Share

3. Lagu yang mengantarmu pada seseorang

               Setelah upacara penyambutan mahasiswi baru selesai, kini senior membagi mahasiswa baru ke beberapa kelompok kecil. Izumi bergabung dengan kelompok delapan dengan sepuluh anggota di dalamnya termasuk dua orang senior sebagai pembimbing.

“Jika aku melihatmu memakai seifuku aku akan percaya kau masih sekolah menengah.”

“Wajahmu imut sekali, aku ingin punya wajah sepertimu.”

“Skincare bisa membuatmu glow up, tapi tidak bisa membuat wajahmu imut. Kau pasti sangat bersyukur memiliki wajah itu.”

“Kau benar-benar beruntung mempunyai wajah imut dan otak yang pintar.”

Teman-teman di kelompok delapan memuji Izumi secara bergantian. Ini bukan kali pertama izumi mendapat perlakukan seperti itu. Ia juga sangat paham bagaimana rasanya lebih menonjol di antara yang lain dan itu sangat mengganggunya. Semakin banyak mata yang memperhatikanmu, semakin banyak pula yang akan menyalahkanmu bahkan saat kau tidak benar-benar melakukan kesalahan. Ia tidak ingin lebih menonjol dari yang lain tapi sudah terlambat. Setidaknya semua mahasiswa baru disini mengetahui kalau Izumi adalah mahasiswi penerima beasiswa dengan nilai ujian masuk terbaik.

Disaat yang sama, kelompok Sembilan datang dan duduk tidak jauh dari kelompok delapan. Mata yang tadi menatap Izumi beralih pada seorang lelaki di kelompok itu. Ia terlalu mencolok sampai-sampai semua yang ada di sana tanpa sadar sepakat kalau pria itu adalah mahasiswa baru paling tampan tahun ini.

“Lihat mereka berdua! Aku sudah sangat senang departemen kita memiliki pria tampan seperti Kak Hasegawa, lalu Tuhan menambahkan satu pria tampan lagi.”

“Aku rasa hari-hariku di kampus akan selalu cerah jika melihat keduanya.”

“Aku harap bisa memiliki salah satu dari mereka.”

“Apa mereka benar-benar manusia biasa? Ketampanan mereka sangat tidak manusiawi.”

Izumi mengikuti pandangan mereka. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat saat mengetahui siapa yang sedang mereka bicarakan. Ia sangat berharap tidak akan bertemu dengan lelaki di ruang registrasi kemarin, tapi harapan itu pupus hari ini. Lelaki itu bahkan ada di departemen yang sama dengannya. Izumi memalingkan wajah sambil menutupinya dengan jaket almamater. Ia tidak ingin terlibat dalam hal apapun dengan lelaki itu meskipun hanya sekedar basa-basi. Bahkan Izumi tidak ingin lelaki itu menyadari keberadaan Izumi.

                “Kau masih berani menunjukan wajah itu padaku?” Kenichi merendahkan nada suaranya. Meski demikian Minoru dapat mendengar ucapan tak bersahabat temannya itu.

“Aku kesini ingin mengikuti sesi orientasi. Aku tidak menyangka akan bertemu senior yang tidak ramah sepertimu.” Ishida menyahutinya dengan acuh tak acuh. Minoru sudah menduga akan seperti ini jika Kenichi satu kelompok dengan Ishida. Ia baru saja ingin meminta ganti kelompok tetapi Kenichi menghentikannya.

“Tidak perlu. Setidaknya disini aku bisa mengawasi tingkah berandal itu.” Kata Kenichi masih dengan nada sinis.

                Hari sudah mulai gelap. Para senior dan junior departemen Ekonomi melingkar di aula belakang kampus. Mereka duduk berkelompok. Di tengahnya seorang pemandu acara berdiri dengan microfon di tangannya.           

Kita sampai di sesi terakhir hari ini. Untuk menyegarkan suasana aku ingin dua atau tiga kelompok mengirimkan perwakilan untuk unjuk bakat. Karena waktu yang terbatas, sisa kelompok yang lain akan menampilkan kebolehannya di hari berikutnya. Kalian boleh mendiskusikan dengan anggota kelompok masing-masing, kami akan memilih secara acak kelompok yang akan tampil hari ini.” Suasana seketika menjadi hening. Kemudian masing-masing kelompok mulai berdiskusi.

Izumi segera menatap teman-teman satu kelompoknya. Mereka saling bertatapan tanpa ada satupun yang memiliki saran.

“Baiklah. Apakah disini ada yang ingin secara sukarela melakukan unjuk bakat?” Tanya salah satu senior di kelompok delapan. Semuanya terdiam sambil menggeleng pelan.

“Aku tidak bisa bernyanyi atau menari. Jadi aku percayakan pada satu dari kalian.”kata Miyu Maeda. Gadis dengan rambut pirang pendek seleher itu sama sekali tidak memberi solusi.

“Aku tahu masing-masing dari kita enggan untuk maju ke depan. Bagaimana kalau kita melakukan Jankenpon? Bukankah itu lebih adil?” Saran Kana Kobayashi sepertinya di setujui oleh semua anggota kelompok.

Kini semua mata di kelompok delapan tertuju pada Izumi setelah Izumi kalah jankenpon. Raut wajah Izumi mulai terlihat panik.

“Kau akan melakukan apa? Dengan sikapmu yang pendiam itu aku tidak yakin kau akan menari. Bagaimana kalau menyanyi saja? Aku yakin anak-anak lain akan memaklumimu kalau-kalau suaramu kurang bagus. Setidaknya kau cantik.” Ucapan Miyu membuat Kana menepuk pahanya dengan Keras. Miyu mengaduh tapi tak seorangpun menghiraukannya.

“Kalau kau akan menyanyi, kami akan membantumu bernyanyi dari sini. Kau mau nyanyi lagu apa?”

“Marigold - Aimyon.”

Izumi memaksakan diri untuk tersenyum. Ia senang Kana Kobayashi satu kelompok dengannya. Setidaknya wanita itu bisa mengendalikan situasi di dalam kelompoknya, tapi kenapa harus dirinya yang terpilih untuk unjuk bakat? Izumi mencoba memikirkan sesuatu yang lain selain menyanyi tapi ia tak menemukan apapun. Baiklah. Hanya sekali ini saja.

“Untuk kelompok pertama yang berkesempatan untuk unjuk bakat adalah… kelompok delapan!”

Izumi menghirup nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Suara tepuk tangan sudah terdengar riuh. Ia berdiri diiringi puluhan pasang mata yang menatapnya. Izumi meminjam gitar milik salah satu senior dan mulai duduk di tengah. Ia mengatur nadanya, setelah terdengar pas ia mulai bernyanyi sambil bermain gitar.

 “Mugiwara no boshi no kimi ga

Yureta marigorudo ni niteru

Are wa sora ga mada aoi natsu no koto

Natsukashii to waraeta ano hi no koi..”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status