Share

Bab 6. Rencana Selanjutnya

“Kamu mengatakan bagaimana dia bisa mengetahui identitasku? Seharusnya aku yang bertanya padamu, Will!” teriak Amber, masih merasakan kesal karena rencananya yang gagal. “Oh ayolah, Amber. Sekarang kamu melemparkan kesalahanmu itu kepadaku? Seharusnya kamu bisa lebih berhati-hati. Aku sudah beberapa kali mengingatkanmu, kan?” ucap Will sembari memutar bola matanya.

Tak pernah sekalipun terlintas di kepalanya kalau Dominic akan mengetahui identitas wanita itu terlebih dahulu.  Amber merasakan amarahnya meluap mendengar jawaban dari lelaki itu, mengingat ketika Selena menghampiri Amber di kamar hotel dan memberi informasi baru terkait pekerjaan Dominic yang sebenarnya. “Hati-hati? Kamu bahkan tidak memberitahuku sosok Dominic yang sebenarnya, Will! Apa kamu pikir bisa semudah itu untuk mengetahui profil lelaki yang ternyata merupakan seorang mafia bengis?!” Amber mendengus kesal di telepon.

Meskipun kesal, Amber tidak akan melupakan sosok Will yang merangkulnya dulu. Ketika SMA, hanya Will seorang yang ada di sisinya ketika tak pernah ada yang mendekatinya. Cacian dan hinaan dari semua orang berhasil dilupakan olehnya karena Will yang selalu menutup telinga Amber. Tapi sayangnya, untuk kejadian terakhir, Amber terpaksa kecewa.

Pria itu tidak pernah muncul di saat-saat terakhir dirinya dirundung sedemikian parah. Will menghilang di saat yang genting, bahkan ketika dia memohon dan mengemis pada para perundung, tidak ada yang mendengarnya. Menurut Amber, Will dan Dominic sama saja. Dia tidak tahu siapa yang bisa dipercaya dan tidak kali ini. Hanya saja, Will lebih tahu cara mengambil hati Amber, dia mampu bermulut manis di hadapan wanita itu.

Will terdengar frustasi saat berbicara dengan Amber di telepon, dia mendesah jengah, “Apakah itu penting memberitahumu mengenai siapa Dominic?” “Tentu saja penting bagiku. Bukankah sebelum aku menerima perjanjian untuk bermalam dengannya, aku sudah mengatakan padamu untuk memberikan seluruh informasi mengenai pria itu? Tapi rupanya, kamu tidak peduli dengan permintaanku!”

“Ya Tuhan, Amber. Aku sudah melakukan banyak hal untukmu. Bahkan, aku melakukan semua ini bukan tanpa resiko. Apa kamu mengerti itu?” Will terdiam untuk sesaat, berusaha mencari kata-kata yang lebih tepat. Dia tidak ingin kalah begitu saja saat berbicara dengan Amber. Amber yang saat ini dia kenal sangat berbeda dari wanita yang dia tahu sembilan tahun lalu.

Amber menyisir rambut dengan jari-jari lentiknya seraya terus mematut dirinya di depan kaca, “Terserah, yang jelas kamu benar-benar membuatku sulit untuk mempercayaimu lagi, Will.” Will mulai merasakan gerah, dia sudah membantu Amber dengan segala cara. Bukannya berterima kasih, wanita di seberangnya justru memakinya.

“Amber, aku sudah meletakkan diriku sendiri di dalam bahaya! Jangan kamu pikir bahayanya kecil, apa yang kulakukan untukmu dapat membuat diriku terbunuh!” Mengingat sifat Dominic yang detail dan perfeksionis, aktivitas yang dia lakukan saat ini jelas membahayakan posisinya.

Tidak mendengar jawaban dari Amber, Will masih memberikan pembelaan terhadap dirinya, “Apa kamu tidak ingat, aku tidak pernah berbohong padamu selama ini? Hanya satu kesalahan kecil ini, lantas kamu memaki aku?” Sejak dulu, Will sering kesal oleh sifat Amber yang keras kepala.

Merasa jengah dengan kata-kata Will, Amber hanya bisa mendengus, “Sungguh, aku tidak peduli, Will.” Dia tidak semudah itu mempercayai mulut-mulut manis para pria buaya yang hanya bisa mempersulit dirinya. Dengan nada memelas, Will kembali meyakinkan Amber untuk tetap memercayainya. “Amber, aku tahu kamu kecewa denganku. Tapi, biarkan aku membantumu untuk menebus kesalahanku di masa lalu. Aku ingin kamu melupakan itu semua," ucap Will dengan nada memelas.

"Melupakan?" Suatu hal yang mudah dikatakan. Setelah kebahagiaannya terenggut, harga dirinya tergadaikan di hadapan banyak orang, hingga dibuang oleh ayahnya sendiri, apakah mudah untuk melupakan? “Aku akan membantumu, tapi aku harus tetap berhati-hati kepada Dominic. Bagaimanapun, dia adalah atasanku, dia juga pemimpin Black Mask, salah satu gembong mafia prostitusi yang ditakuti di beberapa kota."

Amber tersenyum kecil mendengar pengakuan dari Will, tak menyangka semudah itu sang lelaki membeberkan informasi atasannya sendiri. “Basi, Will. Aku sudah terlebih dahulu mengetahui itu semua. Informasi yang kamu berikan itu sudah tidak berguna.” Belum sempat Will membalasnya, wanita itu kembali bersuara, “Sudahlah, jangan hubungi aku lagi.”

Tepat sebelum Amber menurunkan ponselnya dari telinganya, dia mendengar lelaki di seberang berteriak dengan kencang, “Saat ini, perusahaan Dominic terlibat kasus pencucian uang! Jika hal itu tersebar di media, seluruh saham yang dimiliki oleh Keluarga Grey di beberapa perusahaan akan menurun drastis.” ucap Will, berusaha meyakinkan Amber dengan informasi rahasia yang baru saja dia dapatkan di hari itu.

“Bicaramu sudah selesai? Teriakanmu membuat aku sakit kepala. Kita lanjutkan saja pembicaraan ini di lain waktu.” Meneruskan percakapan dengan Will hanya akan membuat Amber amarahnya meluap. Dia pun memutuskan hubungan di telepon, menggantung percakapan keduanya begitu saja.

"Biarkan aku membantumu untuk menebus kesalahanku ...” Suara Will yang terdengar tulus membuat Amber memikirkan kembali perlakuan Will terhadapnya dulu. Namun, lamunannya terhenti ketika mengingat informasi yang ditumpahkan oleh lelaki itu barusan. Seraya menatap wajahnya yang sudah dipoles ke cermin di hadapannya, Amber tiba-tiba mendapatkan ide.

“Halo, Ayah. Bisakah kita bertemu sekarang?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
aniek mardiana
bener itu lelaki mau nya benar ,.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status