Share

2. Unperfect Husband

“Aku ingin dia menikahiku besok.”

Perkataan tersebut meluncur mulus dari mulut Caraline laksana balon udara yang menggapai kebebasan dengan terbang ke langit setelah dicengkeram jemari anak-anak. Di sisi lain, wanita itu tak sepenuhnya tenang setelah berkata demikian. Jauh di lubuk hatinya, ia merasakan bimbang  dan ketakutan di saat bersamaan. Ketiga pria di depannya mungkin akan menganggapnya gila karena tindakannya barusan.

“Siapa di antara kalian yang bernama Jacob Aberald?” ulang Caraline.

Caraline benci saat menyebut nama pria itu. Walau tak pernah sekalipun bertemu, ia menganggap bila pria itu sudah memenjarakannya pada sebuah takdir menyebalkan selama lima tahun terakhir, atau mungkin hingga beberapa tahun ke depan.

Di lain hal, sebagai pemimpin dari keluarga Aberald, Jeremy tak bermaksud berperilaku tidak sopan karena membiarkan wanita kaya sekelas Caraline mengulang pertanyaannya hingga dua kali. Hanya saja, saat ini, fokusnya lebih ditujukan untuk mencerna perkataannya. Saat menoleh ke arah dua adiknya, Jeremy juga merasa kalau Jonathan dan James ikut merasakan hal yang sama.

Jacob Aberald? Meminta dia menikahi seorang Caraline? Sangat tak masuk akal. Nama itu saja bahkan sudah tak ada lagi di dunia ini.

Dilihat dari satu sisi, Jeremy melihat kalau ini sebuah peluang. Jika boleh berangan-angan, bisa saja ia menyuruh kedua adiknya untuk berpura-pura sebagai Jacob Aberald, atau mungkin dirinya sendiri yang mengaku sebagai pemilik nama tersebut. Akan tetapi, bila melihat dengan siapa dirinya berhadapan, opsi itu menjadi pilihan terburuk yang bisa dipilih. Menipu Caraline sama saja menyiapkan lubang kuburan bagi keluarga Aberald.

“Tidak ada satu pun dari keluarga Aberald yang bernama Jacob Aberald, Nona Caraline,” ujar Jeremy dengan senyum dibuat-buat.

 “Apa mungkin Anda salah orang?” Jonathan ikut berbicara.

Sementara itu, James hanya sibuk mencuri pandang pada Caraline. Wanita itu jauh lebih cantik dibanding saat dilihat di media, pikirnya. 

 “Aku tak suka pria pembohong. Kau tahu, aku bisa saja melakukan hal buruk pada keluarga dan perusahaanmu jika aku mau, tapi bersyukurlah karena aku tidak sejahat itu. Jadi, jangan buang-buang waktuku hanya untuk mendengar senyum palsu dan perkataan bohongmu.”

“Di mana Jacob Aberald? Bawa dia ke hadapanku sekarang!” perintah Caraline tanpa memberi waktu pada ketiga pria di hadapannya untuk membela diri.

“Maafkan atas sikap burukku, Nona Caraline.” Jeremy membungkuk. “Aku tidak bermaksud membohongi Anda. Aku melakukan hal itu semata-mata untuk melindungi Nona.”

“Apa maksudmu?” Caraline menatap tak suka.

“Nona Caraline, pria yang Anda cari tak lain adalah aib menjijikkan bagi keluarga Aberald. Dia sudah dibuang dan bukan lagi bagian dari keluarga kami. Aku sangat takut kalau dia berada di dekat Nona, dia bisa membawa kesialan tak berkesudahan pada Nona. Tolong mengertilah, Nona.” Jeremy memohon.

“Aib atau kotoran sekalipun, aku tak peduli!” kata Caraline tegas, “aku datang ke sini hanya untuk bertemu dengan Jacob, bukan untuk mendengar belas kasihmu. Jadi, bawa dia ke hadapanku sekarang dan jangan buang waktuku lebih lama lagi di sini!” Caraline menggebrak meja.

Jeremy yang kaget segera menguasai diri. Sebagai tuan rumah dan juga pemimpin keluarga Abareld, harga dirinya serasa dilucuti oleh tingkah kurang ajar Caraline barusan.

“Baiklah, Nona.” Jeremy berujar. Ia kemudian memerintahkan James untuk membawa orang yang dicari Caraline ke ruangan ini.

James sendiri mendengkus sebal. Kalau saja bukan karena perintah Jeremy, ia tak sudi untuk sekadar berbagi oksigen dengan pria itu dalam jarak dekat. Meninggalkan ruang utama keluarga, James dengan wajah murka menuju sebuah bangunan kecil yang berada di belakang rumah. “Hei, Sampah! Keluarlah!” teriaknya seraya menggedor pintu dengan keras. “Jangan buat aku muntah karena harus berbagi udara denganmu lebih lama di sini.”

“Kau dengar aku?” James menendang pintu bangunan kecil itu beberapa kali. Tak peduli jika rusak atau hancur sekalipun. Jika penghuninya ikut mati, ia malah akan bersyukur. “Keluar!”

“Kuharap kau mati, Sampah!” James yang kesal memilih meninggalkan rumah. Tak hanya meninggalkan pintu yang rusak, tetapi juga sumpah serapah.

 “Ada apa?” tanya seorang pria yang baru saja keluar dari pintu. Suaranya agak keras karena James sudah berada agak jauh darinya.

“Ke ruang keluarga sekarang! Larilah secepat yang kau bisa!” balas Jemas sembari terkekeh karena celotehannya sendiri.

“Di mana Jacob?” tanya Caraline begitu melihat James duduk kembali di samping Jonathan.

James menjawab dengan seuntai senyum lebar, “Dia sedang berlari ke sini, Nona Caraline. Anda tenang saja. Kalau boleh jujur, dia pelari yang hebat.”

Jeremy dan Jonathan tersenyum saat mendengar perkataan James.

Caraline sendiri merasa tak perlu menanggapi ucapan barusan. Berbanding terbalik dengan sikapnya yang tak acuh, wanita itu berusaha mengeyahkan kegugupan saat mendengar pria itu tengah menuju ke sini. Beberapa kali Caraline melirik jam, kemudian membetulkan rambutnya yang sama sekali tak terlihat kacau. Saat perhatian tertuju pada gawainya, ia kembali mendapati panggilan dari Diego. Ia memilih mengabaikannya.

“Nona Caraline, tentang perkataan Anda tadi, apakah itu serius?” tanya Jeremy saat hening mendekap.

Mengerti pertanyaan yang dimaksud, Caraline menjawab, “Kalau aku tidak serius, aku tidak akan menginjakkan kaki di gubuk kecilmu ini.”

Waktu seakan berjalan lambat bagi Caraline. Setiap jarum jam berdetak, ia merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Ini sangat keterlaluan,  padahal saat bertemu dengan Diego di beberapa kesempatan, detak jantungnya masih bisa ia kendalikan dengan normal.

Sebagai seorang wanita, Caraline tak bisa menampik bila Diego adalah sosok pria sempurna. Fisik yang rupawan, aura dan karisma yang menawan, harta dan aset yang tersebar di berbagai kawasan, menjadi daya pikat luar biasa bagi setiap perempuan.

Wanita mana yang tak takluk pada pesonanya?

“Nona Caraline,” panggil Jeremy untuk kesekian kali ketika wanita itu hanyut dalam lamunan.

Calarine serasa melompati aliran waktu. Raga dan pikirannya kembali pada kesadaran semula. 

“Orang yang Anda cari sudah ada di sini,” ujar jeremy dengan tatapan tak suka saat melihat pria yang duduk di seberang sana. “Tolong siapkan diri Anda,” lanjutnya.

Calarine sudah menanti hari ini dari beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Pria bernama Jacob Aberald itu harus segera menikahinya, meskipun pria itu sudah memiliki kekasih atau istri sekalipun. 

Baiklah, mari kita lihat bagaimana sosok Jacob Aberald yang Caraline cari selama lima tahun terakhir.

Apakah pria itu memang pantas dicari selama itu?

Apakah pria itu memang layak membuat seorang Caraline merasa tegang dan penasaran?

Apakah pria itu memang patut diperjuangkan hingga seorang Calarine harus menempuh jarak puluhan kilo meter hanya untuk mengunjungi rumahnya?

Caraline mendongak secara perlahan. Manik cokelat mudanya terus bergeser dari Jeremy, Jonathan hingga James. Kemudian saat Caraline berhenti di pria yang duduk paling ujung, seketika saja tubuhnya membeku.

Ini tidak mungkin. Dia cacat, batin Caraline.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ramdani Abdul
terima kasih, Kak
goodnovel comment avatar
angeelintang
wah pasti kaget ya jd caraline, semangat yaa kak updatenya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status