Share

Bab 6. Cemburu?

Aku berjalan terburu buru keluar kelas menuju kantin, sebelum Alex kembali mengekoriku, aku mengambil jalan memutar, meski harus melewati ruang guru, bukan apa apa, aku hanya risih dengan tatapan siswa lain akan kedekatanku dengan Alex, walaupun Alex sendiri bukanlah termasuk the most wanted boy di sekolah, atau mungkin akunya saja yang belum terbiasa, dan masih ada ganjalan di hatiku tentang telpon yang diterimanya saat kami makan malam.

Saat sedang melintas depan ruang guru tepatnya depan ruang Miss Martha tiba tiba sang pemilik ruangan keluar dan menyapaku.

"Vanessa? Kamu Vanessa kan? Keponakanya Taylor?"

"Iya miss? Ada yang bisa saya bantu?"

"Ahh bukan apa apa, bagaimana kabar pamanmu?"

"Ohh paman, dia baik"

Aku teringat Paman Taylor pernah bercerita bahwa dia punya teman yang mengajar di sekolahku. Aku langsung memberikan senyum manisku padanya.

"Ohh begitu, apa kamu mau ke kantin?"

"Iya miss, saya mau makan siang di kantin"

"Bagaimana kalau makan siang di ruangan saya? Kebetulan saya membawa bekal banyak hari ini, saya masak sendiri loh"

Melihat keramahanya terhadapku, aku berpikir kalau paman dan Miss Martha memiliki hubungan khusus lebih dari sekedar teman.

"Tidak usah repot Miss, biar saya makan di kantin saja," tolakku sambil tetap tersenyum.

"Jangan malu malu, ayo sini, kita bisa makan sambil ngobrol, kebetulan ada hal penting yang ingin saya bicarakan"

Aku bimbang antara menerima atau menolak, kalau menerima jujur aku masih sungkan, kalau menolak aku ga enak juga.

"Sudah jangan kelamaan mikir, ayo masuk, kita makan siang bareng"

Mau tak mau aku akhirnya menerima ajakan Miss Martha, karena dia sudah menarik tanganku untuk masuk ke ruanganya.

Aku menelan air liurku melihat bekal yang di bawa Miss Martha, dan aroma yang menguar dari sana.

Di dalam kotak bekal itu ada ayam panggang dengan salad kubis dan juga mashed potato serta ada saos barbequenya juga, benar benar bikin laper.

"Semoga kamu menyukainya, ayo cicipi" Miss Martha menyodorkan satu set bekal makananya itu kepadaku dan dia membuka satu set lagi untuk dirinya sendiri.

Akhirnya kami pun makan bersama sambil mengobrol, ternyata Miss Martha itu orangnya menyenangkan, berbanding terbalik dengan apa yang aku dengar dari para siswa.

Miss Martha bercerita bahwa dia adalah single parent, dia memiliki seorang anak perempuan yang usianya sama denganku.

Aku jadi berpikir mungkin Miss Martha mengajaku makan siang bersama karena dia merindukan putrinya, akupun merasa malu dan bersalah telah berpikir yang tidak tidak tentang Miss Martha dan paman Taylor, terlebih saat Miss Martha mengatakan bahwa paman Taylor adalah sahabat baiknya.

“Jadi.. mereka hanya bersahabat',” ucapku dalam hati, tapi sejujurnya aku tak keberatan jika mereka memiliki hubungan lebih dari sahabat, karena menurutku Miss Martha orangnya menyenangkan.

Setelah selesai makan siang aku pun pamit pada Miss Martha karena bel masuk pelajaran sudah berbunyi, aku tergesa menuju kelasku berikutnya.

sesampainya di kelas aku baru menyadari bahwa aku lupa menanyakan hal penting apa yang tadi hendak di bicarakan Miss Martha, mengapa tadi kita hanya ngobrol ngalor ngidul ya?.

Aku memilih kursi yang paling pojok sebelah kanan, satu deretan dengan meja guru, dan Alex memilih duduk di samping kursi yang kupilih.

Tunggu sebentar.... Alex? sedang apa dia di kelas Mr Moris? bukankah dia tidak tidak mengambil mata pelajaran Mr Moris?

"Alex, sedang apa kau disini?" bisiku sambil mencondongkan tubuhku lebih dekat ke arahnya.

"Mengikuti pelajaran Mr Moris pastinya" jawabnya ikutan berbisik.

"Seingatku kau tidak mengambil kelas Mr Moris?"

"Aww.. aku tersentuh kau memperhatikan aku sejauh itu sweety" Alex memegang dadanya dan memasang wajah terkesima.

Aku langsung melengos mendengar kalimat yang Alex lontarkan, dan apa katanya? sweety? itu menggelikan.

"Alex, jangan konyol, keluarlah sebelum Mr Moris datang dan mengusirmu" kembali aku berbisik.

"Aku tidak akan keluar, aku harus menjagamu sesuai janjiku pada pamanmu, dan lagi aku tidak mau kecolongan seperti tadi, kau kemana selama jam istirahat? aku tidak melihatmu di kantin tadi"

"Aku makan siang bersama Miss Martha, di ruanganya"

"Ohh... lain kali kau harus menginformasikan kepadaku"

"Kenapa aku harus melakukan itu?" ucapku sedikit berteriak, dan hal tersebut membuat seisi ruangan menolehkan pandangan mereka kepadaku, aku langsung terdiam dan menunduk, untung saja Mr Moris belum datang, kalau tidak aku pasti sudah mendapat hukuman karena menggangu ketertiban kelas.

Parahnya Alex hanya tersenyum senyum sambil tak lepas menatapku, dan itu membuatku jengah.

Tak berapa lama seorang pria paruh baya masuk ke ruangan kelas, dan menginformasikan bahwa Mr Moris tiba tiba berhalangan mengajar untuk hari ini, beliau hanya memberikan kami tugas untuk di kerjakan, aku melirik ke arah Alex yang juga sedang meliriku dan tersenyum sambil menaikan sebelah alisnya.

Sial, ternyata Alex sudah lebih dulu mengetahui info tentang Mr Moris yang berhalangan mengajar, tidak heran dia berani masuk kelas sini.

"Mengapa aku merasa kau seperti sedang menghindariku?" Alex mendekatkan wajahnya.

Aku kembali menoleh ke arah Alex "apa maksudmu?"

"Kau tau apa maksudku, kau hanya tinggal menjawab pertanyaanku saja"

"Aku tidak menghindarimu, dan aku benar benar tidak mengerti maksudmu"

"Baiklah, kalau memang kau tidak menghindariku, berarti pulang sekolah nanti kita pulang bareng, aku akan mengantarmu sweety"

Aku memutar kedua bola mataku, pertanyaan jebakan yang bagus, patut diacungi jempol. Tapi disaat yang bersamaan aku juga merasa heran, mengapa aku menghindarinya? memangnya ada masalah apa? mengapa juga aku tetap merasa tidak nyaman saat mengingat kejadian makan malam kami, lebih tepatnya saat dia menerima telpon dari perempuan lain tepat di depan mataku dan setelahnya dia tidak menjelaskan apa-apa padaku.

"Dengar Alex, berhentilah memanggilku sweety, dan soal pulang bersama, bukankah hari ini kita berencana mengerjakan tugas dari Miss Martha di rumahku? tentu saja kita akan pulang bersama, tapi bukan berdua,melainkan bersama Liam dan Susan juga"

"Memangnya kenapa kalau aku memanggilmu sweety? atau kau ingin aku memanggilmu dengan sebutan lain? honey misalnya?"

"Ayolah Alex, aku sedang tidak mood bercanda, banyak hal yang harus kupikirkan daripada mendengarkan gombalan recehmu itu! Dan lagi apa kau tidak takut nanti ‘pacarmu’ marah mendengar kau memanggilku seperti itu?" Ucapku perlahan namun penuh penekanan saat mengucapkan kata pacar.

"Pacar?" Alex mengernyitkan dahinya.

Aku kembali merotasi bola mataku "Tentu saja pacarmu, dia menelponmu saat kita makan malam kemarin?"

Ups, aku terkejut sendiri dengan apa yang telah kukatakan, sumpah aku malu sekali, mungkin saat ini wajahku sudah semerah tomat.

Mengapa aku bisa keceplosan seperti itu? Aku malu sekali, apalagi saat melihat Alex yang tersenyum sambil menatapku intens, sungguh itu menyebalkan.

“Jadi kau cemburu?” Alex tertawa renyah dan matanya berbinar bahagia.

“Aku tidak cemburu! Dan aku tidak peduli!” tiba-tiba aku merasa udara disekitarku terasa panas.

"Dengar sweety, Andrea bukan pacarku, dan .. dia menelponku kemaren karena ada hal yang hendak dia tanyakan yang mungkin itu penting baginya tapi tidak untukku" Alex kembali berucap dan kali ini nadanya terdengar begitu lembut.

“Itu urusanmu, aku tidak peduli”

Aku melengos, karena tak ingin dia melihat wajahku yang senang mendengar penjelasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status