All Chapters of 7 Ramadhan Tanpamu: Chapter 11 - Chapter 20
90 Chapters
Dia itu Bukan Bajingan!
Tommy sudah ada di depan penginapan syariah yang masih di wilayah sekitar agensi. Sepeda motor pun sudah diparkirkan di halaman penginapan tersebut. Pikiran Tommy pada apa yang telah dituturkan Zeira. "Kalau ada apa-apa kasih tahu saya." Tommy menawarkan penuh simpati. "Terima kasih, Bang!" ucap Zeira dengan wajah datar karena kejadian yang telah dialaminya telah membuat dirinya sedikit cemas serta takut. Zeira masuk ke dalam lobi penginapan dan mendekat ke arah resepsionis. Sementara Tommy masih menunggu di depan. Dia hanya mengantisipasi jika ada hal yang tidak diinginkan seperti tadi menimpa Zeira dibarengi tangannya dengan mencoba mengirim beberapa pesan serta membuka e-mailnya bermaksud untuk mengirim e-mail ke pada Nizam. "Kau di mana, Zam? Anak bini kau mencari-cari!" desisan spontannya. Pesan e-mail ditunggunya hingga beberapa menit. "Masa iya kau nih secepat itu melupakan istri? Kau ini setahuku bukan seorang bajingan. Di mana kau ini?" Tommy masih dengan desisannya. Sekar
Read more
Neni Kepergok!
Mendengar gertakan Zeira seperti itu Azyumardi pun berbicara lantang, "Wanita berkelas serta memiliki dedikasi tinggi itu tak akan mau menikah dengan lelaki yang kedua orang tuanya tidak menyetujui. Karena wanita tersebut mengetahui menikah itu bukan hanya menikahi suaminya saja, melainkan pada seluruh keluarganya. Paham itu kamu? Coba dengan kamu nekad seperti itu apa kamu didatangi mertuamu?" Hendak Zeira membuka suaranya Azyumardi kembali berbicara, "Kamu tidak merasa aneh kalau kamu menikah tapi tak pernah berkunjung ke mertua dan mertuamu pun tak pernah mau tahu kehidupanmu? Kamu tidak merasa sakit hati?" Zeira bergeming. Bibirnya bergetar, lidahnya kelu. Kata-kata pun seolah tertahan di kerongkongannya. Suasana menjadi sangat hening beberapa detik. Kemudian tiba-tiba suara Zeira pelan sekali keluar, "Mbak, saya hanya memberitahukan saja. Juga, beritahu ibu dan ayah akan kejadian ini. Assalamu 'alaikum." Hendak saja Zeira menutup teleponnya Azyumardi menyela, "Kamu jangan terla
Read more
Nizam Kirim E-mail ke Tommy
"Kamu yakin Zeira punya uang atau perhiasaan? Aa yakin itu hanya foto-foto lama saja sama surat tanah!" Arman meyakinkan itu pada istrinya."Apa salahnya kita lihat dan buktikan!" jawab Neni sambil berjalan ke arah jalan setapak."Kamu mau ke mana?" pekik kasar Arman."Aa mau kelaparan hari ini?" ketus Neni dan masih melanjutkan langkahnya. Iya, Neni suami tak kerja jalan satu-satunya minta bantuan orang tuanya. Itulah Neni. Rumah orang tua Neni memang hanya terhalang 10 rumah saja dari rumah suaminya, beda gang akan tetapi masih satu RT."Mak...Mak...." Datang-datang Neni langsung berbising dengan kemanjaannya."Apa?" Mak Arfiah langsung menyambut anak bungsunya itu. "Suamimu nganggur? Tak ada uang? Tak ada beras?" tambahnya menebak kebiasaan Neni kalau sepagi ini mendatanginya. "Sudah Mak bilang dari dulu jangan mau sama Si Arman, Bapaknya saja dulu malas-malasan dan menurunlah sama anaknya!" Mak Fiah masih menggerutu kendati dia cekatan sekali mengambil beras yang ada di dalam gento
Read more
Sentuhan Tangan Tommy & Zeira
Tommy sekarang setidaknya memahami keadaan rumah tangga Nizam. 'Pantas saja dia tidak membiarkan istrinya tinggal di Padang. Padahal lebih aman seatap dengan orang tuanya daripada mengontrak seorang diri, ternyata itu permasalahannya.' Enigma itu akhirnya terpecahkan dan mengerti semuanya seiring dengan batinnya yang bergaduh pandangannya pun sekarang menyorot ke arah wajah lugu Zeira kemudian pada Zidan. "Hidup kalian sekarang hanya berdua saja, Mbak?" tanyanya pelan. "Iya berdua." Singkat Zeira sambil mengeluarkan uang sebesar 5 juta rupiah kemudian diberikan ke pada Tommy. "Usahakan cari penginapan yang wajar ya, Bang. Agar setidaknya tidak terlalu membengkak dananya." Sambung Zeira dengan menghela napas panjang. 'Uang yang semestinya untuk modal usaha malah untuk mencarimu, Bang. Ini mengartikan tidak ada keberkahan pada uang yang cukup ini.' Ucapan yang membeku di dalam hati Zeira menambah sesak dadanya. Tommy bergeming melihat tumpukan uang yang sudah tertata di dalam amplop
Read more
Dekapan Zeira
"Tadi saya disuruh bibi saya untuk mengantar sepupu ke tempat badminton. Nah, makanya punya helm perempuan." Tommy menjelaskan dengan tegas, sementara tangannya mulai men-starter motornya. Motor Tommy memang sangat besar walaupun tidak seperti milik suaminya. Motor keluaran baru itu membuat Zeira agak susah menaikinya dan bahkan harus rapat sekali di belakang Tommy. "Bang, Zeira pakai busway saja, ah. Gak nyaman!" Zeira mulai protes. Waktu itu Zeira menumpang karena sambil menggendong Zidan. Jadi, dia tidak langsung bersentuhan. Sekarang berdeda. Dadanya hampir menyentuh punggung Tommy. "Kalau naik busway sekarang, sampai jam berapa ke sana? Lalu pulang naik apa? Tidak mungkin dengan busway lagi karena batasnya hingga pukul 19:30 saja." "Cepatlah, naik!" Tommy menoleh ke arah Zeira yang masih mematung di belakang jok motor. Pelan, dia pun berusaha naik ke atas jok motor. Kemudian tangannya memegang bahu Tommy. Sekarang Zeira pun sudah duduk tepat di belakang Tommy. Tak menunggu
Read more
Statement Revina
Espresso bercampur cream yang ada di dalam cangkir mungil pun diambilnya kemudian diteguknya perlahan. Mata Tommy tak berkedip melihat cara-cara Zeira seperti itu dan menurutnya sangat menawan. Sepintas mata Rizal pun melirik ke arah pandangan Tommy yang sedang memperhatikan Zeira. Secara bersamaan Revina pun melirik calon suaminya. Seolah ingin menyampaikan sesuatu akan apa yang sedang terjadi. "Ehem," Rizal berdehem. Sedangkan tangannya sibuk membuka beberapa dokumen milik Munandar, dari fotokopi KTP dan beberapa berkas lainnya. "Mas Tommy, ini mungkin bisa menjadi patokan-patokan untuk memulai pencarian nanti. Hanya sekedar mengingatkan, untuk mencari Munandar seharusnya memakai trik. Takutnya akan membuat kecurigaan pada anak buahnya, nanti disangka Mas Tommy mau macam-macam lagi." Ungkap Rizal seolah ingin mengubah perhatian Tommy pada wanita yang masih berstatus menikah itu. 'Oh, iya, Bang!" Tommy bergegas mengalihkan perhatiannya pada fotokopi KTP Munandar. "Terima kasih, Ban
Read more
Misteri Kotak Kayu
"Dia sedang mencari kucing saya, Mang ronda!" ucap Neni tiba-tiba muncul sembari menghampiri. Sedangkan di dekapannya sudah ada kucing hitam yang entah milik siapa. "Neni?" Mang ronda terkejut sambil mengernyit ketika melihat Neni datang. "Tengah malam sama si Dede mencari kucing? Sejak kapan kamu suka kucing?" sambungnya tak percaya. "Semenjak Dede membawakan ini tadi pagi dari desa sebelah," Neni meyakinkan. "Dede, ayo kita pulang! Aa Arman pasti sedang menunggu kita!" ajaknya dengan cepat dia berjalan duluan. Dua ronda pun langsung menatap satu sama lain, kemudian mereka pun menarik bahunya tanda tak mengerti apa-apa. Kemudian, kembali berkeliling ke seluruh rumah warga hingga kampung sebelah. "Aneh mereka itu?" ucap salah satu Mang ronda sembari terus menyorotkan lampu senter ke tempat-tempat yang menimbulkan suara. "Kalau ada apa-apa 'kan kakaknya Neni polisi, maka dia pun akan terbawa-bawa. Masa iya Neni akan mempermalukan keluarganya? Terlebih lagi bapaknya sudah dianggap ses
Read more
Di manakah Nizam?
Lalu di manakah Nizam? Kehidupan Nizam berubah drastis begitu meninggalkan tanah air terlebih lagi Zeira. Di Belanda pun diperlakukan sangat baik oleh Aldert dan langsung bekerja. Belanda yang telah menjadi incarannya selama bertahun-tahun pun memang sudah menghipnotisnya hingga masih tenang walaupun seluruh ransel miliknya diketahui hilang sehingga tak bisa menghubungi istrinya. -45 hari yang lalu- Di dalam ariport, tepatnya di dalam lounge, Nizam gelisah karena sudah tak tahan ingin buang air kecil pun segera masuk ke dalam kamar mandi karena jaraknya memang tak begitu jauh dari dirinya duduk tanpa menghiraukan ranselnya dan tak berpikiran macam-macam. Ransel pun ditinggalkan di lounge bisnis class. Setelah selesai melakukan kegiatan di dalam kamar mandi pun Nizam langsung ke luar dari kamar mandi dan kembali ke tempat di mana dia duduk tadi. Matanya tertuju pada ransel yang tadi ada di sampingnya, akan tetapi sekarang sudah tidak ada. "Mrs. Angel apakah kamu melihat ransel hitam
Read more
Hubungan Terlarang!
"Mrs, jangan...." tolak Nizam sambil berusaha menepis. Angel tertawa terpingkal. "Nizam, aku ini menyuruh kamu tidur di sini bukan untuk meniduriku. Tapi, biar aku tidak ketakutan!" ucap Angel manja sekali dan langsung melepaskan dekapan. Mendengar ucapan dan reaksi manja Angel, Nizam memejamkan matanya tanda tersadar kalau asumsinya salah. Dia memang sudah terangsang dengan dekapan hangat Angel tadi. "Kok, malah terpaku begitu?" Angel mencoba mencairkan suasana dengan membuka sweater agar nampak santai dan tidak membuat Nizam kikuk. Lalu, menaruhnya di atas sofa. "Ayo!" ajakan Angel sembari menatap wajah Nizam tajam. Pelan seraya menyimpulkan senyuman tipis Nizam pun mengikuti Angel. "Ini kamar Angel, Abang tidur di sini! Biar Angel tidur di kamar ibu!" Penuturan Angel yang bersahabat membuat Nizam berseloroh, "Sejak kapan Mrs, adik saya?" Angel tertawa, "Anggap saja Angel adikmu, Bang. 'Kan usia kita itu beda 5 tahun. Abang 29, Adik ini baru 24 tahun!" tuturnya dengan tangan m
Read more
Pura-Pura Malu
Tommy sangat waras dengan perasaannya pada Zeira. Buatnya Zeira tak layak hidup seperti di atas awan yang sengaja atau pun tidak sengaja Nizam membuatnya tak menentu hingga 46 hari. Rumah tradisional yang bergonjong runcing menjulang sudah di depan Tommy. Si penghuni yang berada di atas pun langsung memusatkan perhatian padanya. Dia tiada lain adalah Aminah, cepat sekali beranjak dan langsung menuruni anak tangga. "Mau cari siapa?" tanyanya begitu sampai di bawah. "Selamat siang! Perkenalkan nama saya Tommy, Bu!" jawab Tommy yang sedang mematung dan langsung menghampiri. "Hendak cari siapa?" tanya Aminah kemudian. "Saya mau bertemu Pak Kepala Dusun Adityawarman," ungkap Tommy langsung berterus terang. "Bapak lagi rapat di desa, kembali habis ashar. Ada keperluan apa?" jawab Aminah dengan menatap tajam wajah Tommy. Tommy mendekat ke arah Aminah, kemudian dia pun menunjukan fotokopi KTP milik Munandar, "Ibu kenal dengan lelaki hebat nan sukses ini?" tanyanya. Aminah mengerling mat
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status