Share

5. Minuman Buah Plum

               Kenichi tampak tidak bersemangat mengikuti acara orientasi. Selain karena Ishida ada di kelompok yang sama dengannya, Kenichi juga tidak menyukai kegiatan kampus seperti ini.

“Kenichi-senpai, jika aku kesusahan di mata kuliah tertentu bolehkan aku minta bantuanmu?”

“Bantu aku juga dong, aku akan semakin bersemangat jika Kenichi senpai yang membantuku.”

Minoru menyadari mood Kenichi yang sedang tidak bagus, sebelum moodnya semakin buruk Minoru sudah pasang badan terhadap kalimat-kalimat membosankan itu. Siapa yang tidak bosan mendengar gadis-gadis ini terus-terusan memuji Kenichi sepanjang waktu?

“Adik-adikku yang manis, kalian bisa bertanya padaku jika kesusahan. Kenichi kita yang keren ini sedang fokus untuk perlombaan di pekan olahraga kampus nanti jadi tidak punya waktu untuk menanggapi kalian.”

Setelah berkata demikian Minoru semakin mendapat serangan pertanyaan lain yang tidak ada habisnya. Ia menyesal berteman dengan lelaki tampan, ia selalu jadi pihak yang paling melelahkan akibat dari ketampanan Kenichi.

Mata Kenichi mengikuti Ishida yang tiba-tiba bergegas meninggalkan kelompok. Lelaki itu menuju taman belakang kampus, dekat ruang para senior.

                Saat tengah istirahat Izumi memutuskan untuk mencari udara segar. ia menuju taman belakang kampus yang tidak begitu jauh dari tempatnya semula. Izumi bersandar didekat kolam ikan. Suara gemericik air membuat fikirannya kembali jernih. Ia memejamkan matanya sambil menghirup nafas dalam-dalam mengisi paru-parunya dengan oksigen. Ia menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Kini udara segar benar-benar mengalir ke dalam tubuhnya.

“Kau gadis yang diruang registrasi itu, kan?” Kalimat itu membuat tubuh Izumi tersentak kaget. Ia menoleh dan mendapati lelaki itu sudah di sampingnya. Wajah itu benar-benar membuat ingatannya otomatis memutar kejadian menyakitkan itu.

“Iya. Maaf karena sudah menabrakmu.” Izumi membungkukkan badannya. Otaknya mencari alasan agar ia bisa segera kabur dari sini tapi ia tidak bisa menemukan alasan yang tepat.

“Tidak apa-apa. Aku sedang mencari udara segar lalu tidak sengaja melihatmu disini. Didalam sana terasa panas” Lelaki itu terlihat merogoh sesuatu dari sakunya.

“Aku juga berfikir demikian.” Izumi melemparkan pandangannya ke depan menatap Gedung olahraga disebrang hamparan rumput.

“Minum ini. Tubuhmu akan terasa sedikit lebih segar.” Izumi akhirnya mengetahui apa yang hendak laki-laki itu raih di sakunya, ia kemudian mengambilnya dari genggaman tangan yang putih itu.

“Terima Kasih.” Lelaki itu juga minum minuman yang sama, Izumi kemudian membuka tutup kaleng itu dan mulai meneguknya.

“Penulis favoritku suka minum ini, dia bilang tubuhnya menjadi lebih segar setelah meminumnya. Aku tidak tahu aku tersugesti atau tidak, tapi aku juga merasakan hal yang sama.” Izumi menarik satu sudut bibirnya, ia segera menatap minuman kaleng rasa buah Plum itu. Astaga! Karena terlalu sibuk dengan fikirannya, Izumi bahkan baru menyadari kalau minuman itu rasa buah Plum. BUAH PLUM. Bagaimana ia bisa tidak menyadarinya?

“Aletheia?” Izumi mengucapkannya dengan seketika, Mata bulat yang tadi menatap Ishida ketakutan berubah menjadi berbinar-binar. Di tatap secara lekat-lekat seperti itu membuat Ishida agak canggung. Ia baru menyadari gadis itu punya mata yang bagus setelah sebelumnya mata itu menatapnya dengan rasa takut. Ia memang sudah menyukai gadis didepannya sejak lama, tapi tidak dalam artian suka yang membuat jantungnya berdebar-debar.

“Benar! Bagaimana kau tahu?” Ia harap ucapan Ishida itu benar-benar membuat kesan kalau ia terkejut. Ia sudah tahu Izumi menyukai penulis itu sejak lama.

“Aku punya beberapa novelnya.” Izumi mengalihkan pandangannya ke arah kolam. Meski demikian, Ishida bisa melihat kalau gadis itu tersenyum. Melihat reaksi itu, sepertinya acting Ishida cukup bagus.

                Kenichi menatap Ishida yang sedang bercengkrama dengan seorang gadis. Meskipun hubungan Kenichi dan Ishida tidak baik, ia tahu betul kalau Ishida bukan tipe lelaki yang akan menegur seseorang secara cuma-cuma. Lalu, siapa gadis itu?

***

                Izumi duduk di meja belajar yang sudah ia rapikan.  Masa orientasi di kampusnya sudah selesai. Hari ini adalah hari pertama ia mulai belajar di kampus impiannya itu. Sejauh yang sudah ia lalui, sepertinya semuanya berjalan dengan baik. Ia punya pekerjaan Part Time dan sudah mengenal beberapa orang di departemennya. Oh ya, ia bahkan bertemu dengan orang yang juga menyukai Aletheia. Ia sedikit merasa bersalah pada lelaki di ruang registrasi itu. Ia tidak akan mempunyai fikiran buruk jika ia tahu kalau lelaki itu cukup baik ditambah ia juga menyukai Aletheia. Sepertinya Izumi terlalu waspada terhadap banyak hal sehingga membuatnya lebih sering berfikiran buruk terhadap sesuatu yang ia belum mengerti sepenuhnya. Meski demikian baginya ini adalah permulaan yang cukup baik. Ia melirik foto dirinya dan foto ibunya yang ia pajang di atas meja. Sosok terkuat yang menjadi alasan ia agar kembali bangkit. Bahkan sebelumnya tidak pernah terlintas di benak Izumi kalau ia mampu berusaha sekeras ini. Ia meraih bingkai itu lalu memeluknya. Dadanya masih terasa sesak tiap kali menyadari Ibunya sudah tidak ada lagi di sisinya. Rasanya seperti separuh jiwanya mati dan separuh jiwanya lagi hidup tapi sudah sedemikian rapuh. Dan sekarang Izumi sangat mengandalkan hidupnya dengan setengah jiwanya yang rapuh itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status