All Chapters of Cursed: Kutukan Kembar Tampan Season 3: Chapter 51 - Chapter 60
188 Chapters
S3: Departure, Arrival.
"Nona, apakah masih ada hal lain yang dapat kubantu selain dengan sedikit dana tanda terima kasih dari kami?" Desak David, masih ingin menawarkan bantuannya sekali lagi, entah mengapa belum ingin melepas Aina begitu saja."Oh, mungkin satu hal saja. Bila Anda tak keberatan, Tuan David, dapatkah Anda menolongku menuliskan sepucuk surat? Aku belum dapat menulis dalam bahasa ini dengan baik.""Tentu saja! Aku memiliki selembar kertas dan pen. Apa saja yang Anda ingin kubantu tuliskan?"**********Keesokan paginya saat mentari masih berada di horison, Aina berdiri menatap air laut di atas geladak kapal sewaan yang sama dengan yang ditumpangi Lara dan Xander sekitar dua hari silam. Ia diam-diam pergi meninggalkan Kingfisher tanpa pamit. Tak mau membuat kantor pemerintahan dan semua petugas di sana curiga, ditinggalkannya sepucuk surat yang telah ia minta David bantu tuliskan semalam. Isinya hanya permintaan maaf karena terpaksa meninggalkan semua secara diam-d
Read more
S3: Pertemuan Kembali
Ocean dan Carl masih duduk menunggu di lounge, larut dalam pikiran mereka masing-masing. Jam tua grandfather clock antik di sudut ruangan berdentang cukup keras tepat waktu menunjukkan pukul sembilan malam.Ocean bergeming. Pemuda bangsawan itu masih berpikir keras, mengolah semua informasi yang ia terima bertubi-tubi semenjak kedatangannya dari 'petualangan di pulau bersama Aina' selama beberapa minggu atau bulan.Hubungan di masa lalu dengan Emily Rose Stewart, seorang wanita yang mengaku sebagai 'calon istri yang sedang hamil' yang kata Carl adalah salah seorang dari pasangan gadis kembar bangsawan Everopa, dan tentunya 'kekuatan magis' yang ia miliki. Sesuatu yang sudah dua kali menunjukkan kuasa bahkan sebelum ia menginjakkan kaki di tempat ini.Di sini, di puri tua megah tempat ia dilahirkan, tentunya banyak menyimpan memori. Apa saja? Ocean belum terlalu bisa mengingatnya. Semua bagai tersaput kabut samar-samar menyelubungi semua citra yang ingin ia tatap
Read more
S3: Api Kecemburuan Earth
Kedua sosok manusia yang pernah 'bersama sebagai teman atau mungkin lebih' di masa lalu itu tetap terpaku di tempat mereka masing-masing. Mereka seakan tak peduli pada kehadiran saudara-saudara kembar maupun seorang pria lain di ruangan itu. Saling beradu mata dengan diam.'Ocean, kau masih persis seperti dulu saat kita berpisah; tampan, elegan, sekaligus begitu menyesakkan' Emily merasa sangat ingin mengucapkan kata-kata itu, namun tertahan dalam benak, 'ah, mengapa lidahku terasa kelu dan juga hatiku ingin menangis pilu saat mengingat momen terakhir kita tiga tahun silam di pulau ini? Bila saja bisa kuputar balik waktu, membiarkanmu mengatakan apa yang kau pernah ingin ucapkan.'Sementara Ocean juga berkata dalam hati, 'Jadi inilah gadis yang bernama Emily Rose Stewart. Cantik, walau tak berlebihan. Aku bisa merasakan kerendahan hatinya, walau ada 'sesuatu' padanya yang saat ini sedang menggangguku. Ada getaran luar biasa darinya seperti magnet yang berusaha keras me
Read more
S3: Antara Emily dan Ocean (1)
Namun sedalam-dalamnya Emily tersesat dalam alam pikirannya sendiri, ia segera sadar bahwa Earth di sisinya sedang diam-diam memupuk emosi yang semakin memuncak. Mereka nyaris tak pernah berdialog selama  'acara' itu, sungguh bukanlah hal yang wajar."Ada apa, Earth? Ayo kita segera makan, habiskan semua di piringmu dan kita bisa segera beristirahat," Emily berusaha untuk memulai pembicaraan."Oh, ya? Kau mau 'beristirahat' denganku malam ini?" Pemuda itu menoleh, suara lembut Emily seakan-akan meredakan badai yang masih berkecamuk dalam hatinya. Genggamannya pada serbet makan pun melonggar."Uh, aku tak berkata begitu. Nanti Sky tak senang dan tak mengizinkan kita bertemu sama sekali, apa kau ingin kita dijauhkan?" Emily memperoleh kalimat yang tepat."Hmm, benar juga, Emily. Kuakui, kakakku yang satu itu memang masih tak suka padaku karena masa lalu kami yang kurang baik! Kalau begitu, baiklah. Besok kita harus segera 'meminta restu' dari Ocean, me
Read more
S3: Antara Emily dan Ocean (2)
Malam  turun semakin larut, rasa kantuk pun telah hadir, namun Emily malah tak bisa tidur pulas. Berkali-kali ia berusaha memejamkan mata, namun sosok Ocean selalu hadir di pelupuk mata yang baru ia tutup. Bukan Earth, karena bagaimanapun, bukan dirinya yang pertama... Namun Ocean. Karena 3 tahun silam itu Emily untuk pertama kalinya merasakan getaran aneh saat bersama Ocean. Bahkan saat pemuda itu mencium bibirnya ketika mereka berdua bermain piano adalah momen yang takkan pernah dilupakannya untuk seumur hidupnya. First kiss. Walau beberapa waktu kemudian di atas piano itu Ocean meluruhkan kemarahan dan gairahnya juga. Nyaris saja mereka melakukan itu. First rage. Meskipun dengan kedua pria Vagano Emily hampir saja 'berbuat' di masa silam, namun akhirnya dirinya ia serahkan untuk pertama kalinya kepada Xander. Hubungan mereka singkat saja dan 'berakhir' tanpa kejelasan. Semua karena Earth! 'Entah mengapa, semenjak berada di sini aku hampir tak
Read more
S3: Antara Emily dan Ocean (3)
Akhirnya Emily kembali duduk berdampingan di hadapan piano besar putih bersama Ocean persis seperti kejadian tiga tahun silam, saat mereka belum terlibat dalam hubungan apa-apa. Saat semua masih begitu indah, naif dan 'suci'.Hanya saja malam ini perbedaan begitu kental terasa. Semuanya sudah tak sama seperti dahulu lagi!Ocean yang dahulu sudah tak ada lagi. Kini ia bagaikan seseorang dari dunia lain, yang bagaimanapun dekat jaraknya, seberapapun ingin digapainya, akan selalu akan menjadi seseorang yang 'out of reach' bagi Emily. Sesuatu yang tersisa di antara mereka nan menimbulkan duka berkepanjangan, kesedihan dan penyesalan mendalam di hati gadis itu."Nona Emily, aku tahu kehadiranku kembali di pulau ini sebetulnya bukan saja untuk kembali bertemu dengan dirimu, melainkan demi seorang wanita muda yang belum hadir di antara kita malam ini. Bila boleh aku bertanya, siapakah dia?"Pertanyaan dadakan Ocean itu tambah membuah Emily gundah, 'Haruskah kuce
Read more
S3: Sangat Mencintaimu (18+)
Tentu saja Emily tak bisa semudah itu menghindar. Dua pemuda bangsawan Ocean dan Earth sama-sama memiliki pesona keturunan bangsawan Vagano yang begitu memikat. Wanita muda mana yang dapat menghindari tatapan mata sedemikian mesra bak pusaran lautan biru terdalam nan mampu menghanyutkan apa saja yang tercebur ke dalamnya? Dengan kelembutan nan tetap terbalut maskulinitas tak kasat mata, sama seperti ciuman pertama mereka tiga tahun silam, sekali lagi Ocean berhasil membuat Emily terjatuh ke dalam pelukan hangatnya. Pemuda itu tak hanya menikmati mulut Emily yang gemetaran bagai kelopak mawar basah terguyur air hujan ciuman sang kembar sulung. Bibirnya terus turun ke leher putih jenjang dan tangannya lanjut menyingkap kimono malam di bawah tulang belikat gadis itu. Juga gaun tidur sutra tipis yang ada di baliknya, dimana Emily tak memiliki pertahanan apa-apa lagi di baliknya. Emily awalnya merasa begitu malu, ingin disingkirkannya Ocean saat itu juga, 'tidak, tidak, j
Read more
S3: "Siapa di Sana?"
"Ini entah sebuah mimpi terindah atau malah mimpi terburuk!" Emily masih tak begitu percaya pada semua yang baru saja terjadi. Kini dirinya serasa terapung di awang-awang aula nan gelap sunyi, sementara tubuh polosnya baru saja entah berapa kali menyatu bagaikan kepingan puzzle bersama tubuh Ocean. Tarik menarik bagaikan kutub magnet utara dan selatan. Pagut memagut bagaikan sepasang ular berbisa nan mematikan.Seumur hidupnya sudah tiga kali Emily membukakan pintu lebar-lebar menuju ruang maha sucinya! Gadis yang pada awalnya pendiam, alim, manis, dan baik. Sama sekali tak nakal, liar, apalagi binal!Pertama kali dilakukannya dengan Xander yang kini entah berada di mana, kedua kali dengan Earth, dan kini..."Astaga, Ocean! Bagaimana jika adik bungsumu sampai tahu apa yang kita baru saja lakukan? Dia bisa membunuh kita berdua!" Emily seperti tersentak dari mimpi indah. Bergegas duduk di karpet, dengan panik diraihnya semua busananya yang tergeletak di dekat pian
Read more
S3: "Maafkan Aku, Earth!"
"Ocean Vagano, keluarlah! Aku tahu kau ada di sini!" 'Suara itu... Earth!' - Emily hampir saja mengucapkannya walau ia dan Ocean berhasil bersembunyi tepat pada waktunya di backstage, sebuah ruangan rahasia kecil di belakang panggung. Mereka berdua belum mengenakan sehelai benangpun."Sshh..." Ocean erat mendekap, menenangkan Emily yang kini gemetaran. Gadis itu sadar betul bila Earth belum -dan tidak pernah akan- menjadi pribadi yang 'benar-benar stabil'. Letupan kemarahannya bila berhasil menemukan mereka berdua di tempat ini bukan hanya akan membawa masalah baru! "Kak! Tadi aku belum bisa memejamkan mata saat mendengar permainan pianomu, dan setelahnya suasana sunyi cukup lama!" Suara 'monolog' Earth menggema di ruangan gelap kosong cukup luas dengan beberapa puluh atau seratusan kursi. "Lalu pikirku, daripada berlama-lama menunda hingga besok, aku ingin sekali bicara empat mata denganmu malam ini! Apalagi tadi pintu kulihat setengah terbuka! Ma
Read more
S3: Sebuah Undangan dari Sky
"Aku akan ceritakan semuanya kepadamu nanti! Yang penting Earth segera pergi dulu jauh-jauh dari sini!" Bisik Emily, antara merasa takut ketahuan sekaligus merasa khawatir, bila begini terlalu lama bersama Ocean, ia takkan bisa 'kemana-mana lagi' untuk selamanya. Ia sungguh takut bila hatinya kelak memilih Ocean, yang baru saja bersamanya setelah sekian lama terpisah!Ocean masih resah, "Apa sebaiknya aku berpakaian saja dan keluar dari sini? Akhiri saja semua sekarang! Aku tak ingin seisi puri ini terbangun dan keluar gegara adikku ini bersikeras ingin bertemu denganku!"Emily menggeleng, "Uh, kurasa tidak! Jangan. Earth adalah pemuda yang pernah 'terluka'. Ia tak dapat diduga-duga!""Tapi ia akan terus menunggui hingga kita keluar dari sini! Apa yang dapat kita lakukan?" Pandangan Ocean kembali ke depan.Earth masih berjalan mengelilingi piano putih Ocean. Dengan kesal didudukinya bangku di sana dan dicobanya menekan beberapa tuts. Tentu saja ia tak bis
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status