All Chapters of Kesatria Agung Mikenai: Chapter 31 - Chapter 40
44 Chapters
Chapter 30: Kemampuan yang Mengerikan
   Semburan air mengarah ke arah lawan, lawan itu menghalaunya dengan sentuhan ajaibnya dan membuat semburan itu membeku. Lalu dia serangkan balik tembakan air yang telah menjadi es itu kepada penyerang sebelumnya. Seketika itu es tersebut mencari sebelum mengenainya. Inilah pertarungan Vichnight dengan Kooria, antara mencairkan dan membekukan.     “Hebat juga. Kupuji kelebihanmu,” ucap Vichnight.    “Kaupikir aku peduli?” balas Kooria acuh. Kooria mengumpulkan kekuatan dan menembakkan bola es.    “Bala pagou!(Bola Es!)” Bola es meluncur dari tangan Kooria, menembak Vichnight. Vichnight bersiasat menahannya dan saat sampai di dekat, ia coba mencairka
Read more
Chapter 31: Kekuatan Petinju Bornuza
   Zanagos melancarkan pukulan begitu juga dengan tangan raksasa Adamanos, gempuran yang sama kuatnya tersebut menimbulkan angin kencang yang mengibas ke segala arah. Keduanya sama-sama terdorong. Kemudian Adamanos melancarkan serangan dengan  menghentakkan kaki-kakinya sampai meretakkan tanah pijakan dan menimbulkan gempa, Zanagos masih bisa kuat mempertahankan posisinya. Kemudian Pendekar botak itu mempraktikan kuda-kuda untuk menembakkan energi pukulan ke arah Adamanos. Serangan tersebut sampai membuat tubuh raksasa itu terseret kebelakang dan merasa kesakitan, Zanagos pun melaju untuk menyerang Adamanos dari jarak dekat. Tetapi tanah tiba-tiba longsor, dan membuatnya terjatuh. Adamanos tersenyum karena memang tujuannya adalah menunggu Zanagos menggerakkan kedua kakinya lalu ia menjebaknya.    "Sudah berakhir, Kesatria bot
Read more
Chapter 32: Bangsa Gigant
    Bangsa Gigant adalah sebutan bagi sebuah perkumpulan orang-orang yang terisolasi di negara Vennisios yang memiliki thelisi makhluk raksasa Gigant. Dalam mitologi Yunani, Gigant pernah berkeinginan untuk menggulingkan Dewa Zeus dan melempari istana Olympus dengan bebatuan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengendalikan elemen tanah karena bisa melemparkan batu dari Bumi menuju ke istana Olympus di langit. Begitu juga dengan orang-orang yang memiliki thelisi raksasa Gigant. Mereka sekaligus bisa merubah tubuh menjadi seukuran raksasa, juga bisa mengendalikan elemen tanah sebagai kekuatan spesial.   Para kesatria Gigant begitu d
Read more
Chapter 33: Hukuman Pertama
   Dalam hutan yang lebat, para gerombolan bandit Ribagos menyusuri dengan langkah-langkah mereka yang beriringan bagaikan sekelompok parade band. Sesuai arahan dari Boy Knight, mereka bermaksud untuk mengembalilan Rinara kepada keluarganya. Rinara yang memandu mereka menyusuri jalan demi jalan di dalam hutan, gadis itu memiliki ingatan yang begitu kuat. Dia juga diperlakukan sangat baik oleh kelompok bandit Ribagos, ketika Rinara kelelahan berjalan lama Rigol senantiasa menggendongnya.   "Ternyata kalian sangat baik, bahkan lebih baik dari orang-orang pasukan negara," ucap Rinara yang sedang menempel pada punggung Rigol.   "Apakah kau sudah pernah bertemu mereka?" tanya Rigol.   "Iya, aku bertemu mereka sebelum bertem
Read more
Chapter 34: Bantuan Dari Negara
   Pasukan negara Vennisios menyerbu penginapan, mereka mendapatkan segenap informasi keberadaan rombongan Boy Knight dan para perusak akropolis dari para saksi mata sekitar. Mereka mendobrak dan masuk ke dalam begitu saja. Sampai mereka bertemu dengan para penghuninya yang sedang duduk santai.   "Boy Knight, serahkan mereka para perusak akropolis kepada pihak negara. Mulai dari sini kami yang bertanggung jawab!" gertak seorang komandan militer. Boy Knight berdiri untuk menyambutnya, "Sebelum itu tunjukan sopan santunmu terhadap orang yang sudah berjasa, kalian bukan apa-apa kecuali pahlawan kesiangan." Sang Komandan semakin tersulut emosi.   "Apa maksudmu, kau yang harusnya bersikap sopan santun kepada kami, keparat!"  &nb
Read more
Chapter 35: Pertempuran di Kampung Para Raksasa
   Di pedalaman hutan lebat, terpahat pondasi gapura yang sangat megah terbuat dari batu. Itu adalah gerbang kampung bangsa Gigant, mereka tinggal di balik gapura tersebut. Rombongan Boy Knight dan lainnya berjalan pelan serta bersiaga bilamana ada seragan dadakan dari penduduk kampung tersebut.    "Ini pertama kalinya aku ke kampung ini," ucap sang komandan, "terasa melintasi perbatasan dunia nyata dan dongeng."     "Itu karena kau tidak pernah mau menerima eksistensi kami sebagai rakyat Vennisios," tegas Timos. Ucapannya mengandung gejolak emosional yang terasa mendidih kepada seorang aparat kerajaan.    "Maafkan aku, selama ini aku belum menjangkau seluruh kota di negara Vennisios ini," ucap Sang komandan tertunduk.
Read more
Chapter 36: Vichnight VS Kooria
  Kooria menghantam Vichnight dengan tangan yang dilapisi sarung tangan es. Vichnight menangkis dengan tongkatnya. Kooria menyerangnya bertubi-tubi sampai Vichnight terpojok, hingga satu lancaran pukulan Kooria mampu menjatuhkannya.    "Hahaha … permainan ini menyenangkan," ucap Kooria. Kooria lanjut memukul Vichnight, ia melompat dan tangannya menukik. Pukulan Kooria mampu menghantam telak Vichnight sampai tanahnya pun retak.    "Vrochi,(Hujan)" ucap Vichninght. Tubuh Vichnight berubah mencair menjadi air. Hujan tenang pun turun perlahan-lahan. Kooria berteriak,    "Pagomenos!
Read more
Chapter 37: Berjuang Sampai Akhir
   Saxomenes bersembunyi di bawah pohon besar yang amat rindang. Di luar sana banyak kepala naga ganas meraung-raung mencari keberadaannya untuk dijadikan santapan makan malam. Saxomenes mendengarkan hembusan napas mereka semakin mendekat, tetapi ia tidak berpikir ini adalah akhir dari hidupnya. Ia rentangkan kedua tangan seraya menggenggam. Mulai mengingat kata-kata yang dilontarkan kepadanya dikala menemui kegagalan. Jika kau keras kepala, kekuatanmu akan selalu terhambat untuk meningkat Jangan terburu-buru    Napas Saxomenes berhembus lebih tenang. Kedua tangannya mampu menyalakan energi listrik akan kekuatan petir. Di hadapannya terlihat kepala naga buas meraung yang bersiap menerkam. Saxomenes lancarkan pukulan hebat hingga kep
Read more
Chapter 38: Tuan yang Sebenarnya
   Pertempuran di kampung Gigant belum kunjung usai. Namun, banyak para pasukan jatuh bergelimpangan karena kehabisan tenaga. Untungnya mereka tidak ada yang berniat membunuh, bisa dipastikan tidak ada korban yang sampai kehilangan jiwa. Hanya mendapatkan luka-luka dan pingsan.   Duel pertarungan raksasa wanita Saras melawan Dombros semakin memanas. Mereka sama-sama unjuk kekuatan sejati, sampai mengangkat bebatuan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai senjata yang membenturkan lawan mereka. Dombros melakukan serangan, dan setiap dia melancarkan pukulan ada bebatuan melayang yang mengikuti irama serangannya. Saras menangkis serangannya, sampai bebatuan yang ditangkisnya membentur dan melukai orang lain. Saras yang melihat hal ini mencoba membuat perhitungan, dia merentangkan tangan kanan untuk memberikan isyarat berhenti.
Read more
Chapter 39: Itamos dan Para Pemberontak
   Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar.   "Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.   Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang.   "Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status