Lahat ng Kabanata ng Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua: Kabanata 641 - Kabanata 650
689 Kabanata
641
Bab641Raisa pergi meninggalkan kamar hotel orang tuanya dengan kesal. Gadis cantik itu masuk ke dalam kamarnya, merenungi kejadian hari ini."Seumur hidup, aku tidak pernah di permalukan seperti ini," batin Raisa.Kejadian di ruangan tadi, masih terus saja mengganggu pikirannya. Kakek dan Nenek yang selalu baik dan mencintainya itu, seketika mulai berubah dingin kepadanya."Apakah tindakanku sangat buruk? Sampai- sampai mereka tega padaku," lirih gadis cantik itu lagi.Dengan perasaan kecewa bercampur sakit hati, Raisa membuat sebuah status ungkapan perasaannya."Dipermalukan lagi, hanya karena wanita miskin yang mengaku keluarga." Begitulah status Raisa. Cinta yang saat itu tidak tidur, rupanya membaca status keponakannya itu. "Anak ini, persis sekali dengan Ibunya," batin Cinta.Namun Cinta bukan tipikal orang yang suka menegur atau menasehati anak orang lain. Dia memilih diam dan mengabaikannya saja.________Pagi itu, mereka sarapan bersama di restoran, Adam begitu senang karen
Magbasa pa
642
Bab642Pov JelitaAku tersenyum bahagia, melihat Adam yang begitu ceria, mendapatkan rumah baru yang sangat bagus dari rumah sebelumnya.Malam besok, Mamah dan Papah merencanakan mengadakan sukuran rumah yang akan kami tempati ini. Mereka juga tetap akan mengundang keluarga besar. Papah dan Mamah juga mengingatkan, agar aku dan anak- menantu, untuk menyiapkan mental kami, melawan sikap mereka yang mungkin nantinya membuat tidak nyaman.Biar bagaimana pun, yang aku terima saat ini, merupakan bagian dari hak aku yang Papah dan Mamah siapkan. Berpuluh- puluh tahun, aku memikul rasa malu dan bersalah pada mereka.Kini, saatnya aku lepaskan perasaan itu, memohon maaf dan ampunan mereka.Malam itu, ketika kami bertiga di ruang keluarga duduk bersama, aku bersimpuh di hadapan Mamah Elea."Mohon maafkan saya, Mamah. Begitu banyak luka, rasa malu dan kekurang ajaran yang saya torehkan di kisah hidup keluarga besar kita. Mohon ampunan dan keikhlasan Mamah, untuk memaafkan saya yang penuh dosa
Magbasa pa
643
Bab643Pov JelitaAku mengernyit, mendengar tuduhannya."Baju siapa yang Ibu pakai ini? Nggak mungkin Ibu mampu membeli baju semahal ini," timpal Amira, yang mulai memindai penampilanku."Siapa yang mengundang kalian ke sini?" tanyaku balik. Sedari tadi, mereka terus saja melayangkan pertanyaan. Sedangkan aku, tidak menjawab 1 pun.Sebaliknya, aku malah penasaran, siapa yang mengundang mereka."Kami diundang kepala cabang. Karyawan lain juga datang, jadi Ibu jangan coba- coba bikin reputasi Bagus dan Amira rusak malam ini. Apalagi saya, saya Manager di perusahaan, saya akan malu jika mereka tahu, saya punya mertua miskin," ujar Amira dengan pongahnya."Tenang saja, saya tidak akan mengakui kamu menantu saya, juga Bagus anak saya, aman," jawabku."Baik, saya pegang ucapan Ibu. Rara, ayo kita duduk di sana, jangan di sini," ucapnya pada Rara."Ingat ucapan Ibu tadi ya, kami nggak mau orang- orang di sini tahu, bahwa Ibu adalah Ibu aku," kata Bagus lagi mengingatkan, sebelum dia melangk
Magbasa pa
644
Bab644Pov Jelita."Rara, Nenek kamu punya rumah mewah, rumahnya sangat besar dari rumah kita, Rara mau nggak, jika kita tinggal di sini sama Nenek?" tanya Amira kepada anak perempuannya itu.Aku tercengang, makanan yang masuk ke dalam mulutku nyaris menyembur keluar begitu saja, untuk cepat kututup mulut ini."Rumah kamu mana? Ngapain mau tinggal di sini?" tanya Mamah Elea, menyela pertanyaan Amira pada Rara.Rara yang semula tersenyum dan ingin menjawab pertanyaan Amira, sekita langsung terdiam tanpa berani menjawab pertanyaan Amira."Ah, rumah Amira kan bisa di kontrakkan saja, Nek. Lagian, rumah Ibu cukup mewah dan besar, pasti bisa lah menampung kami bertiga," jawab wanita itu dengan entengnya."Saya bukan Nenek kamu, dan saya tidak mengizinkan, ketenangan anak dan cucu saya terganggu oleh orang luar," tegas Mamah Elea."Saya ini menantu Ibu Jelita, bukan orang luar. Saya berhak tinggal di sini, sama seperti Lina," jawab Amira dengan angkuhnya.Mamah Elea terkekeh."Menantu? Buka
Magbasa pa
645
Bab645Pov Jelita.Para tamu pun mulai berpamitan pulang, tetapi tidak dengan Amira, Bagus dan Rara. Mereka masih duduk, sambil menikmati beberapa hidangan yang masih ada di atas meja mereka.Mamah Elea menatap tidak suka pada anak lelakiku itu. Aku tahu, dia masih sangat marah pada sikap Bagus dan Amira tempo hari pada kami."Kenapa mereka belum pulang juga?" tanya Mamah Elea padaku. Suara Mamah cukup datar, tidak keras, tidak juga pelan, tapi aku yakin Bagus dan Amira mendengar jelas, karena posisi kami yang tidak begitu jauh dari mereka.Nampak sekilas Amira menatap ke arah kami, kemudian dia kembali menyantap makanannya."Mas Bagus, Amira, kalian tidak pulang? Kami sudah mau beristirahat, hari ini cukup melelahkan untuk kami sekeluarga," ujar Enggar, yang berjalan menghampiri mereka."Enggar, kamu nggak liat kami masih makan?""Tapi ini sudah mau jam 11 malam, Mas. Kami harus beristirahat.""Kami kan nginap di sini juga," celetuk Amira, membuat aku dan Mamah Elea saling pandang.A
Magbasa pa
646
Bab646"Amira, kamu ini aneh sekali, ngapain mau nginap segala di rumah baru Ibu?" keluh Bagus, saat mereka di perjalanan pulang ke rumah."Bodoh kamu, Mas. Kamu kenapa bisa tidak tahu apa- apa, asal- usul Ibumu itu?" Bukanya menanggapi keluhan Bagus, Amira malah menghina Bagus yang memang tidak tahu apa- apa tentang asal- usul Jelita.Jangankan asal- usul Jelita, bahkan asal- usul dirinya saja Bagus tidak tahu.Selama ini, dia tahunya Jelita dan Abizar adalah orang tua kandungnya."Aku nggak pernah ngurusin hal itu, jelas saja aku tidak tahu," jawab Bagus."Nah itulah, bodoh kamu, sampe nggak tahu apa- apa. Pantas saja, Enggar yang miskin itu, mau menampung Ibu kalian, pasti dia sudah tahu, bahwa Ibu anak orang kaya. Demi mengambil keuntungan, dia berpura- pura tidak tahu juga," ujar Amira."Bahkan, dia akan masuk perusahaan di tempat kita bekerja, sebagai pemimpin pula. Rasanya tidak sudi, tapi mau bagaimana lagi? Punya suami sangat bodoh, andai saja kamu berani bersuara, dan kataka
Magbasa pa
647
Bab647"Tidak kusangka, Mamah dan Papah, juga kamu sejauh ini, menyenangkan hati mereka ...."Galih yang tadinya sibuk dengan laptopnya di atas tempat tidur, pun langsung menghentikan aktivitasnya, ketika Abel memasuki kamar dan menggerutu."Kenapa? Ini bukan urusan kamu, kan?" "Ini urusanku, Mas. Aku ini istri kamu, hal ini sangat penting untuk kamu diskusikan dulu sama aku, jangan asal main ambil keputusan," bentak Abel dengan berani, matanya melotot menatap Galih dengan aura kemarahan."Apakah rumah yang mereka belikan untuk Jelita, itu menggunakan uang kamu? Sehingga kamu merasa berhak untuk diajak diskusi? Apakah menjadikan Enggar pemimpin perusahaan, itu juga mengganggu kehidupanmu? Sehingga kamu harus tahu?"Abel mendengkus."Kenapa orang- orang yang tidak berkontribusi, harus mendapatkan begitu banyak bantuan uang? Kamu nggak merasa di bodohi?""Diam! Aku bukan orang bodoh, yang tidak bisa membaca arah pikiran orang picik! Jangan coba- coba meracuni pikiranku, dengan segala
Magbasa pa
648
Bab648Amira mendekat dan menyurung tangan untuk bersalaman. Jelita pun terdiam dan menyambut uluran tangan Amira.Dengan cepat wanita itu mencium takzim tangan Jelita, seolah dia menantu yang baik. Padahal sebelumnya, jangan kan mencium tangan, bersikap ramah pada Jelita saja, dia nyaris tidak pernah lakukan."Ibu, maaf ya kami berkunjung pagi- pagi," ujar Amira, setelah mencium tangan Jelita."Ada apa kalian ke sini?" tanya Jelita dengan wajah datar.Bagus dan Rara hanya diam di luar, dia tidak berani masuk, begitu juga dengan Rara."Kami mau menemui Ibu saja, sekalian ada hal penting yang mas Bagus ingin bicarakan. Ngomong- ngomong, Ibu sarapan apa? Kok bau aroma masakannya wangi sekali, mendadak Amira menjadi laper, Bu ...."Amira bersikap seolah akrab sama Jelita, dia bahkan tidak merasa sungkan sama sekali pada Jelita, Ibu mertua yang selalu dia rendahkan itu."Bolehkan bu, kami ikut sarapan? Kasihan Rara, kami bawa kesini tanpa ada sarapan sama sekali," lanjut Amira."Meja maka
Magbasa pa
649
Bab649Pov Jelita"Bu, ini bukan masalah harta, tapi keadilan," jawab Amira lagi, dan Bagus, anak lelakiku itu seketika langsung membisu.Amira mengambil alih dalam berbicara, dia selalu ingin lebih terlihat menonjol dan nampak selalu ingin memimpin. Dan Bagus, anakku itu seketika langsung tidak berguna."Kamu tahu mengapa Ibu memilih Enggar dan Lina, sebagai orang- orang yang akan menemani masa tua Ibu?" tanyaku pada Amira, dan Bagus."Kenapa memangnya?" tanya Amira. Wajah wanita itu masih saja terlihat angkuh.Aku mulai menceritakan pada mereka, saat aku berada di rumah kontrakkan mereka dulu."Saat itu Ibu tengah sakit," ujarku memulai cerita.Flashback saat di rumah kontrakkan Enggar dan Lina."Tugas Ibu sudah selesai, meskipun harus mati, maka Ibu akan mati dalam keadaan bahagia. Sebab, Ibu merasa menjadi manusia yang paling beruntung, mendapatkan cinta yang tulus dari menantu, yang bahkan tidak lahir dari rahim Ibu. Namun, dia begitu tulus mengurus diri ini. Dan melihat Enggar,
Magbasa pa
650
Bab650Pov Jelita.Aku melanjutkan ceritaku pada mereka.Pagi buta, usai salat subuh, Enggar sudah pergi melajukan motor tuanya, membelah jalanan yang masih belum terang, juga berembun. Dinginnya pagi, sepertinya tidak menyurutkan niatnya, untuk tetap pergi mengais rezeki.Ketika hari mulai terang, Lina pun sudah memandikan anak-anaknya, juga membersihkan bekas ompolku, dan menggantikan pakaianku, setelah dia membersihkan tubuh ini dengan kain basah.Sedangkan masakan sudah semua matang, sepertinya sangat pagi, dia sudah mengerjakan bagian dapur. Enggar pun pergi, dengan membawa bekal, setelah selesai sarapan tadi.Mereka benar-benar pasangan yang kompak, aku terharu, melihat kegigihan mereka berdua."Ibuku sayang, ayo makan," ucapnya. Dengan tangan memegang dua piring makan. Lina kemudian memberikan satu piring nasi, yang sudah terisi komplit di atasnya, kepada Adam. "Adam bisa makan sendiri?" tanyaku. "Sejak berumur tiga tahun, Adam sudah hebat makan sendiri, loh." Adam menyahut
Magbasa pa
PREV
1
...
6364656667
...
69
DMCA.com Protection Status