni nampak tidak terima, ia membelalakkan mata sambil menatap Karina dengan tatapan kesal. "Salah lah!" tukas Karina kesal. Heni membeliak, "Masalahnya dia ngebet banget ngajakin kawin, Rin!" Heni mendesah panjang, "Apa coba alasannya kalo nggak keburu pengen ngewe?""Heni ... please deh ya!" Karina makin tidak sabar lagi, "Kalo cuma pengen ngewe nggak perlu ngajakin nikah, tinggal seret kamu ke kamar, selesai! Ngapain coba pakai mau nikahin kamu segala?" kembali tangan Karina menoyor kepala Heni, ia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Heni ini. Mata Heni membulat, balas menimpuk punggung Karina sedikit keras. Langsung mencerna obrolannya bersama Karina barusan. Jujur Heni takut Brian hendak menikahi dirinya hanya karena i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status