Share

VISA 7/24
VISA 7/24
Author: Ittata

Rachel White

    Pagi hari di kantor sebuah penerbitan buku, masuklah seorang wanita cantik berkulit putih blasteran Austria dan Indonesia, yang perawakan bak gitar spanyol. Memiliki nerta hijau sebagai daya tarik, berambut panjang warna coklat blonde. Rachel biasanya datang ke kantor di dampingi dengan sang asisten Juan yang setia mencatat segala kegiatan Rachel. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi.

    Kini Juan yang berlari membawa sarapan pagi Rachel di koridor kantor. "Sial," makanan milik Rachel tumpah.

   "Aish! Shit! hari yang sial!" ujar Juan dalam hati dengan mengusap kasar wajahnya. 

  "Maafkan saya Pak Juan," ucap salah seorang pegawai.

   "Bagaimana ini, kalau balik lagi enggak keburu," gerutu Juan.

  Mau tidak mau Juan mengganti menu sarapan dengan makanan lain yaitu dengan yang lebih simpel, yakni membuat roti lapis pakai selai cokelat dan teh hangat yang ada di pantry.

    "Hati-hati Pak," ucap petugas kebersihan. Dengan mengacungkan sebelah jempolnya menandakan Juan akan baik-baik saja.

    Rachel yang di juluki Nenek sihir memang begitu killer di mata para karyawannya. Saat Rachel masuk hawa dingin seperti kuburan tercipta.

   Para karyawan langsung duduk di tempatnya masing-masing seperti akan memakan mereka bulat-bulat.

    "Biar killer tapi cantik."

    "Makin sexy aja ini Nenek sihir."

    Melangkah dengan percaya diri. "Kamu, kamu, kamu, kumpulkan laporan," ucap Jihan menunjuk pada karyawannya.

    "Aduh Nenek sihir lewat, pasti dia minta laporan juga deh pagi ini," ujar Siska sekertaris Rachel.

     Ketika Siska mau menghindari amukan Rachel. "Hey, Siska ayo kumpulan laporan para editor hari ini," ucap Rachel yang mengintip di balik kaca matanya. 

    "Ba..baik Miss," jawab Siska terbata.

     "Mati aku, bagaimana ini? Laporannya belum siap semua," ucap Siska dalam hati.

    Juan yang baru sampai terengah-engah, napas yang memburu begitunjelas terlihat pada hidungnya yang kembang kempis. "Sorry Miss," ucap Juan menyodorkan kotak makanan yang berisi roti lapis itu.

  "Apa ini? Mana sarapan saya?" tanya Rachel melotot.

   "Maaf Miss, lontong sayur Mang Nanang kehabisan," ucap Juan berkata bohong karena tidak ingin di anggap teledor.

    Tidak ada kata yang di berikan Rachel hanya mengibaskan tangannya. Sebagai tanda dia menyetujui untuk sarapan yang di sediakan Juan.

    "Oke Miss, sama-sama," ucap Juan dalam hati.

    "Terimakasih kek," ucap Juan tersenyum miring.

    "Ju. Thank you," ucap singkat Rachel.

     Juan yang mendengarnya menarik kedua sudut bibirnya.

    Saat Siska sedang memikirkan masalah itu, datanglah Juan, "Ssst, si Nenek sihir ngamuk?" tanya Juan.

    "Tidak, Pak. Hanya saja minta laporan harian editor." jawab Siska berbisik takut terdengar Rachel, bisa-bisa panas kuping ini.

   "Hahah siap-siap saja kamu," ujar Juan senyum menyeringai.

    "Tolonglah Pak, ayo bantu saya," pinta Siska pada Juan.

    "Oke, aku akan membantumu," jawab Juan lalu memberikan beberapa berkas yang sudah dia dapat.

    Gerakan cepat dari Juan itu yang membuat Rachel mempercayakan semua informasi padanya. Juan kemudian memberikan beberapa salinan laporannya.

     "Terimakasih kasih Pak," ucap Siska,

     "Sebagai tanda terimakasih aku akan teraktir Pak Juan," sambung Siska.

     "Oh tentu, aku akan menerima tawaranmu," jawab Juan dengan senyum liciknya.

    Namun siapa sangka Rachel sudah lebih dulu mengetahuinya, "Hey, apa-apaan kamu. Minta laporan pada orang lain itukan tugas kamu."

    Siska bagai di sambar petir di siang bolong dia diam tidak berbicara apapun, "Sekali lagi kamu berbuat seperti itu siap-siap di tendang dari sini," ujar  Rachel dengan sombongnya.

    "Iya Miss, saya akan bekerja lebih baik lagi," tutur Siska.

   Namun lain di bibir lain di hati, "Dasar wanita sihir, seenaknya kamu berbuat seperti itu."

    "Sis, maafkan saya, sepertinya dia punya inner yang kuat," ucap Juan lalu meninggalkan Siska berkutik dengan tugasnya.

    "Inner apa? Magic," tanya Siska dalam hati.

     Kini Juan kembali ke tempat kerjanya yiatu di sebrang meja milik Rachel, "Coba kalau kamu tidak sekiller ini kamu itu manis, Uweeek," maki Juan dalam hati.

    Namun saat mereka tengah serius datanglah dua orang pria dari kantor agensi imigrasi setempat, yang menyatakan bahwa kartu Visa Rachel akan habis dan terancam akan di deportasi.

  "Selamat siang Nona, kami dari agensi imigrasi," ucap petugas itu yang bernama Gerry wilson dan asistennya Tomy Jeremy.

  "Iya kedatangan kami hanya ingin menginformasikan bahwa masa kartu Visa anda akan kadaluarsa," tutur Tomy.

  "Tapi saya sudah memperpanjang kartu c312 saya Pak, lagi pula ibu saya orang Indonesia," ucap Rachel.

  "Tapi tetap saja anda masih status kewarganegaraan asing," balas Gerry.

  "Kartu c312 hanya berlaku selama setahun saja, jika anda tidak ingin di deportasi maka selesaikan kewajiban anda Nona," sambung Gerry.

  "Mungkin hanya itu yang saya sampaikan," ucap Tomy.

  "Kami permisi Nona," mereka berdua meninggalkan ruangan Rachel.

   "Tapi Pak," sanggah Rachel, kedua petugas itu hanya mengangkat tangannya saja.

    Rachel tidak tahu harus bagaimana waktu sesingkat itu harus menyelesaikan kartu Visa-nya, dalam kurun waktu 7 hari 24 jam harus selesai, dia memijat kepalanya untuk mencari jalan keluar. Karena tidak mungkin jika dirinya harus kembali lagi ke Negaranya, dalam keadaan pekerjaannya belum selesai, di tambah statusnya yang sekarang. Yaitu jomblowati sejati, karena mementingkan karirnya.

   Di sebrang mejanya terlihat Juan yang menahan senyum, kebalikan dengan Rachel,

   "Rupanya dia mentertawakan ku," geram Rachel.

    "Hey, bisa-bisanya kamu mentertawakan ku," ucap Rachel.

     "Maaf Miss, aku tidak menetertawakanmu. Aku hanya memberi senyum saja," jawab Juan.

   "Heh, kegeeran amat kamu di senyumin aku. Senyumku mahal tahu?" ucap Juan dalam hati.

  "Apa kamu bilang bisa-bisanya kamu bebicara seperti itu," jawab Rachel.

  "Inner sihir kamu berfungsi juga," teriak Juan.

  "Berani-beraninya kamu hah," geram Rachel.

   "Ya bisalah, aku manusia biasa. Nafsu manusiawi, aku bisa marah," balas Juan dengan tertawanya.

   "Oh jika itu mau mu, aku mau kamu angkat kaki dari perusahaan saya," timpal Rachel.

   "Dengan senang hati aku akan keluar dengan secara hormat," geram Juan.

   Kemudian Juan berteriak, "Tidaak."

   "Ampun, ampun," teriak Juan.

   "Heh, dasar gila," ucap Rachel yang membangunkan Juan karena ketiduran.

   Dengan senyum miring, "Heh rupanya aku hanya bermimpi, kalau aku sampai di pecat. Haduh amsyong deh, aku sangat perlu pekerjaan ini," ucap Juan dalam hati.

   "Siap di kerjakan," ucap Juan.

   Rachel tersenyum di paksakan melihat tingkah Juan.

   "Aneh," ucap Rachel.

    Teringat akan masalah dia mencari cara agar tidak di deportasi, dengan senyum menggigit bibirnya Rachel memiliki ide yang tidak masuk di akal, mungkin bisa di pilihan tergila yang pernah dia lakukan selama hidupnya.

   "Apa aku harus lakukan itu?" gumam Rachel dalam hati.

    Juan sembari mengerjakan tugas sembari melihat Rachel yang sedang berfikir.

    "Imut juga,"

    "Hah, tidak mungkin," Rachel membolak-balik isi kepalanya untuk mendapatkan rencana terbaik.

   

   

    

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status