Share

Bab 3. Emoticon yang salah

Usai bel sekolah aku buru-buru membereskan bukuku, mungkin aku akan pulang diam diam tanpa menemui Alex, semoga dia belum keluar kelas, namun baru saja kakiku melewati pintu kelas aku merasakan sebuah tangan melingkari bahuku

"Kita pulang sekarang?," sahutnya.

Aku melihatnya sepintas dari ekor mataku. "Bisa tolong kau kondisikan tangamu?," ucapku tidak menghiraukan pertanyaanya, dan untunglah dia menuruti ucapanku dan kami pun berjalan bersisian.

"Aku akan mengantarmu pulang, mobilku diparkir disana, ayo." Dia menunjuk ke arah dimana mobilnya terparkir.

"Maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa, aku tidak biasa pergi dengan orang asing, sekali lagi aku minta maaf, lagipula pamanku pasti menjemputku"

"Oh.. kau tidak tau saja, bahkan di alam semesta ini aku adalah orang yang paling dekat denganmu," gumamnya perlahan namun aku masih bisa mendengarnya serta melihat wajahnya yang berubah murung.

"Maaf? Kau barusan bilang apa?," tanyaku ingin memastikan.

"Ah.. tidak, bukan apa-apa, baiklah mungkin lain kali aku bisa mengantarmu pulang, benarkan?"

"Baiklah, tapi aku ga bisa janji"

Akhirnya kami berpisah di depan gerbang sekolah, namun hingga Paman Taylor menjemputku, Alex tidak beranjak dari tempatnya bahkan sampai mobil paman berjalan keluar gerbang sekolah, dia terus mengawasi kami, atau mungkin itu hanya perasaanku saja, entahlah.

"Apa harimu menyenangkan?" Paman Taylor membuka percakapan.

"Sepertinya begitu"

Kuurungkan niatku untuk menceritakan tentang Alex dan segala keanehanya.

"Baguslah, apa kau sudah mempunyai teman?"

"Ada beberapa, tapi kami kan baru kenal, ini hari pertamaku sekolah kalau kau lupa?" Aku terkekeh kecil dan paman hanya menanggapinya dengan senyum.

"Disana ada temanku juga yang bekerja sebagai guru, mungkin nanti kau akan berkenalan dengannya" paman masih saja mengajaku ngobrol.

"Iya, kita lihat saja nanti"

"Baiklah sayang, kita sudah sampai, kau turunlah, aku harus kembali ke kantor, mungkin akan pulang larut malam, kau baik-baik di rumah ya"

"Ok paman, jangan khawatir"

Dan aku pun masuk kedalam rumah sendirian, kamarlah tujuan langkahku, aku ingin membersihkan tubuhku lebih dulu baru kemudian memesan makanan secara online.

Selesai mandi aku merebahkan tubuhku di kasur, dan menunggu pihak restauran mengantarkan pesananku, dan aku kembali mengingat perasaan aneh saat bertemu Alex tadi, dan juga sentuhan yang mengandung kejutan listrik itu.

Saat sedang melamun tiba tiba ponselku berdering, dengan menunjukan nomor lokal. Aku menimbang sesaat untuk menerima panggilan itu atau tidak, karena nomornya tidak tercantum di kontak listku. Rasa penasaran membuatku menerima panggilan dari nomor tak di kenal tersebut.

"Hallo"

["Hai Vanessa maaf mengganggu, aku Susan, aku dapat nomormu dari Rose, apa aku mengganggu?"]

"Ohh, hai Susan, tidak... tidak sama sekali, senang berkenalan denganmu," jawabku walau dengan kening berkerut. 'aneh' gumamku dalam hati.

["Ah syukurlah kalau begitu, aku menelpon karena ingin mengajakmu jalan jalan ke mall malam ini, kita akan makan malam dan nonton film, kebetulan ada film baru launching, apa kamu tertarik?"]

"Entahlah Susan, aku ehm... sepertinya aku ingin beristirahat di rumah"

["Oh ayolah Vanessa, anggap saja ini sambutan selamat datang dari kami"]

"Kami?"

["Iya, aku, Alex, dan Liam"]

Aku berpikir sesaat, entah kenapa dadaku berdesir saat mendengar nama Alex. "Baiklah, jam berapa ketemuanya? Kau bisa share lokasinya, nanti aku akan pergi kesana"

Entah kenapa aku jadi menerima ajakan Susan. Aku meyakinkan diriku hal ini bukan karena ada Alex disana, kupastikan bukan karena hal itu. Ini hanya karena aku merasa bosan di rumah terus beberapa hari ini, dan juga tidak ada salahnya kan mencoba memiliki teman hangout bareng? iya, pasti karena itu, tentu saja.

["Tidak... tidak, kami akan menjemputmu, kamu tunggu saja di rumah, ok?"]

Kembali terderangar suara Susan di seberang sana.

"Oh begitu ya, baiklah"

["Bagus, kau bersiaplah, dua jam lagi kami menjemputmu"]

Setelah aku mengakhiri panggilan telponku berbunyi lagi, kali ini ada pesan singkat.

Rose: ["Hai Vaness, tadi di sekolah Susan meminta nomormu, maaf aku memberikanya tanpa ijinmu, karena dia bilang ada hal penting yang ingin dia bicarakan denganmu, kuharap kamu tidak keberatan"]

Me: "Tidak apa apa Rose, baru saja Susan menelponku, baiklah aku harus bersiap siap, sampai ketemu di sekolah besok ya"

Setelahnya kembali hpku berbunyi, kali ini pesan masuk dari nomor tak dikenal.

 +1*******: ["Hai Vanessa, aku Alex, boleh minta share lokasimu? Aku dalam perjalanan untuk menjemputmu"]

Dari Alex ternyata, jantungku berdegup kencang hanya dengan membaca pesan darinya, dan aku share lokasi tempatku berada tanpa memberikan ucapan apapun, aku merasa gugup walaupun itu hanya berhadapan dengan pesan di hpku darinya.

Akupun teringat akan pesanan makananku, kemudian aku menelpon kurir yang sedang dalam perjalanan mengantarkan makanan ke rumahku, aku memintanya untuk menyimpan pesananku itu di depan pintu, tanpa menungguku. Untunglah aku sudah membayarnya via transfer, aku hanya tinggal menyiapkan uang tips di depan pintu saja sebelum pergi.

Aku berjalan mondar mandir di kamarku, untuk sesaat aku ragu akan keputusanku menerima ajakan Susan.

“Apa aku batalkan saja ya?,” tanyaku dalam hati, lalu aku mengambil ponselku untuk mengirim pesan singkat ke Alex, memintanya untuk putar balik saja, tapi yang terjadi adalah aku mengirim pesan singkat kepada Paman Taylor untuk mengabarkan bahwa aku pergi keluar bersama teman-teman baruku, dan mungkin akan kembali malam hari nanti.

Aku menghela napas panjang, ini aneh sekali, baru pertama kali ini otak dan hatiku tidak seiring sejalan, atau mungkin ini karena aku masih dalam suasana berduka? bisa jadi ini adalah efek dari hatiku yang sedang bersedih karena mendapat duka kehilangan papaku secara mendadak.

Akhirnya aku memutuskan untuk bersiap siap, membuka lemari bajuku dan memilih baju yang akan kupakai, beberapa kali aku mencoba coba beberapa baju, sebelum memutuskan memakai baju yang mana.

Ah... kenapa serepot ini? bukankah ini hanya jalan-jalan biasa saja? sama seperti hal yang biasa aku lakukan bersama teman temanku di Indonesia sana.

Sebelum duduk di meja rias aku kembali mengecek ponselku, namun tak kutemukan pesan ataupun telpon dari Alex, kemudian aku memberanikan diri mengiriminya pesan singkat untuk menanyakan apakah dia sudah dekat atau masih jauh, serta memintanya untuk berhati hati dalam berkendara, tanpa sengaja aku menekan tombol emoticon love bersamaan dengan menekan tombol send. Saat menyadarinya aku panik dan dengan tergesa gesa mencoba menekan tombol unsend, namun terlambat, disana tertera tanda bahwa pesanku sudah dibaca oleh penerima.

"Aarrrgghhh" Aku melempar ponsel ke atas kasur dan menutup wajah dengan kedua tanganku, aku malu sekali, maluuu. Apa yang dipikirkan Alex nanti tentangku?

Ponselku kembali berbunyi, dan aku sangat yakin itu pasti balasan pesan dari Alex. Aku tak mau membuka pesanya, aku sangat malu, lebih baik aku mulai bersiap siap saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status