Share

Tak Sengaja

  "Memang aku akui kamu itu ganteng dan imut juga," ucap Rachel dalam hati.

 "Miss, kita sudah sampai apartemen mu. Ayo turunlah." pinta Juan membuyarkan lamunan.

 "Eh iya Ju, ayo." jawab Rachel.

 "Miss kamu kuat jalan sendirian?" tanya Juan.

 "Tentu aku bisa jalan sendiri," jawab Rachel dengan semakin keluar dari mobil dengan Juan yang membuka di luar mobil.

 "Ya sudah aku pulang ya Miss," pinta Juan.

 "Eit tunggu, ayo masuk dulu. Aku kompres memar kamu dulu," pinta Rachel yang menarik tangan Juan.

 "Tidak apa Miss aku bisa kok sendiri," ujar Juan.

"Ayolah," Rachel memaksa.

 Bapak satpam di luar gedung apartemen saja merasa ada yang aneh akan tingkah Rachel.

  "Ya ampun Miss, coba kalau saya yang di ajak masuk ke dalam apartemen," ucap satpam gedung apartemen.

 "Maunya si Miss apa sih? Tapi dia punya hati juga," ucap Juan dalam hati.

 "Kenapa aku ajak dia masuk apartmen, belum ada yang pernah aku bawa kedalam. Ya sudahlah tidak apa-apa," Rachel gusar akan tingkah yang perbuat.

  Segedung penghuni apartemen juga tahu kalau Rcahel orang yang cantik semau aku sendiri yang pastinya dia menjomblo.

  "Tumben si Frozen bawa laki," tutur si tetangga yang tak sengaja melihat Rachel menggandeng Juan.

 "Rupanya ada juga yang menyukaimu,"

 "Aku pastikan dia pasti putus juga."

  Beberapa mulut netizen terlontar begitu mudahnya.

 "Sepertinya aku memang jadi sumber berita"ketus Rachel dalam hati.

"Kadang aneh sama mulut-mulut orang yang gatel maunya ngomongin masalah orang. Emangnya di tidak punya masalah pribadi yang di urus?" geram Rachel.

 Juna yang sedari tadi mendengar ocehan Rachel hanya tersenyum melihatnya.

 "Kamu manis juga kalau di ajak serius," ucap Juan dalam hati.

 Sesampainya.di depan apartemen Rachel mencari kartu untuk membuatnya terbuka namun terjatuh. Lalu di ambilnya kartu kunci itu oleh Juan karena ada di dekat kakinya. Di tempel  si kartu itu. Namun Juan tak sengaja mendorong tubuhnya di depan tubuh Rachel. Matanya mulai terpejam ketakutan saat Juan akan  menempelkan kartu itu. Membuat Juan menghirup aroma parfum di ceruk leher Rachel.

  "Plak," Juan di tampar oleh Rachel.

 "Kenapa aku di tampar?" Kini akhirnya Juan kena memar juga sudut bibirnya berdarah karena terkena cincin yang melingkar di jari Rachel.

  "Maaf, aku repleks tampar kamu. Kenapa coba terlalu dekat denganku,"ujar Rachel yang memegangi pipi Juan.

  "Ayo masuklah," ajak Rachel.

  Juan masih tidak percaya pada Rachel yang mulai peduli padanya.

  "Dari sorot matanya tidak terlihat sedang bercanda," Juan bergumam pada hatinya.

  "Iya Miss baiklah," jawab Juan.

  Masuklah Juan ke dalam apartemen Rachel. Terlihat interior khasa wanita bernuansa merah muda dan biru pastel dengan beberapa foto yang tergantung di dinding.

   "Ternyata wanita sihir ini suka warna feminim," tutur Juan dalam hati.

  "Kenapa bengong, ayo duduklah," titah Rachel lalu pergi meninggalkannya Juan dengan jalan sedikit menempel pada dinding sebagi penopnag. Juan masih menikmati suasana di apartemen Rachel, di gesernya pintu jendela itu hingga nampak lah pemandangan sore hari yang indah.

  "Indah sekali, orang-orang terlihat seperti semut dari atas sini," bisik Juan.

  "Sebentar lagi juga akan terlihat matahari terbenam," celetuk Rachel yang datang dari arah belakang dengan membawa wadah.

  "Si Miss bawa apa itu," ucpa Juan yang melihat Rachel menghampirinya.

  "Apa isinya es batu!" sambung Juan dalam hati.

   "Awh," rintih Juan yang merasakan sensasi dingin dan nyeri pada pipinya.

 "Cengeng," celetuk Rachel.

  Juan yang mendengarnya tersenyum miring, "Hati kamu baik juga Miss," Juan mengaguminya dalam hati.

  "Tahan! Jangan perhatikan aku gitu," pinta Rachel.

  "Jangan GR Miss aku baik-baik saja. Terimakasih sudah khawatirkan aku," bisik Juan.

  Rachel yang mendengarnya langsung menekan keras bekas luka yang dia rasakan.

  "Awh, sakit." teriak Juan.

  "Makanya berterimakasih lah padaku yang sudah menolong kamu." Tegas Rachel.

  "Dasar Judes," gerutu dalam Juan yang mengambil alih mengompres.

  "Lebih baik aku pulang, tapi aku ingin lihat matahari terbenam," sambung Juan.

 "Kenapa bengong?" tanya Rachel.

 "Tidak Miss," kalau kamu sudah tidak kerasa sakit silahkna pulang lah. Aku ingin istirahat lelah sekali." tutur Juan.

  "Kasihan juga saat sakit dia mengurus sendiri. Eh sama aku juga anak rantau," pikir Juan dalam hati.

  Sebagai penenang hatinya Rachel juga suka medengarkan alunan musik-musik klasik, terkadang dia suka memainkan piano kesukaannya. Terlihat ada sebuah pianon baby grand yang ukurannya cocok di apartemen yang tidak memakan tempat.

 "Iya Miss aku akan segera pulang," jawab Juan mulai siap untuk pulang.

   Namun terdengar suara piano yang lembut, pertanda si pemilik sedang menekan nuts-nuts di papan hitam putih itu.

  Suara yang di hasilkan terdengar indah, Juan mengahampiri Rachel dan menikmati suara lembut piano itu hingga suara itu berakhir.

  "Ini Yiruma ya? Aku suka componis seperti dia." celetuk Juan memecah suara.

 "Iya ini Di You? Dari Yiruma," jawab Rachel.

Sekilas Rachel memandangi Juan dan tersenyum melanjutkan kembali menekan nota piano itu.

  "Begitu banyak rahasia di hidupmu Miss, kadang aku kagum, kadang kamu membuatku geram." tutur Juan dalam hati.

 Tak terasa sudah gelap kini Juan akan pulang.

"Dari tadi enggak ada yang nawarin aku minum gitu seret amat," sindir Juan.

 "Oh iya sorry," ucap Juan.

Rachel pun mengambilkan segelas air putih, "Emhh tawar," ujar Juan.

  Namun saat Juan minum tiba-tiba tak sengaja menyenggol tangan Rachel.

 "Miss, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Juan.

 "I,m fine," jawab Rachel.

 "Aneh kenapa jawab baik-baik saja sudah kebuktian kalau kamu demam Miss,"

 "Kita lihat apa kamu akan kuat sendirian menahan rasa sakit," sambung Juan dalam.hati.

 "Aku bisa sendiri, aku terbiasa sendirian," ujar Rachel.

Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

 "Ya sudah aku segera pulang," ucap Juan dan pergi meninggalkannya apartemen dengan Rachel masih memainkan piano.

 "Hem, dasar egois," gerutu Juan.

Namun Juan tak memiliki hati seperti hewan yang tega meninggalkan Rachel yang emang benar-benar sedang demam.

 "Shit, wanita itu," Juan berbalik arah dan membuka pintu apartemen Rachel kembali.

  Tanpa ba bi Bu Juan menarik tangan Rachel.

  "Aku sadar, aku melewati batas ku. Maafkan atas ke tidak sopananku," ujar Juan memapah Rachel ke ranjang dan membaringkannya.

  "Beristirahatlah aku tidak akan meninggalkanmu," turur Juan.

  Tak ada respon yang di berikan Rachel dia hanya diam menerima perlakuan Juan. Dalam hati kecil Rachel dia sangat terharu padanya.

 "Baru kali ini ada yang peduli terhadap ku," tutur Rachel dalam hati. Tak sadar bahwa dirinya menikkan air mata dan Juan pun mengahapusnya.

 "Sudahlah Miss jangan baper. Aku hanya bela kemanusiaan saja," jawab Juan terus terang.

 Namun hati seseorang siapa yang tahu. Mereka saat ini bisa saja saling menutupi perasaannya. Demi apa? Yaitu demi ego masing-masing. Terlebih Rachel, dia memang akan memanfaatkan Juan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status