All Chapters of Jungle Love: Chapter 21 - Chapter 30
227 Chapters
Jalan Nasib
ABDI angkat kepalanya, memandangi wajah Tiara yang menunjukkan ekspresi penyesalan. Gadis itu agaknya teringat pada rencana ke Batang dan Kendal yang berantakan."Tidak perlu disesali, Bu. Sudah seperti ini jalan nasib kita, mau bagaimana lagi?" sahut Abdi dengan nada menyejukkan.Tiara menyeringai tipis."Jalan nasib, katamu?" ulangnya dengan kedua alis terangkat."Ya, jalan nasib," jawab Abdi sembari mengangguk. "Kalau kita sudah digariskan terperangkap dalam hutan seperti ini, mau menghindar bagaimana pun juga akan ada penyebab yang membawa kita bakal berada di sini."Sebaliknya, kalau kita digariskan tiba di Batang malam tadi, apa pun yang jadi penghalang tidak akan bisa menghentikan perjalanan kita. Kita akan tetap sampai di Batang semalam."Tanpa sadar Tiara mencibir. Sungguh satu pemikiran yang aneh, batinnya. Sejak mencapai usia dewasa, gadis itu kerap mempertanyakan konsep jalan nasib seperti yang baru saja d
Read more
Mandi di Sungai
MESKI sudah sangat ingin menyiram sekujur badannya dengan air, Tiara terpaksa harus menahan keinginan tersebut untuk beberapa saat. Pasalnya, Abdi bersikeras ingin membuatkan semacam kamar mandi di tepi sungai.Sebenarnya Tiara merasa itu terlalu berlebihan. Lagi pula hanya ada mereka berdua di hutan tersebut. Tidak ada orang lain lagi. Jadi, tidak akan ada yang melihat gadis itu mandi.Pikir Tiara, kalau tujuan Abdi membuat kamar mandi untuk menjaga pandangan, kan pemuda itu tinggal pergi saja sewaktu dirinya mandi? Nanti kembali lagi saat Tiara sudah selesai dan harus dibopong ke pondok. Tidak harus menunggui terus-terusan.Namun, di sisi lain Tiara juga tidak yakin apakah dirinya berani mandi di sungai sendirian. Bagaimana kalau nanti terjadi apa-apa dengannya? Bertemu dengan hewan-hewan melata, misalnya? Maka ia pun akhirnya setuju saja dengan niat Abdi tersebut."Kira-kira berapa lama ya kamu selesai bikin itu?" tanya Tiara. Ia benar-
Read more
Sesuatu yang Membusung
BEGITU Abdi keluar dari kamar mandi sederhana tersebut, buru-buru Tiara buka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Termasuk pakaian dalam. Ia tak ragu-ragu bertelanjang bulat.Tak lama kemudian sudah terdengar suara jebar-jebur air yang sangat riuh.Sebagai gayung penciduk air, Abdi memetik sebuah daun lebar yang ditekuk sedemikian rupa sehingga berbentuk corong. Bagian ujung daun yang bertemu satu sama lain disatukan dengan tusukan duri panjang. Sungguh sangat kreatif pemuda itu.Selesai mandi Tiara mencuci blazer dan pakaian dalam. Tadi sewaktu melepas pakaian-pakaian tersebut dari tubuhnya, gadis itu mencium bau tidak sedap. Walau hanya dibasahi air lalu dikucek-kucek di atas batu, setidaknya keringat yang menempel dapat dibersihkan.Inginnya Tiara sih semua pakaian yang dikenakannya sejak kemarin itu dicuci. Tapi nanti ia mau pakai apa? Jadi terpaksa gantian. Kali ini blazer dan pakaian dalam dulu yang dicuci. Nanti sore baru blus dan
Read more
Maafkan Aku, Abdi ....
MELIHAT Abdi hanya menghentikan langkah tapi tidak berbalik badan, Tiara segera menjadi maklum. Gadis itu mengamat-amati penampilan bagian depan tubuhnya sendiri, lalu keluarkan suara mendesah panjang."Ah, pantas saja kalau Abdi sampai bersikap begitu," kata gadis itu di dalam hati.Hanya mengenakan blus putih tanpa bra begitu, dada Tiara memang terlihat sangat menantang. Tentulah Abdi merasa risih dibuatnya. Tiara sendiri sebetulnya juga malu, tapi mau bagaimana lagi memangnya? Kan ini dalam keadaan darurat?"Ibu memanggil saya?" Terdengar suara Abdi bertanya.Pertanyaan itu membuat Tiara tergeragap kaget dari lamunan singkatnya."I-iya," sahut Tiara agak gugup. Lalu buru-buru menguasai diri. Badannya yang menyandar di ayunan ditegakkan."Saya mau bilang terima kasih sama kamu, sekaligus minta maaf karena sudah membuat kamu repot. Selama kaki saya masih begini, saya bakal terus bikin kamu repot selama beberapa hari ke depan," tambahnya.
Read more
Hati Berdesir
HARI pertama berlalu dengan cepat. Tiara tak terlalu merasakan sedang terperangkap dalam hutan. Direktur muda perusahaan parking management itu lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur di atas ayunan pondok. Rasa penat yang tak terlalu dihiraukan sejak mengalami kecelakaan kemarin sore, tiba-tiba saja datang menyergap dan membuat Tiara terlelap. Begitu nyenyaknya gadis itu tidur. Sampai-sampai ia tidak menyadari ketika Abdi pergi mencari kayu selama sekian lama. Tiara juga tidak mendengar suara apa pun saat Abdi membuat alas pondok, Ketika kemudian terbangun, gadis itu dibuat terkejut karena mendapati beberapa perubahan di sekelilingnya. Hal pertama yang membuatnya terkesan adalah lantai pondok. Terbuat dari deretan lonjoran kayu panjang seukuran pergelangan tangan anak-anak. Diiikat erat menggunakan tanaman sulur pada masing-masing tepian. "Kapan dia membuat ini?" tanya Tiara dalam hati, penuh rasa penasaran. Diam-diam ia jadi mengira-ngira, suda
Read more
Buah-buahan Hutan
ABDI tersenyum-senyum sendiri melihat tingkat atasannya. Sambil geleng-gelengkan kepala pemuda itu kembali menuju ke api unggun. Dari sana ia membawa beberapa piring anyaman bambu, juga kuali tanah liat tempat merebus air."Makan dulu, Bu. Ibu tadi melewatkan jam makan siang," ujar Abdi seraya menata hidangan di atas lantai pondok.Tiara membuka matanya dan kembali duduk. Gadis itu jadi terbelalak lebar melihat begitu banyak makanan yang dihidangkan Abdi. Selain ikan bakar dan talas rebus, ada pula sayur-sayuran entah apa yang kesemuanya terlihat layu mirip direbus.Lalu juga ada aneka buah! Tiara tak tahu apa saja namanya, namun ia bisa menebak tentulah benda-benda bulat yang kulitnya bermacam-macam itubuah-buahan hutan."Kamu tadi katanya mau mencari kayu, tapi ternyata mencari makanan juga ya?" tanya Tiara tak kuasa mengungkapkan rasa senang karena hidangan kali ini begitu melimpah.Abdi tersenyum. "Sekalian jalan, Bu. Lagian mumpung Ibu tidur j
Read more
Setengah Telanjang
MALAM belum lagi sempurna datangnya, namun hutan tempat Tiara dan Abdi terperangkap sudah mulai gelap. Kayu-kayu kering pun dimasukkan ke dalam api unggun agar nyalanya membesar.Suara berkeretekan terdengar sewaktu api membakar kayu kering yang baru saja dimasukkan. Kobaran api seketika membesar, suasana di sekitarnya menjadi lebih terang.Selain sebagai penerang, api unggun tersebut juga berfungsi mengusir hawa dingin. Setiap menjelang malam seperti saat itu, kabut tebal turun mengurung kawasan hutan. Udara pun seketika menjadi sangat dingin mencucuk tulang."Kayanya hutan ini di dataran tinggi ya, Abdi? Tiap pagi dan sore selalu turun kabut tebal," ujar Tiara membuka percakapan."Sepertinya begitu, Bu. Soalnya Gunung Slamet yang Ibu tunjukkan kemarin kelihatan sangat dekat," sahut Abdi.Waktu itu Tiara baru saja selesai mandi di sungai. Tentu saja dengan diantar Abdi. Sempat timbul keributan kecil karena si gadis mencuci blus dan roknya. Setelah
Read more
Setoran
TANPA berkata-kata lagi Abdi kemudian beranjak menuju api unggun. Tadi sambil menunggui Tiara mandi pemuda itu berburu ikan di sungai, dan mendapat tangkapan yang lebih dari cukup untuk makan malam.Dengan tatapan matanya Tiara terus memandangi apa yang dilakukan sopir perusahaannya tersebut. Sebuah tatapan kagum, karena Tiara tak dapat membayangkan apa yang terjadi jika dirinya terperangkap dalam hutan tersebut tanpa Abdi.Selain kecakapannya dalam memenuhi kebutuhan untuk bertahan dengan nyaman di hutan, si pemuda juga selalu terlihat tenang. Alih-alih merasa terjebak, Abdi terlihat lebih mirip sedang mengadakan perkemahan."Kok bisa ya sejak awal Abdi terlihat begitu tenang. Walaupun aku yakin sekali dia paham caranya bertahan hidup di dalam hutan, nggak khawatir bakal mati kelaparan di sini, tapi pastilah dia punya keinginan untuk kembali ke rumah," batin Tiara sembari terus mengamat gerak-gerik bawahannya itu.Tiara sendiri sejak mobilnya menabrak pe
Read more
Makan Malam
SEPASANG manusia yang tengah terperangkap di hutan itu pun makan malam bersama. Diiringi orkestrasi suara aneka hewan malam yang begitu riuh rendah, terdengar sangat menenteramkan hati.Keduanya makan tanpa berbicara. Tiara sudah mulai membiasakan diri dengan menu apa adanya. Yakni hanya berupa ikan bakar dan talas, yang kali ini direbus. Abdi juga merebus beberapa sayur-sayuran entah apa.Tiara sempat ragu-ragu hendak ikut menyantap sayur-sayuran tersebut. Tapi saat melihat Abdi begitu lahap menikmati aneka rebusan hijau itu, mau tak mau ia pun jadi penasaran."Ini semacam sayur-sayuran hutan gitu ya?" tanyanya sembari menunjuk ke piring yang berisi rebusan dedaunan hijau.Abdi telan makanan di dalam mulutnya terlebih dahulu baru menjawab, "Iya, Bu. Sebenarnya ini sayur-sayuran biasa sih, cuma mungkin tidak banyak yang memasak dan memakan ini. Jadinya tidak banyak yang kenal sehingga dianggap tumbuhan liar.""Memangnya daun apa saja ini?" tanya Ti
Read more
Tetap Tenang
SEPASANG mata Tiara membulat besar. Sedangkan keningnya berkerut dalam-dalam. Ekspresi wajah gadis itu campuran antara heran dan gusar karena keinginannya dicegah begitu saja.“Kenapa memangnya?” tanya Tiara kemudian.“Maaf, Bu,” sahut Abdi buru-buru. “Tunggu dulu setidaknya satu jam, Bu. Kan Ibu barusan makan tadi.”Tiara menghela napas panjang. Benar juga kata Abdi. Setelah makan jangan langsung berbaring. Tiara tahu betul itu. Namun tak urung ia merasa dongkol juga pada dirinya sendiri karena hal sesepele itu pun sampai harus diingatkan oleh sopir perusahaannya.Dengan malas-malasan Tiara akhirnya duduk bersandar di tiang pondok. Dari wajahnya yang terlihat kuyu dan matanya yang sudah redup, jelas gadis itu benar-benar mengantuk.Sementara Abdi membereskan sisa-sisa makanan dan peralatan makan mereka berdua. Setelah itu pemuda tersebut menghilang, agaknya ke sungai. Saat kembali, ia mengompres kaki Tiara yang
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status