Semua Bab Everything Happens For A Reason: Bab 1 - Bab 10
60 Bab
1. Wanita Misterius Di Bar
“Oke, tapi sebelum aku beritahu, Mommy harus berjanji tidak akan marah, bagaimana?” tuturku kepada mommy yang sedang sibuk membereskan meja makan. “Baiklah, mommy janji tidak akan marah,” jawab mommy dengan membuat tanda silang di dadanya. “Mungkin aku tidak akan pernah menikah, Mom," candaku dengan wajah serius mencoba meyakinkan ibuku. Dia terkejut membelalakan matanya kemudian tersenyum simpul. “Pria sepertimu akan merasa menderita jika tidak merasakan sentuhan tangan seorang wanita, Sydney. Lihat saja dirimu sekarang, masih sering merengek minta dipeluk. Mommy tidak akan percaya!” “Aku akan percaya perkataanmu jika langit sudah berubah menjadi hijau, Syd!” Damon menimpali sambil melemparkan tisu ke arahku. Mommy hanya tertawa melihat tingkah kami berdua. “Kalau begitu kami pamit dulu ya, tante.” Tampak Damon mendekati ibuku kemudian memberikan pelukan. Damon memang sudah seperti anak ke dua bagi ibuku. “Iya, Mom. Nanti aku
Baca selengkapnya
2. Kawan Lama
  Sungguh hari yang sangat panas. Matahari terasa ada dua di Sunny Shore hari ini. Ya, Sunny Shore adalah nama kota kecil tempat kelahiranku. Di sini terdapat banyak pantai-pantai yang indah berhiaskan pasir putih. Sama halnya dengan mall Cityscape, bangunan dengan arsitektur unik berbentuk persegi panjang dengan warna abu-abu yang membentang luas menjadi pemandangan indah karena posisinya hampir bersebelahan dengan pelabuhan kecil tempat banyak kapal yacht bersandar.   Aku berjalan beberapa blok menyusuri Scape Avenue menuju ke perhentian bus. Siang itu jalanan dipenuhi dengan lalu lintas yang padat serta banyak pejalan kaki yang berlalu-lalang karena hari senin termasuk hari yang sangat sibuk walaupun di kota yang tidak terlalu besar seperti Sunny Shore ini. Saat tiba di halte aku berdiri karena tempat duduknya sudah penuh. Sambil menunggu bus yang akan tiba selanjutnya, aku menyalakan sebatang rokok dan menikmatinya agar tidak merasa bosan.
Baca selengkapnya
3. Reuni
    "Ya ampun! Jam berapa ini?" Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku karena merasa kepanasan, aku lupa menyalakan AC.   Aku melompat dari tempat tidurku dan bergegas menuju kamar mandi. Sudah jam 6.20 dan aku ketiduran. Aku ada janji dengan teman-temanku. Aku mandi secepat kilat agar bisa secepatnya bergegas ke tempat Virgie sebelum setengah delapan. Ku cek ponselku ada dua belas panggilan tak terjawab. Sembilan dari Virgie, tiga dari Athena dan satu dari Damon.   "Cepat sedikit, Sydey ... " Aku menggerutu sambil menyisir rambutku dengan jari tangan.   Ku lihat layar ponselku menyala, ada panggilan telepon dari Damon. Langsung ku angkat.   "Bro, maafkan aku. Sepertinya aku tidak bisa datang malam ini," kata Damon dengan suara memelas.   "Wah, sepertinya akan ada yang kecewa malam ini."   "Ini benar-benar di luar dugaanku, aku harus m
Baca selengkapnya
4. Lose Control
Sambil menumpahkan minuman ke dalam gelasku, Virgie berceloteh, "kamu tahu, hal yang paling menyebalkan dalam long distance relationship?" "Apa?" tanyaku. "Menunggu kabar setiap hari, overthinking setiap hari, ternyata dia sedang bersenang-senang dengan orang lain," ungkap Virgie setengah geram dengan membuat ekspresi wajah yang kesal. "Oh, pacar kamu? Memangnya kamu tahu dari mana dia sedang bersama orang lain? Kalau kalian saling percaya dan saling setia satu sama lain, kamu tak perlu repot-repot overthinking setiap hari." "Ah, bodoh amat! Lagipula aku sudah tak mau ambil pusing. Biarkan saja dia lakukan apa yang dia mau. Toh hidupku juga tak bergantung ke dia, aku bisa sendiri."
Baca selengkapnya
5. Hampir Saja!
  Tok … tok … tok ….   Terdengar bunyi ketukan pintu.   "Sydney, Virgie, Athena! Bangun, ini aku!"     Pekikan suara Damon terdengar dari balik pintu. Dengan mata yang masih terasa sangat berat untuk dibuka aku berusaha meraih kacamataku dari atas meja samping tempat tidur. Ku tatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10:25. Aku masih setengah sadar, masih terasa setengah pusing karena masih ada sisa pengaruh minuman semalam. Athena masih tergeletak pulas di sofa seperti tak ada yang dia khawatirkan.   Tiba-tiba aku tersadar ternyata masih setengah telanjang dan bergegas keluar dari selimut mencari bajuku yang sudah berserakan di lantai.   "Bisa gawat kalau Damon melihat ini."   Aku panik setengah mati, seakan seluruh aliran darahku memompa lebih cepat sampai di pembuluh darahku. Sementara itu sambil berpakaian, aku mencoba memb
Baca selengkapnya
6. First Love From New York
Siang ini jam dinding berwarna perak yang dipajang di atas pintu dapur terasa begitu lambat berdetak. Ku rasa ini adalah hari terpanjang dalam hidupku. Aku mencoba memikirkan kalimat lain selain 'cepatlah jam empat'. Entah kenapa aku merasa sangat tidak bersemangat untuk beraktivitas. Aku menghabiskan tiga jam berikutnya dengan membuat pesanan seperti biasa. Sebenarnya tidak ada yang berbeda, hanya saja aku mungkin merasa agak jenuh dengan keseharianku, atau mungkin aku hanya sedang merasa kesepian saja.     "Sydney, tolong kau gantikan aku sebentar. Aku ada urusan mendadak jadi aku harus pergi. Tolong kau awasi mereka, ya!"     Dengan terburu-buru Pak Daniel mengambil jaketnya dan berlalu ke arah pintu depan kafe. Aku hanya mengangguk mengiyakan permintaannya itu.     "Wah, ada apa ya pak Daniel tiba-tiba pergi begitu saja? Tidak biasanya dia seperti itu," kata Andrew yang sedang m
Baca selengkapnya
7. Password
"Jadi sebenarnya sedang apa kau di sini? Atau kau bekerja di sini juga?" tanyaku.   "Hmm, sayang sekali tidak. Aku hanya mampir untuk makan siang bersama beberapa staf kantor untuk merayakan promosi kenaikan jabatan temanku," jelas Abby.   "Oh, kupikir kau bekerja di sini juga."   "Sekarang aku bekerja sebagai intern di Suns Medical Center."   "Wow, jadi sekarang kamu ... " "Iya, Syd. Aku sementara membangun karirku sebagai seorang dokter. Impianku selama ini," ucapnya dengan penuh harap, matanya berbinar. "Selamat ya. Tidak sia-sia orang tuamu menerbangkanmu jauh samping ke New York. Aku bangga padamu, Abigail."
Baca selengkapnya
8. Season Kesekian
Sungguh hari yang sangat melelahkan. Itu seperti menguras delapan puluh lima persen energi yang ada dalam tubuhku. Akhirnya tiba juga waktu pergantian shift. Tak ada yang namanya jam loyalitas untuk hari ini, pokoknya aku ingin segera pulang dan merebahkan badanku di sofa. Aku ingin bersantai melepas kepenatan yang menempel di kepalaku sedari pagi. Mungkin menonton tv ditemani secangkir coklat panas adalah ide yang baik.   Waktu menunjukkan sudah jam empat kurang lima menit. Saatnya melepaskan apron dan mengemasi barang-barang di loker.   "Hey kalian berdua! Ayo pulang! Atau kalian ingin menambah jam kerja?" kataku sembari membasuh wajah dengan air yang mengalir
Baca selengkapnya
9. Superhero
Sial! Kenapa tidak ada satupun ide yang muncul di kepalaku?   Sudah jam dua belas lebih dua puluh menit dan aku hanya duduk membaca artikel-artikel orang lain tanpa mendapat ide untuk artikel halamanku sendiri. Selain menjadi barista di Genuine, aku juga berprofesi sebagai part-time writer di salah satu majalah elektronik ternama Thoughtstetic. Majalah ini adalah majalah milenial yang berisi artikel-artikel tentang permasalahan-permasalahan anak muda masa kini yang membahas soal cinta, tips-tips hubungan, hidup ataupun pembahasan mengenai astrologi.   Sebenarnya pekerjaan ini menghasilkan gaji yang lebih besar daripada bekerja sebagai barista. Selain itu jam kerj
Baca selengkapnya
10. That's What Friends Are For
    "Vi, kamu duduk dulu nanti aku ambilkan kain basah untuk mengompres pipimu, ya," ucapku sembari merebahkan tubuh Virgie di sofa.     Virgie mengangguk kemudian memejamkan matanya. Dalam benak aku berpikir, kenapa ada lelaki yang tega memperlakukan wanitanya seperti tadi? Aku selalu mengingat perkataan ibuku saat aku membela gadis kecil bernama 'Anne' teman masa kecilku, ketika dia didorong hingga jatuh hanya karena tidak sengaja menginjak kaki salah seorang anak lelaki berandal yang sedang berdiri di lorong depan kelasku.     "Sydney, mommy sangat bangga padamu. Perlakukanlah wanita seperti kau memperlakukan mommy."     Sambil meraih handuk kecil dari laci kamar mandi aku tersenyum mengingat kejadian itu. Aku melangkah ke arah dapur untuk membasahi handuk itu dengan air dingin, kemudian diperas airnya hingga agak mengering, kemudian kembali ke arah sofa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status