Share

Penampilan

PoV Devi

Aku meminta Mas Azril untuk menikah secepatnya bukan karena aku tidak punya harga diri atau tidak punya perasaan, tapi karena ingin menunjukkan padanya kalau aku sudah lelah dan menyerah untuk menjadi istrinya.

Tidak ada penyesalan sedikit pun setelah menamainya selama tujuh tahun, setidaknya, Allah masih menginginkan aku untuk bahagia.

"Maka makananku?" Mas Azril keluar dari kamar mandi dengan masih memakai baju handuk, padahal biasanya tidak pernah seperti ini.

"Enggak ada!" jawabku singkat sambil meliriknya sekilas, lalu kembali fokus kepada gawai yang sedang kupegang.

Wajahnya mendadak berubah menjadi merah, sudah pasti amarah sedang menghampirinya, tapi aku tidak peduli. Jika yang aku lakukan ini berdosa, maka aku hanya bisa meminta ampunan kepada Allah untuk mengampuni dosa dosaku.

"Kamu itu gunanya apa?" protesnya tajam dengan tatapan menusuk.

"Aku? Gunanya?" Aku menahan kata-kata yang ingin aku ucapkan dan menghampirinya dengan tatapan yang tenang, aku ingin dia tahu kalau aku juga bisa kejam dan bertindak sesuai dengan keinginanku.

Setelah berada tepat di depannya, aku menatapnya lekat. "Gunaku menjadi ratu, karena aku adalah Devina, putri tunggal dari orang terkaya di kota ini!" tegasku menyadarkannya.

Wajah Mas Azril semakin memerah, matanya menatapku tajam, dan tangannya berusaha untuk menarik tanganku, tapi aku lebih dulu melangkah menjauh, dan masuk ke dalam kamar.

"Devina!" teriaknya memanggil, tapi aku tidak peduli. Mau sampai uratnya putus sekali pun, dia tidak akan bisa memerintahkan apapun lagi padaku.

"Hei! Kau, keluarlah!" teriaknya lagi.

Aku malah mengambil ponsel dan membuka aplikasi KBM app untuk membaca beberapa cerita yang memang sudah menjadi bacaan favoritku, salah satunya buku yang berjudul 'Menyesal Usai Talak'. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil di cerita ini. Seperti, kita tidak bisa menilai orang itu siapa, apa pekerjaannya, bagaimana sifatnya hanya dari tampilan luar, dan masih banyak lagi.

Ada juga salah satu cerita bersambung dari penulis yang sama, judulnya 'Hadiah Pernikahan Pembawa Petaka', kisah ini menceritakan sebuah dokter yang meminta izin untuk menikah lagi dengan masa lalunya atas dasar kasian kepada anak-anaknya tapi mengabaikan anak-anaknya sendiri.

Memang sikap untuk anak-anak yang berusia empat atau enam tahun di dalam cerbung ini terlalu dewasa, tapi mereka memang sudah dilatih untuk mengerti.

Perlu kita ketahui bahwa, masalah kedewasaan itu tidak tergantung tingginya usia. Seringkali kita melihat orang tua yang sifatnya kekanakan, atau malah sebaliknya.

Di saat aku sedang asyik membaca cerita menyesal usai talak, Mbak Salma menelpon.

"Assalamu'alaikum, Mbak," sapaku bahagia, berbeda dengan panggilan telpon beberapa waktu lalu yang berlinang air mata.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, apa kabar?"

"Sangat baik, Mbak."

"Sudah ikhlas?"

"Alhamdulillah sudah, Mbak. Aku gak akan izinkan hatiku untuk terluka lagi, jadi aku akan menyikapi semuanya dengan biasa saja, seperti tidak ada hal menyakitkan yang terjadi." jelasku bahagia.

"Bagus, itu yang Mbak tunggu. Ini hidup kamu, jadi hanya diri kamu sendiri yang bisa memutuskannya. Jika kamu menginginkan hatimu untuk terluka, berarti hatimu akan terluka," ucapnya panjang dan aku menyetujui hal itu.

Jangan izinkan hatimu untuk terluka kalau kamu tidak ingin terluka.

"Benar, Mbak. Aku akan ambil hikmah dari sikapnya, mungkin sudah saatnya aku untuk bahagia."

"Apa hikmahnya?" tanya Mbak Salma membuatku tertawa kecil.

"Tentu saja agar aku bisa mendapatkan laki-laki yang sholeh, baik, dan bisa mencintaiku seperti aku mencintainya." Aku menjelaskan dengan senyuman yang tidak pernah hilang.

"Itu benar, kamu sudah sangat pintar. Besok kita bertemu, yuk?" ajaknya yang langsung aku setujui.

"Devina!" panggil Mas Azril lagi setelah beberapa jam berlalu, tapi aku masih bodo amat.

Setelah mematikan sambungan telpon, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah beberapa jam, aku pun keluar dengan baju yang sudah rapi. Yaitu memakai gamis merah muda dengan kerudung yang senada.

"Mau kemana kamu?" tanya Mas Azril yang ternyata masih berada di kursi yang ada di depan kamarku.

"Gak kemana-mana."

"Jangan bohong!" ucapnya setengah berteriak.

"Untuk apa berbohong, gak ada gunanya."

"Jangan bilang kau mau merubah penampilan agar aku membatalkan pernikahan dengan Nafisah yang shalihah?" tanyanya picik.

"Wah, sejak kapak kau tilai aku begitu, Mas? Aku gak ada harapan sedikit pun hal itu terjadi, bukankah kau sendiri juga tahu kalau aku berpenampilan seksi hanya di rumah?" tanyaku tajam.

"Makanya aku jijik!" ucapnya sambil mengalihkan pandangannya.

"Lihat saja nanti istrimu kalau di rumah bagaimana, semoga saja tidak lebih parah dariku." ucapku bangga.

"Kau, Nafis bukan orang yang seperti itu!" ucapnya sambil berteriak.

"Siapa Nafis?" tanya seseorang yang baru saja datang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status