All Chapters of Memilih Bercerai Daripada Dimadu: Chapter 21 - Chapter 30
80 Chapters
Ketemuan
Arga terlihat gelisah menunggu balasan pesan dari Airin. Sudah hampir tiga puluh menit berlalu, Airin belum membalas lagi pesan darinya setelah balasan yang pertama."Apa dia marah," gumam Arga.[Airin?]Arga kembali mengirim pesan kepada Airin yang sudah berstatus menjadi tunangan nya, namun pesan tersebut tidak kunjung juga di baca oleh tunangannya."Ah mungkin saja dia sedang sibuk. Dia 'kan sedang bekerja," ucap Arga mencoba menenangkan diri sendiri.Arga meletakkan kembali gawainya diatas meja, dan melanjutkan memeriksa berkas kerjanya.Drett DrettGawainya bergetar ada pesan masuk dari kontak bernama 'Airinku', dengan cepat Arga membuka pesan tersebut dan membacanya.Arga membaca pesan tersebut sembari mengernyitkan dahinya. "Apa iya ini balasan dari Airin?" gumam Arga.[Iya sayangku. Anak-anak apa Papahnya ni yang pengen ketemu?]Tulis pesan tersebut diikuti emoticon kerlingan.Argapun tersenyum dan tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dengan senang hati dia pun segera membala
Read more
Rona Merah Di Pipi
Mba Irma langsung mengajak anak-anak dan Airin untuk bermain di arena bermain. Aira dan Aura terlihat asik bermain bersama Airin dan keponakannya, sementara Mba Irma dan Mba Laras duduk mengobrol sembari mengawasi mereka.Mba Irma merasa senang melihat kedekatan kedua keponakannya dengan Airin. Mereka terlihat sangat akrab dan bahagia bersama perempuan tersebut. Bahkan Aira dan Aura terlihat sangat nyaman bercengkrama dengannya. Mba Irma benar-benar heran dengan kedekatan keponakannya dengan Airin. Mereka terlihat seperti sudah lama saling mengenal.Meliha kebahagiaan Aira dan Aura, tiba-tiba saja bulir bening mengalir dari netranya. Dia teringat bagaimana masih kecilnya mereka saat Ibu mereka Ariani meninggal dunia. Namun sekarang dia sedikit lega, karena sebentar lagi mereka akan memiliki Ibu pengganti yang mereka sayangi dan juga menyayangi mereka.Setelah puas bermain, Aira menarik lengan Airin untuk menemaninya membeli jajanan di food court dekat are
Read more
Kasih Tak Sampai
“Aku tau kamu bertunangan dengannya hanya untuk menghindariku, Rin.”“Mas Arya cukup. Aku tidak ingin bahas ini lagi. Terserah kamu mau berpikir apa. Yang jelas sekarang aku adalah calon istri seseorang. Jadi aku mohon jangan ganggu aku lagi," ujar Airin, "Minggir! Aku mau pulang," Airin mulai tersulut emosi.Sore ini Arya sengaja menunggu Airin keluar dari toko dan memaksanya mendengar kan isi hatinya seperti waktu itu. “Airin. Bisakah kita bicara dari hati ke hati sekali saja. Aku mohon.”“Aku bilang minggir, Mas.”Arya mencoba meraih tangan Airin, namun dengan kuat Airin menepisnya. Namun sejurus kemudian Arya berhasil menarik lengan Airin.“Lepaskan, Mas.” Airin berontak.“Tidak. Kali ini aku tidak akan melepaskanmu. Tidak untuk yang kedua kali.”"Lepaskan atau aku teriak," ancam Airin.Airin menghentakkan tangan Arya agar melepaskannya. Namun cengkraman tangan Arya terlalu kuat.Buuugh.
Read more
Menjelang Pernikahan
Arya membating kuat pintu kamarnya ketika dia memasukinya. Dilihatnya luka memar di ujung bibirnya dari kaca meja riasnya. Matanya nanar membayangkan kejadian di toko tadi. Dadanya bergemuruh panas melihat kedekatan Airin dan tunangannya.Setelah meninggalkan Airin dan tunangannya berdua saja di depan toko, ternyata Arya tidak langsung pergi, melainkan memperhatikan dari jauh kedekatan Airin dan tunangannya. Airin dan Arga bahkan duduk berdekat-dekatan dengan mesra di depan toko. Dadanya rasanya terbakar. Laki-laki itu seperti nya bukan laki-laki sembarangan. Kendaraannya mewah dan berkelas, penampilan dan tampangnya juga menawan. Dia terlihat berasal dari keluarga berada, sama seperti mantan suami Airin dulu yang juga orang kaya.Arya pikir Airin berbeda, namun ternyata semua perempuan sama saja, hanya mementingkan materi saja, pikir Arya.Arya mengambil selembar foto lama dari dalam laci mejanya. Itu adalah sebuah foto keluarga dimana ada anggota keluarga Airin dan keluarga nya di f
Read more
Hati-hati Mas Arga
"Kenapa gak belanja bareng tunangan mu aja Rin?" tanya Nirma.Airin menyilangkan tangan di depan dada, kemudian menjeling. "Iya-iya. Belum halal! Begitu 'kan.""Itu tau."Hari ini Airin tidak ke toko. Dia meminta ijin kepada Mas Rahman untuk berbelanja kebutuhan pernikahannya. Airin meminta sahabatnya Nirma untuk menemaninya ke butik di salah satu Mall.Ketika Arin dan Nirma hendak menaiki tangga berjalan menuju lantai atas. Tiba-tiba tanpa sengaja mereka bertemu Arga yang baru turun dari tangga berjalan. Arga terlihat kesusahan menenteng beberapa kantong belajaan."Airin!""Mas Arga.""Tuh 'kan dia juga habis belanja. coba kalian janjian aja tadi," goda Nirma."Oh yah kenalin, Mas. Ini Nirma temen aku.""Temenmu yang waktu itu bukan," Arga mengingat kejadian pesan jail tempo hari.Airin dan Nirma saling menatap, sepengetahuannya ini adalah pertama kali Arga dan Nirma bertemu.
Read more
Hari Bahagia
Hari pernikahan Airin dan Arga yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Rombongan mobil mempelai laki-laki juga sudah sampai. Rumah sederhana nan asri itupun kini terlihat ramai. Pelaminan sederhana nan indah juga sudah siap dengan hiasan bunga-bunga. Hidangan pesta juga sudah tersedia di tempatnya. Meskipun acara pernikahan dilangsungkan secara sederhana dan hanya mengundang kerabat dekat dan tetangga, namun keluarga Bu Ningsih telah mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin.Di dalam kamarnya, Airin Rachmi terlihat cantik dan anggun dengan riasan sederhana dan natural serta gaun putih yang dikenakan nya. Sengaja dia meminta kepada sang MUA agar riasannya tipis saja dan jangan terlalu medok. Nirma yang sedari tadi menemaninya dirias tidak henti-hentinya menggoda Airin."Masya Allah, Rin." Nirma terkagum begitu melihat Airin yang telah selesai dirias. "Pantesan saja habis ini suami mu langsung memboyong mu pulang," goda Nirma, "dia pasti gak bakalan tahan lihat istrinya cantik begini
Read more
Rumah Suami
Arya dan Bu Yanti akhirnya terpaksa mengikuti kemauan Pak Suryo untuk menghadiri pernikahan Airin. Tidak lupa Bu Yanti mengajak Tiara untuk turut menemani Arya di acara tersebut. Seperti biasanya, dia hendak memamerkan calon menantunya yang masih singgel dan juga seorang Dosen cantik itu.Bu Yanti sengaja memperlambat dandanannya di dalam kamar tadi. Dia sengaja ingin menghindari proses ijab qobul, dan memilih datang sedikit terlambat. Menjelang waktu dhuhur mereka baru tiba di acara tersebut. Rumah Bu Ning juga sudah terlihat sepi. Hanya terlihat beberapa tamu saja."Katanya suaminya orang kaya. Moso acaranya cuma begini doang, Pak," komentar Bu Yanti begitu mendapati acara pernikahan Airin yang terkesan sepi dan jauh dari kata mewah.Pak Suryo hanya menggeleng kan kepalanya. Tidak berniat untuk meladeni perkataan istrinya yang terdengar sangat tidak mengenakkan. Dia sendiri merasa tidak enak hati kepada keluarga Bu Ningsih karena datang terlambat dan tidak sempat menyaksikan proses
Read more
Malam Bahagia
Arga membelai lembut pipi Airin. Kemudian mencium kening istrinya cukup lama."Aku mencintaimu, Airin. Terimakasih sudah hadir dalam hidupku," ucap Arga mesra.Airin tersipu. Sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama, tetapi belum berani untuk mengungkapkan perasaannya.Arga kembali menatap wajah Airin. Dia tidak dapat lagi memendam hasrat nya untuk memilikinya seutuhnya, menyayangi dan mencintai nya sepenuh hati. Untuk beberapa saat kedua mata itu saling menatap. Pancaran sinar cinta kasih, dan sayang jelas terlihat dari kelopak mata keduanya.Arga sangat bahagia kini dia bisa kembali merasakan manisnya cinta setelah tiga tahun lebih kesendiriannya. Matanya kini tertuju pada bibir tipis Airin yang begitu menggoda yang ada dihadapannya. Wajahnya pun mendekat ke wajah Airin.Airin memejamkan matanya. Dia meremas sprei dibawanya. Dadanya berdegup semakin kencang ketika suaminya semakin mendekatkan wajahnya, kini dia bahkan bisa merasakan hembusan nafas Arga yang menerpa wajahnya.Brag
Read more
Pengantin Baru
Airin merasa sangat bahagia menjadi bagian dari keluarga Arga. Putri-putri sambungnya juga sangat bahagia menerima kehadirannya sebagai Ibu baru mereka. Ibu mertua dan Kakak iparnya juga sangat baik kepadanya. Mereka bahkan berterimakasih kepada Airin karena sudah bersedia menjadi istri dan ibu bagi anak-anak Arga."Aira, Aura. Ibu boleh nanya gak?" tanya Airin kepada kedua putri sambungnya. Kini mereka sedang berada di kamar Aira dan Aura. Tangan Airin dengan cekatan menata rambut Aura menjadi dua ikatan bertingkat yang cantik."Boleh dong. Memangnya Ibu baru mau nanya apa?" jawab Aura."Kenapa Aira dan Aura panggil Ibu Airin, Ibu baru?""Yah soalnya Ibu lama kita yang melahirkan kita 'kan sudah meninggal dunia. Nah, Ibu Airin jadi Ibu baru kita sekarang," ucap polos Aira."Oh begitu. Gini aja, bagaimana kalau kalian panggil Ibu Airin, Bunda Airin saja. Jadi tidak ada itu, istilah Ibu lama atau Ibu baru. Dan Ibu yang melahirkan kalian itu yah tetap kalian sebut Ibu.""Jadi Ibu Airin
Read more
Kencan Pertama
"Jadi kapan, kamu kembali lagi ke perusahaan, Ga?" tanya Mas Danu. Kini mereka sudah duduk-duduk di ruang keluarga seusai makan malam. "Sekarang 'kan kamu sudah menikah lagi. Anak-anak juga sudah ada yang jagain. Sekarang tidak ada alasan lagi untuk tidak kembali ke perusahaan," lanjut Mas Danu."Nak Danu benar, Ga. Apa kamu gak kasihan dengan Nak Danu. Dia sendirian mengelola perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabmu." Bu Lastri menimpali."Ruangan dan meja kerjamu masih kosong, Ga. Tidak seharusnya Direktur Utama perusahaan mengambil cuti yang sangat lama. Tiga tahun lebih, loh.""Dengan adanya Mas Danu sebagai direktur baru sudah sangat cukup, Bu. Bahkan perusahaan menjadi berkembang sangat pesat semenjak dipimpin Mas Danu." kilah Arga."Yah tetap saja, Ga. Perusahaan itu adalah warisan dari kakekmu. Dengan tangannya sendiri dia mendirikan perusahaan itu. Sudah menjadi kewajiban mu sebagai cucu laki-laki nya untuk meneruskan dan memajukan nya.""Benar sekali apa yang Ibu
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status