Share

WANITA YANG KUCERAIKAN
WANITA YANG KUCERAIKAN
Author: Ucu Nurhami Putri

Ajak Menyakitkan

"Aku sudah jatuh cinta kepada wanita lain, jadi, mari kita bercerai, dan setelahnya, jangan ada pertemuan lagi!" hanya beberapa kata yang dikatakan Azril, tapi membuat Devina tak bisa berkutik. Tubuhnya mendadak tidak bisa digerakkan dan pendengaran serta penglihatan seperti tidak berfungsi lagi.

Devina terhuyung ke arah sofa, tapi Azril sama sekali tidak melihatnya karena ia sedang berdiri di depan tangga membelakangi Devina.

Selama tujuh tahun pernikahan, Devina belum diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, dan ini dijadikan alasan oleh Azril untuk berpisah. Ia sama sekali tidak tahu kalau wanita yang menjadi istrinya itu mencintainya.

Bagi Devina, tentu saja cinta itu muncul tiba-tiba dengan seiring berjalannya waktu. Meksipun ia tahu Azril sama sekali tidak pernah mempunyai perasaan sedikit pun padanya, ia selalu percaya kalau pernikahannya akan langgeng sampai maut memisahkan.

"Devi! Aku tidak mau mengulangi perkataanku lagi, semuanya sudah cukup sampai di sini." tegas Azril tanpa menoleh sedikit pun ke arah Devina yang sedang memukul-mukul dadanya dan terjatuh.

"Ibu!" Bu Naya--asisiten rumah tangga yang selama ini membantu Devi mengerjakan semua pekerjaan rumah itu berlari ke arah majikannya.

"Ya Allah, Bu. Ini kenapa?" Bu Naya membantu Devina untuk duduk di sofa dan memberikannya segelas air minum.

Setelah menguasai diri, Devina menangis. Air mata dan rasa sakit selama ini selalu ditutupinya dengan senyuman sudah meluap, tidak bisa lagi ditahan, ataupun ditutupi lagi.

"Sabar, ya, Bu. Saya sudah mendengar apa yang dikatakan Bapak barusan." Bu Naya mengusap lembut pundak Devina yang saat ini sedang terguncang.

"Bukan kata sabar yang ingin saya dengar, Bu. Karena buktinya, saya tak bisa sabar lagi ketika Mas Azril mengibarkan bendera perpisahan." ucap Devina di sela tangis. "Saya hanya butuh orang yang mau mendengarkan segala keluh kesah dan membuat sedikit ketenangan tercipta, Bu. Bukan hanya mengatakan sabar, karena saya yang mengalami hal ini." lanjutnya membuat Bu Naya merasa bersalah.

Devina adalah perempuan yang terang-terangan, dia akan mengatakan apapun yang mengganjal di hatinya. Tapi tidak ketika berhadapan dengan Azril, dia selalu memendam apa yang ingin dikatakannya, takut akan membuat suaminya itu tidak nyaman.

Pernikahan ini memang dijodohkan, tapi Devina memang mencintai Azril dari dulu sampai tidak peduli kalau laki-laki yang akan menjadi suaminya itu punya pacar atau tidak. Karena baginya, menjadi istri Azril saja sudah cukup. Nyatanya, ia hanya disentuh tanpa cinta selama tujuh tahun ini.

Namun semua itu tetap tidak membuatnya mundur, Devina selalu meyakinkan dirinya sendiri, kalau Azril bukan tidak mencintainya, tapi rasa cinta itu belum hadir pada hatinya.

Bagi Devina, Azril tidak mengatakan berpisah pun sudah sangat bagus untuk posisinya. Kini semuanya hancur begitu saja.

"Saya harus apa, Bu? Apa saya harus mengikutinya begitu saja? Tapi hatiku mungkin akan semakin sakit?" Devina terus saja memukul datanya sambil menangis di dalam pelukan Bu Naya.

"Ya ampun, Bu. Ibu itu orang kaya yang sukses, tapi kenapa bisa mencintai laki-laki dingin seperti Pak Azril?" Bu Naya hanya bisa mengusap punggung Devina.

"Entahlah, Bu. Dari dulu, aku tak bisa menghilangkan rasa cinta ini. Aku akan semakin terluka kalau jauh darinya, Bu." Devina masih menangis.

Ia memang punya penyakit lambung, meksipun tidak terlalu parah, tapi akan menjadi kalau ia jauh dari orang yang dicintainya dari dulu itu, Azril. Hanya dia yang Devina inginkan.

"Apa Ibu sanggup kalau Mas Azril menikah lagi?" tanya Bu Naya membuat Devina menatapnya.

"Apa maksud Ibu?"

"Maksud saya, izinkan Pak Azril menikah lagi, tapi Ibu tetap menjadi istrinya. Katakan pada Bapak, kalau Ibu rela dan ikhlas dimadu," jelas Bu Naya membuat Devina terbelalak.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status