Semua Bab Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua: Bab 651 - Bab 660
689 Bab
651
Bab651Pov Jelita.Aku memandangi mereka semua, terutama memandang Mamah Elea, dan Papah.Kelak, tubuh ini bukan semakin muda, namun akan semakin tua dan lemah. Akan ada masa, dimana aku tidak lagi bisa melihat dengan jelas, tidak bisa lagi mendengar dengan baik, tidak bisa lagi mengingat dengan benar. Semua itu akan terjadi kepadaku yang tua ini. Kata orang, ada kalanya, orang tua itu akan bersikap layaknya anak kecil. Aku menguji anak-anakku, sebelum hal itu terjadi kepadaku.Aku ingin tahu, apakah mereka akan sabar mengurusku, hingga kematian menjemput. Atau sebaliknya, mereka akan membiarkanku, menderita di masa tua di panti jumpo, menderita rindu dan sebagainya. Atau, membiarkanku sendirian di dalam kamar, menikmati masa tuaku dengan makan tidur, hingga mati dalam keadaan kamar yang bau ompol dan kotoran. Bukankah itu sebuah mimpi buruk berkepanjangan, nauzubillah, jangan sampai itu terjadi.Dengan melihat Lina dan Enggar, aku merasakan, semua yang aku khawatirkan tidak akan te
Baca selengkapnya
652
Bab652Amira terus meraung- raung, ketika mobil mereka sudah melaju pergi, meninggalkan kediaman Jelita."Dasar bodoh- bodoh! Suami tidak berguna! Bahkan untuk bicara dan mempertahankan hak sendiri saja kamu tidak bisa, bodoh ...."Amira terus memaki Bagus. Lelaki itu hanya diam, tidak bersuara apapun juga. Sementara Rara, bocah cantik itu terus menangis, ketakutan melihat Ibunya yang sedari tadi terus mengamuk.Sepanjang perjalanan menuju pulang, Amira terus mengamuk, menangis dan memaki Bagus. Wanita itu sangat kesal dan sakit hati, atas kejadian di rumah Jelita pagi ini. Sudah terhina, gagal pula meminta hak untuk Bagus.Sesampainya mereka di pekarangan rumah, dua orang berpakaian hitam, bertubuh tinggi kekar menunggu mereka.Bagus nampak bingung, tapi tidak dengan Amira, wanita itu malah nampak terlihat gugup. Bagus pun keluar, menghampiri kedua orang itu."Selamat pagi, pak Bagus? Kami dari ******* berniat untuk menagih hutang tunggakan, dari mobil yang Ibu Amira jaminkan. Suda
Baca selengkapnya
653
Bab653"Ya Allah, Amira. Entah setan apa yang merasuki kamu, kenapa sikap kamu semakin berubah begini. Hanya demi memuaskan hasrat belanjamu, tega sekali kamu menggadaikan mobil.""Lah, kenapa memangnya. Kamu dengar ya, Mas. BPKB mobil nggak akan ada gunanya, jika di simpan di dalam brankas saja. Supaya dia berguna, ya aku jaminkan saja untuk pinjaman, uangnya lumayan buat aku beli perhiasan dan lain- lain."Bagus meremas kepalanya dengan kesal, mendengar jawaban Amira rasanya kepala Bagus nyaris meledak."Dasar gila, kenapa cicilannya tidak kamu bayar? Kamu mau mobil kita mereka tarik?""Ya nggak mau lah, kamu dong yang bayar, enak saja mau suruh aku yang bayar. Sebagai seorang suami, mana tanggung jawab kamu, Mas?" bentak Amira.Brakk.Bagus menendang serpihan kaca meja yang pecah tadi dengan emosi."Keterlaluan kamu, Amira. Semakin aku diam, kamu semakin kurang ajar." Amira syok, melihat emosi Bagus. Seketika wanita angkuh itu terdiam, tidak berani berkata- kata lagi.Bagus keluar
Baca selengkapnya
654
Bab654°pov Bagus°Hari ke hari, kehidupan rumah tanggaku dengan Amira, semakin tidak nyaman lagi.Kadang aku berpikir, apakah ini karma? Apakah aku begitu sombong dan menyakiti perasaan seseorang? Entahlah, kurasa tidak ada.Biar bagaimanapun, aku sombong wajar, aku ber-uang. Tidak seperti Enggar, untuk mengakui dia saudara saja aku enggan. Malu, tentu saja, bahkan terkadang aku berpura-pura tidak mengenalinya.Enggar, entah kenapa nasibnya tidak sebaik diriku. Wajar sih, dia sepertinya di takdirkan menjadi miskin, jadi ketika bertemu denganku di restoran pun, aku membuang wajah dan tidak mau menyapanya. Enggar paham, dia pun diam saja. Aku tahu, dia pasti bukan datang untuk makan, atau membeli makanan. Tapi karena membelikan pesanan orang, memang payah kehidupannya.Andai dia kaya walau hanya sedikit, mungkin aku tidak akan malu di buatnya.Para penagih hutang mulai berdatangan, entah Amira berhutang di mana saja, hal itu membuatku semakin tidak tenang dan frustasi.Aku harus menemu
Baca selengkapnya
655
Bab655"Ya Allah, beginikah rasanya punya anak yang suka memaksakan kehendaknya? Tiba- tiba hatiku menjadi dilema. Apakah ini karmaku? Yang dulu juga suka memaksakan kehendak pada Mamah Elea?" batin Jelita."Bukan tidak mampu aku membantu Bagus, hanya saja hatiku meragu. Apakah dia benar- benar butuh uang, atau dia hanya ingin memanfaatkan kelebihan yang saat ini aku punya? Andai tidak ada harta dan warisan, apakah Bagus akan tetap ingat padaku dan adiknya?"Batin Jelita diliputi perasaan yang tidak tenang. "Bu ...." Enggar mendekati Jelita, yang terus termenung seorang diri."Ya, Nak." Enggar duduk di dekat Jelita, lelaki itu datang membawakan segelas susu, kopi dan cemilan, untuk menemani mereka ngobrol di saung."Ibu masih mikirin mas Bagus? Minta uang sebanyak itu, untuk apa katanya, Bu?" tanya Enggar, yang tidak begitu tahu pembicaraan mereka tadi."Katanya dia terlilit hutang, Nak.""Terus Ibu mau bantuin?"Sejenak Jelita menatap getir pada Enggar. Sebagai seorang Ibu, perasaan
Baca selengkapnya
656
Bab656"Dua bulan lagi rumah ini akan lunas, meskipun tidak ada mobil lagi, aku akan segera bisa membelinya lagi. Aku tinggal jaminkan saja sertifikat rumah ini nantinya ke Bank, biar bisa membeli mobil lagi," batin Bagus.Senyum sumringah Bagus pagi itu seketika langsung menghilang, ketika tiga lelaki berpakaian rapi, datang ke rumah mereka."Apakah benar, ini kediaman Ibu Amira?" tanya salah satu, dari tiga lelaki tadi."Benar sekali, ada apa ya mencari istri saya?" tanya Bagus.Amira mendengar suara orang berbincang di luar rumah, dia merasa penasaran dan berjalan ke arah luar.Melihat ketiga lelaki itu, Amira kembali masuk ke dalam rumah."Kami kemari untuk menagih cicilan yang macet, atas nama Ibu Amira, sudah 5 bulan, tapi tidak kunjung Ibu Amira bayar."Bagus terkejut, mendengar penuturan salah satu dari orang itu."Kami dari Bank *******, Ibu Amira meminjam sejumlah uang, dengan jaminan sertifikat rumah ini." Mereka pun memperlihatkan perjanjian kontraknya."Astaga, kok bisa,
Baca selengkapnya
657
Bab657"Aggrrhhh, brengsek." Bagus meninju diudara, kemudian pergi menjauhi Amira yang sumpah serapahnya mengikuti langkah Bagus keluar kamar."Dasar suami tidak berguna ....""Suami sialan ....""Anak haram ....""Anak terbuang ...."Begitulah sumpah serapah Amira kepada Bagus. Bagus tidak memperdulikannya, lelaki itu terus melangkah, menuju keluar rumah.Di pesannya taksi online, menuju ke rumah temannya. Perasaannya benar- benar kalut, dia butuh ketenangan._______Arman, lelaki itu terkejut, ketika mendengar cerita kehidupan Bagus yang semakin berada di kondisi terpuruk."On the way menuju miskin kamu, Bro? Sia- sia selama ini yang kalian kumpulkan," ujar Arman, teman satu profesi Bagus di kantor."Mobil sudah nggak ada, rumah juga nyaris di sita, malang betul nasibmu kawan," lanjut Arman."Aku benar- benar bingung, Man. Semenjak kami mulai menikmati hidup enak, Amira mulai berubah. Apalagi saat dia mulai menjabat sebagai Manager, berpenghasilan lebih besar dari aku, dia mulai ber
Baca selengkapnya
658
Bab658Pov Bagus."Yaudah, Man. Sepertinya aku sudah terlalu lama di sini, aku mau pulang dulu," ujarku pada Arman.Bukannya solusi yang aku dapatkan, malah ceramah dari Arman yang membuat hati semakin tidak nyaman.Aku tidak melakukan kesalahan apapun pada Ibu, yang salah adalah Amira, bukan aku. Lagian, Ibu memang pilih kasih, lebih mementingkan Enggar dari pada aku. "Oke, Gus. Renungkan ucapanku tadi, surgamu ada pada Ibumu, Gus."Aku hanya mengangguk, tidak ingin melanjutkan obrolan yang memuakkan itu. Surga apa? Ibuku saja belum tentu masuk surga.Aku melangkah dengan lunglai, menyusuri jalanan komplek perumahan tempat tinggal Arman tadi.Kupesan taksi online, untuk pulang ke rumah. Rasanya kepalaku semakin berat, perasaan stress ini sangat membebani hati dan pikiranku.Aku membayar tagihan taksi online dengan hati perih, sebab uang di dompetku yang tersisa, hanyalah selembar uang berwarna merah, pedih sekali.Aku berjalan ke depan pintu dan menarik gagangnya. Aku terkejut, mel
Baca selengkapnya
659
Bab659Mau tidak mau, Bagus tidur di kursi taman kota. Hanya itu pilihan terakhirnya, setelah sekian jam dia mencari akal dan bantuan, tapi tidak ada teman mau pun kenalan yang mau menampungnya.Perasaan Bagus benar- benar terluka. Bagaimana pun kehidupan sulit di masa lalu, tidak pernah membuatnya tidur di jalan seperti sekarang ini.Tidur di beratapkan langit, berteman dengan nyamuk dan udara malam hari, membuat Bagus benar- benar tersiksa. "Amira, kejam sekali kamu ...." Bagus berteriak dalam hati, merutuki sikap Amira yang menggembok pintu rumah mereka.Jam 12 malam lewat 20 menit, tiba- tiba ada 4 pemuda yang tengah di pengaruhi oleh minuman yang memabukkan, berjalan menuju tempat Bagus tertidur."Liat di sana, siapa orang itu? Dia tertidur di tempat tongkrongan kita kawan- kawan," ucap salah satu, dari 4 pemuda itu."Mangsa," sahut yang lainnya.Mereka berempat tersenyum jahat, dan mendekati Bagus.Plak ....Salah satu dari mereka, memukul bahu Bagus dengan cukup keras.Bagus t
Baca selengkapnya
660
Bab660"Man, Bagus mana?" tanya Amira, ketika bertemu Arman di ruang divisi pemasaran."Saya nggak tau, Bu. Dari tadi, Bagus nggak ada ke kantor.""Nomornya kok nggak aktif ya, Man?" ujar Amira lagi.Arman hanya mengendikkan bahu, sebagai jawaban tidak tahu- menahu. Amira pergi meninggalkan divisi pemasaran dengan perasaan kecewa lagi."Dimana dia? Apakah dia sudah di rumah Ibunya? Enak sekali dia di sana, sedangkan kami tinggal di wisma. Aku juga nggak mungkin tetap tinggal di situ, uangku sudah sangat tipis," batin Amira.Apalagi, kini dirinya menjadi wanita pengangguran, dan di tuntut mengembalikan uang perusahaan yang dia gelapkan."Hanya mobil ini yang aku punya, rumah sudah tidak mungkin lagi. Aku harus ke rumah Ibu mas Bagus dulu, mana tau dia mau memberikan kami uang ...."Amira melajukan mobilnya, menuju rumah Jelita. Sesampainya di rumah mertuanya itu, Amira ikut kecewa, karena Jelita dan keluarganya belum kembali ke kota."Kalau Ibu nggak ada di sini, jadi mas Bagus kemana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
646566676869
DMCA.com Protection Status