All Chapters of Selamat Malam Duniaku: Chapter 11 - Chapter 20
23 Chapters
Sejak kapan?
Mira yang ditanya begitu hanya bisa menatap Ferdian kaget. Ia tak menyangka Ferdian ada di rumah dan melihat apa yang dilakukannya."Itu karena, eh..Mira nggak pernah pakai mesin cuci Om," katanya sambil menunduk."Kamu selalu memanggilku Om,""Oh, maaf. Ferdian.""Ambil bed cover itu, aku akan mengajarimu menggunakannya," katanya kemudian.Mira berusaha mengangkat bed cover tersebut, tapi ia tak menyangka kalau bed cover tersebut sangat berat setelah bercampur air. Mira kewalahan mengangkatnya."Astaga! Air apa ini" Ferdian terkejut saat aliran air yang keluar dari bed cover membanjiri area mesin cuci."MIRAAA!!" teriaknya kesal. Betapa bodohnya gadis ini, dan betapa sialnya hidupnya kini.Kekacauan demi kekacauan telah tercipta seperti petaka baginya."Astaga! Aku tak pernah merasakan kekacauan ketika hidup bersama Vivin, tapi denganmu?" Ferdian mengambil bed cover yang diangkat Mira lalu memasukkannya kedalam mesin cu
Read more
Lelah
"Kau memang tampak lelah sejak tadi, kenapa memaksakan diri? Pulanglah saja kalau merasa kurang fokus atau tidak enak badan," ayahnya memberikan saran."Ah, tidak Yah. Aku sudah terlalu lama mengambil cuti, bagaimana bisa aku libur terus?" ujarnya."Hem, terserah padamu. Akan tetapi jangan sampai kesibukanmu membuat tubuhmu letih dan jadi sakit karenanya.""Ayah terlalu berlebih-lebihan, aku bisa menjaga diri Yah," ujarnya sambil membenarkan dasinya yang terbalik."Apa proyek ayah sekarang ini?""Benar, ayah mau memberi tahu kepadamu tentang brand yang sekarang di garap kita.""Apa itu Yah?""Itu adalah milik Suroya fashion, mantan kekasihmu."Ferdian melirik malas. Kenapa masih juga berkaitan dengan wanita itu?"Apa yang menarik? Aku bahkan merasa muak. Sebaiknya dia mencari agensi lain yang bisa mengurusinya. Dan bukan kita!" Ferdian mendengkus kesal. Ia tak bisa hidup tenang jika wanita itu masih ada kesempatan menemu
Read more
Bukan jamannya
Kalau dulu memang perjodohan hal biasa, tapi sekarang?  Ferdian nggak terima kalau harus dijodohkan."Bu, aku sudah ada pacar kok. Please nggak usah bingung sendiri. Cuma sekarang ini kita lagi nggak bagus hubungannya," kilahnya, ia berbohong supaya ibunya tidak mencarikan jodoh untuknya."Benarkah? Coba bawa sini gadis itu, ibu pengen berkenalan dengannya. Apa dia cantik?" Astaga! Apa dia salah mengambil langkah?"Bu, kapan-kapan saja ya, Ferdian masih sangat sibuk dengan pekerjaan. Dan dia juga masih sibuk dengan pekerjaan. Lain kali Ferdian bawa kesini.""Baiklah, dalam sebulan kalau kamu tidak membawanya kesini ibu akan menjodohkan kamu dengan Vina anak Tante Zeya, kamu ingat kan? Lagipula dia cantik dan baik, Vina juga menyukaimu. Jadi, tinggal kamu saja yang harus membuktikan apakah kamu beneran punya pacar atau tidak!"Ferdian merapatkan bibirnya. Situasi semakin tak kondusif.Dia mengenal Vina, gadis itu sempat menj
Read more
Gadis Celaka
Gadis celaka!Entahlah, sejak hari-hari terakhir hidupnya seakan tertimpa banyak kesialan.Kekacauan selalu saja terjadi dan membuatnya frustasi. Mira masih terduduk memegangi bokongnya yang berdenyut-denyut karena terhempas di lantai tadi. Mengingat bagaimana Ferdian berteriak marah tadi ia punya firasat buruk."Hei bocah tengil! Kau apakan dapurku? Ck!" Ferdian mulai mengeluarkan tanduk.Bagaimana tidak? Dapur kesayangannya sudah hancur lebur tak berbentuk.Meja cantiknya telah penuh dengan bahan kue dan belepotan tepung. Kompor juga tertumpah adonan. Seluruh peralatan dapur seakan keluar dari tempatnya. Belum lagi lantai yang berserakan tepung yang tumpah menimpanya tadi.Mira meringis. Kali ini ia pasrah karena kesalahannya cukup fatal."Maaf," ucapnya pelan. Dari sudut matanya ia bisa melihat pria itu berdiri menjulang dengan berkacak pinggang.Tapi pemandangan itu menyita perhatiannya. Pria itu bertelanjang dada dengan rambutnya yang basah. Lil
Read more
Siapa Andres
"Berapa saudaramu?"Ferdian  mengajak Mira ke sebuah minimarket. Ia kasihan dengan gadis itu dengan isi dompetnya yang hanya sepuluh ribu."Emm, kami tiga bersaudara Om," pelannya."Kau memanggilku Om lagi! Turunlah dari mobilku!" Ferdian menghentikan secara tiba-tiba karena Mira memanggilnya Om.Mira terhuyung, hampir saja terbentur dashboard. "Tidak bisakah aku memanggilmu Kakak?" pinta Mira sedikit ragu.Ferdian menautkan alisnya. Panggilan itu membuatnya mengingat Vivin adiknya. Tapi mungkin itu masih lumayan daripada dipanggil Om, dia membenci Om Om yang identik dengan pria nakal'. Sebab, Mira memang bukan keponakannya."Baiklah, panggil aku Kakak. Aku benci dipanggil Om, kau tahu? Aku masih sangat muda."'Nggak nanya,' batin Mira."Apa yang akan kau beli?" tanya Ferdian kepadanya saat Mira sampai di depan minimarket."Aku?" Mira sedikit terkejut. Ia ingat uang itu hanya sepuluh ribu di dompetnya.
Read more
Rindu
"Oke, kamu sudah tenang ya sekarang."Mira melirik Ferdian. Sebenarnya ia juga kasihan melihat Ferdian yang panik tadi, makanya ia berhenti menangis. Padahal lagi enak banget menangis meluapkan rasa kesal.Mengingat nama Andres dua benar-benar kesal dan trauma. Karenanya ia terpisah dengan keluarganya."Kak, aku rindu dengan Tante dan kedua adikku. Aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Tapi Mira tahu Kakak nggak mengijinkan aku bertemu mereka. Dan lagi, Mira berjanji untuk memberi uang setelah mendapatkan kerja," ujarnya."Jadi kamu pergi dari rumah memang berniat untuk bekerja di kelab Cherry?" tanya Ferdian setengah membentak.Mira menunduk dalam. "Mira nggak tahu Kak, yang Mira tahu itu adalah kafe biasa.""Apakah Andres yang telah membawamu?" Mira mengangguk."Dimana kamu bertemu Andres?""Om Andres tinggal tidak jauh dari rumah Tante, Kak. Dia sudah seperti keluarga sendiri.""Bangsa*t! Jadi dia selal
Read more
Menikahi?
"Ibu, kenapa aku harus menikahi dia?""Hai! Jangan sembarangan ngomong ya! Apa kamu masih mau bermain-main? Ingat umur Ferdian? Usiamu sudah tak muda lagi. Apa kamu nggak kasian dengan ayah dan ibumu?"Ferdian jadi semakin frustasi."Apa kamu tidak memikirkan kami? Kamu adalah anak satu-satunya, seharusnya kamu sudah memberikan cucu untuk kami." Ibunya semakin mendesaknya."Ibu, ibu nggak ngerti apa-apa. Kenapa sih Ibu terus ngomong? Coba ibu dengar dulu alasanku.""Tidak. Ibu sudah tidak mau dengar alasan apapun lagi. Kalau kamu masih tidak ada keseriusan dengan gadis ini, kamu akan ibu nikahkan dengan Vina. Oke?"Ferdian mendengkus kesal. Bagaimana bisa nama itu disebutkan lagi?"Ibu, dia masih baru mulai meniti karir. Jadi tolong beri dia waktu," ujarnya asal-asalan."Jadi, dimana dia bekerja?"Ferdian mendapatkan pertanyaan yang bertubi-tubi. Sungguh menyebalkan. Bahkan jawaban yang ia berikan semakin membuat ibunya
Read more
Kantor
Turun dari mobil, mata Mira tertumpu pada bangunan megah di hadapannya. Entahlah berapa lantai dan milik siapa gedung ini dia belum tahu pasti. Beberapa layar besar menghiasi sisi depan gedung tersebut. Sepertinya tayangan iklan beberapa produk ternama tampil dalam tayangan tersebut."Ayo, jalanlah dengan cepat!" Ferdian memerintah Mira.Mira mengikuti langkah lebar Ferdian setengah berlari. 'Katanya, dia harus berpura-pura seperti kekasihnya, tapi lihat saja cara berjalannya yang nggak tahu aturan' batinnya."Ah ya, kesini sebentar!" Ferdian menunggu langkahnya, lalu dengan cepat tangannya meraih telapak tangan Mira. Ia menggandengnya dengan santai. Beberapa orang yang melihatnya seperti mengalihkan pandangannya pada genggaman tangan mereka membuat Mira sedikit risih."Kak, aku malu," lirih Mira kepada pria itu."Kau malu, atau mau?" godanya. Mira menarik tangannya, memberengut karena kesal. "Apa yang akan mereka pikirkan nanti?"
Read more
Mungkin kau akan bosan
Ferdian menoleh kearah suara itu. Ah, ternyata adalah ibunda tersayang yang sedang mengalunkan suaranya. Padahal ia mengira bahwa Suroya yang akan datang menemuinya, ia sungguh sedang berakting seolah Mira adalah kekasihnya."Ehem, ehem," ibunya berdehem membuat Ferdian tersipu malu. Ini seperti senjata makan tuan."Kenapa ibu datang nggak nelpon dulu?" Ferdian mengomel."Emangnya Ibu harus selalu laporan kemana Ibu pergi, hah?" katanya sambil meletakkan kotak berisi kue-kue buatannya. Matanya mulai mencari sosok yang tadi dilihatnya sedang bermesraan dengan putranya. Ia sungguh datang disaat yang sangat tepat."Siapa namamu, Nduk?" Ibunya mendekati Mira."Saya Mira, Ibu.""Kamu bekerja disini?""Iya, Bu," jawabnya malu-malu, sesekali sudut matanya melirik Ferdian."Ooh begitu. Saya ibunya Ferdian, tidak perlu sungkan ya," katanya kemudian."Terimakasih, Bu," ujar Mira sedikit bergidik karena teringat bagaimana ibu Ferdian mendesak putran
Read more
Pelecehan
"Aku memang berkepala batu untuk mencintaimu, dan aku akan lebih keras lagi dalam mencintaimu Ferdian,  bukankah itu adil? Adil karena aku dulu pernah bersalah kepadamu." MataSuroya melirik Mira, ia bisa tahu bahwa Mira masih gadis ingusan dan akan merasa minder kalau ia memprovokasi gadis itu. Ia akan melakukan apapun untuk membuat gadis itu menyerah."Cinta macam apa kalau bertepuk sebelah tangan?""Hmm, kita lihat saja nanti. Kalian sepertinya masih baru saling mengenal. Lihatlah gadis itu, sangat gugup di dekatmu." celoteh Suroya. "Aku rasa kau hanya bisa menyentuh tangannya bukan?" Suroya malah ingin tahu sedekat apakah mereka."Benarkah?"Kali ini Ferdian berbuat nekat, dengan sekali gerakan ia memeluk Mira dan mencium bibirnya. Ia bahkan dengan sengaja melumatnya dengan rakus di depan Suroya. Ferdian memamerkan bagaimana ciumannya sangat intens kepada kekasih barunya.Mira yang terkejut tak bisa berbuat apa-apa karena kua
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status