Share

Bab 5. Lelaki Itu ….

Seringai terpasang jelas di wajah Dominic, menggenggam sebuah kartu memori sambil keluar dari pintu lobi hotel. “Hah, dasar jal*ng kecil” batinnya. Netra cokelat muda milik lelaki itu ditundukkan ke kartu kecil di tangan kanannya.

Aktivitasnya terhenti ketika sebuah mobil sedan hitam terparkir di depannya, menunjukkan seorang lelaki dengan setelan formal dan rambut yang disisir ke belakang. Lelaki yang merupakan asisten pribadi Dominic itu bergegas membuka pintu mobil dan mempersilakan dirinya untuk masuk.

Sepanjang perjalanan, mata Dominic disibukkan oleh banyak pesan di ponsel pribadi miliknya. Barulah ketika selesai, pandangannya terangkat ke arah Will, asistennya. “Bagaimana dengan urusan muncikari di Kota B kemarin?” tanya Dominic.

“Ulahnya mempengaruhi banyak klien dan juga wanita-wanita kita, Tuan. Sudah saya bereskan, kita tidak akan berurusan dengannya lagi.” jawab Will. Matanya masih fokus ke jalan sambil sesekali melirik ke atasannya.

“Bagaimana dengan wanita-wanita di bawah naungannya?”

“Aman, Tuan. Saya sudah mendapatkan muncikari pengganti untuk mengurus wanita-wanita itu. Telah kupastikan lelaki itu tidak berani berbuat macam-macam.” Jawaban dari Will membuat Dominic tersenyum puas, asisten sekaligus teman semasa kecilnya ini memang tidak pernah mengecewakannya.

Pikiran Dominic kembali ke saat dia melihat kerlap-kerlip cahaya merah dari balik lemari pakaian hotel. Senyum mengejek merekah dari wajahnya, menemukan sebuah kamera kecil yang jelas sengaja dipasang di sana. Dengan santai, lelaki itu mengambil sehelai kertas, mengirimkan pesan untuk wanita yang masih terlelap di ranjang. ‘Tidak semudah itu menjebakku, Amber Moore.’

“Anda terlihat bahagia, Tuan Dominic. Apakah ada hubungannya dengan malam Anda kemarin?” Pertanyaan Will membangunkan Dominic dari lamunannya. 

Manik keemasan lelaki itu menatap asistennya sambil tertawa kecil. “Begitulah. Malam ini…menarik.”

“Sepertinya Anda sangat puas dengan wanita yang saya sarankan.” ujar Will. Memang asistennya yang menyarankan dirinya untuk bermalam dengan wanita bertubuh sempurna itu.

Melihat ekspresi wajah sang asisten yang berseringai dan menunjukkan kepuasan, Dominic meneruskan pembicaraannya. “Will, apakah kamu masih ingat dengan wanita bernama Amber Moore?” tanya Dominic, menatap manik abu milik asistennya melalui kaca spion tengah. Will mengingat kembali nama yang familiar itu, menjawab pertanyaan yang membangun memori masa SMA dirinya dan Dominic dengan sebuah anggukan.

“Amber Moore adalah Amber Johns.” ucap Dominic dengan santai, melipat tangannya ke belakang. Will tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat, sebelum lelaki berambut cokelat itu menoleh tepat ketika mereka sampai di tujuan. “Maksud Anda, wanita penghibur yang semalam bercinta denganmu itu ... wanita yang sama dengan gadis cupu di SMA dulu?” Will terlihat tidak yakin dengan pernyataan dari atasannya itu.

Dominic menjawab dengan senyuman. “Kumpulkan informasi lengkap mengenai wanita itu. Jangan ada yang terlewat. Kalau perlu, ikuti gerak-geriknya.” Netra Dominic kini menatap Will dengan tajam. Pertanda kalau lelaki itu berbicara pekerjaan yang serius. Sang asisten membalasnya dengan manutan sebelum Dominic meninggalkan dirinya di dalam mobil.

Will menatap atasan dan temannya itu yang kini telah berjalan menuju pintu masuk sebuah bar megah. Posturnya yang tegap dan badannya yang kekar mengeluarkan aura gelap, membuat banyak orang takluk di hadapannya.

Mata Will masih mengikuti pergerakan Dominic, menyaksikan beberapa lelaki dengan tubuh yang tak kalah kekar dan wajah mereka yang bengis menundukkan badannya untuk menyampaikan hormat ke arah Dominic. Setelah memastikan lelaki itu sudah tidak terlihat, Will menatap nanar jalanan di depannya.

‘Sial!’ batinnya sambil menggebrak setir mobil di hadapannya. Dengan segera Will menyalakan kembali mesin mobilnya dan bergegas meninggalkan bar megah itu. Tangannya menggapai kantong jasnya, mengambil ponsel miliknya.

Lampu merah di persimpangan jalan menghentikan mobilnya yang melaju kencang. Dengan tergesa-gesa Will mencari kontak yang telah dia simpan beberapa hari yang lalu.

Dua huruf inisial terpampang di layar ponselnya. [A.M].

Beberapa kali lelaki itu mencoba menghubungi kontak yang hanya diberi inisial itu, namun hanya suara operator yang dia dapatkan. Tepat ketika usahanya yang ke delapan kali, barulah nomor itu berhasil tersambung.

"Halo?" Terdengar suara wanita dari seberang.

“Apa yang sudah kamu lakukan?!” teriak Will dengan penuh amarah.

Terdengar lawan bicara wanita itu membalas dengan bingung, “Apa maksudmu?”

“Bagaimana dia bisa mengetahui identitasmu, Amber?!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
aniek mardiana
si Wil ini pro sama si amber kah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status