Share

The Last Leaf
The Last Leaf
Penulis: Izzura_Rey

She is

"Dokter, apakah anda benar-benar akan meninggalkan rumah sakit ini ?" Ucap Merita dengan rasa sedih yang tersirat di wajahnya, suster itu sudah sepuluh tahun bekerja dengan dokter Mike, baginya dokter Mike adalah atasan yang sangat baik, bahkan ia sudah menganggap dokter Mike sebagai ayahnya di rumah sakit tua itu. Jadi, tak heran jika Merita mendapatkan kesedihan yang mendalam saat mendengar kabar mengenai kepindahan dokter Mike dari rumah sakit yang selama ini telah dianggapnya sebagai rumah keduanya.

Dokter Mike mengangguk dengan seulas senyum yang merekah di bibirnya, senyuman yang menghangatkan yang akan sangat dirindukan Merita di kala masa penatnya.

"Mengenai Ariana, pasien kita satu itu keadaannya sudah membaik"

Merita tersenyum "itu semua berkat kerja keras dan bantuan anda, dok. Ariana adalah pasien pertama yang harus saya tangani. Saya ingat sepuluh tahun lalu, ketika gadis itu dimasukkan ke rumah sakit ini bersamaan dengan hari pertama saya kerja, keadaannya sangatlah buruk, kata-kata yang keluar dari mulutnya hanyalah tentang kematian, setiap waktu ia berusaha untuk mengerat nadi di pergelangan tangannya, dan dia akan berteriak histeris setiap kali mendengar seseorang berbicara. Saat itu, saya benar-benar takut, saya merasa tidak mampu menjadi suster di rumah sakit ini, namun anda benar-benar dokter yang hebat, anda dapat mengatasi dia dengan ketenangan, dan dengan ketenangan itu juga anda dapat menghilangkan rasa takut pada diri saya. Saya.. saya tidak ingin anda pergi, dok" air mata mengalir deras di pipi Merita, hari pertama ia kerja di rumah sakit itu adalah hari bersejarah dalam hidupnya, hari yang tidak akan ia lupakan seumur hidup. Mengingat hari itu, membuat kesedihan Merita akan kepindahan dokter Mike semakin menjadi, tangisannya semakin keras, diiringi dengan sedu sedan yang tak juga mengecil.

"Anda harus terus merawat Ariana, suster. Gadis itu hampir mendekati kesembuhannya. Saya yakin, anda tidak akan menyia-nyiakan kerja keras kita selama sepuluh tahun ini. Anda pasti bisa meski tanpa saya"

"Tapi, dok... Ariana tetaplah menjadi pasien yang sulit ditangani"

"Bukankah anda dan dia sudah bertatap muka sepuluh tahun lamanya ? Pastilah ia bisa mengenal anda beserta kebaikan yang telah anda berikan padanya. Jadi, jangan terlalu khawatir, gadis itu pastilah mampu menerima keberadaan anda meski saya tidak di samping kalian. Perawatan itu pastilah akan mudah, suster"

Merita mengamati wajah dokter Mike dengan seksama, wajah yang selalu tenang dan menenangkan, ia selalu percaya pada perkataan dokter di hadapannya itu, namun apa yang dikatakannya saat ini rasanya tak mampu untuk Merita yakini. Masih ada keraguan dalam keberhasilannya merawat Ariana, ia masih membutuhkan dokter Mike disini untuk berjuang bersama-sama.

"Dokter, apa anda tidak ingin menjadi orang pertama yang melihat kesembuhan Ariana ?"

Dokter Mike tersenyum, ia mengerti maksud dari ucapan Merita.

"Tentu saja saya ingin, suster. Namun, saya juga tidak dapat menolak kepindahan ini. Ini semua di luar nalar kita"

Merita hanya terdiam, ia tak dapat berkata-kata lagi, ia paham betul bahwa dokter Mike akan tetap pergi meski ia membujuk ataupun menyangkut pautkan Ariana ke dalamnya.

"Suster, saya mempunyai satu permintaan"

Merita menatap dokter Mike dengan penasaran "apa itu dokter ?" 

"Rekamlah setiap aktivitas Ariana, dan tolong kirimkan rekaman itu pada saya. Saya ingin mengamatinya, dan semoga saja saya bisa membantu anda melalui pengamatan itu"

Merita bernafas lega mengetahui dokter Mike akan tetap membantunya meski tak bekerja lagi disini. Wanita itu tahu bahwa dokter Mike yang ia kenal tidak akan tega meninggalkannya dalam ketakutan, ia tahu bahwa dokter itu akan membantunya, namun ia tak menyangka bahwa dokter itu akan membantunya dengan cara yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

"Saya akan sering bertemu dengan anda" dokter Mike menepuk bahu Merita dengan bersahabat, lalu sambil menarik koper, ia pergi meninggalkan ruangan yang telah lama ia tempati sebagai kepala dokter di sana.

"Dokter, terima kasih dan berhati-hatilah di luar sana"

Merita tersenyum sopan pada dokter Mike, begitu pula lelaki separuh baya itu membalas senyum dari partner mudanya.

*****

Sebuah mobil Ferarri merah melaju cepat di jalan bebas macet, mobil itu dengan lihai menyelip mobil-mobil besar yang menghalangi jalannya. Rentetan klakson pun berbunyi dengan nyaring, seketika jalan itu menjadi ramai. Pengendara mobil ferarri itu tersenyum nakal, kaca mata yang menggantung di tulang hidungnya memberikan kesan gagah pada sang pemakai.

"Yuhuuuuuuuu !!" Teriak orang itu dengan bersemangat dari dalam mobil, ia memukul setir dengan keras untuk kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Sepertinya gue emang pembalap yang handal, lihat ini Edward Stullen, gue Antonio Clarison bakal ninggalin lo jauh di belakang hahahaha" kakinya menginjak gas dengan kuat, dan mobil itu berjalan dengan kecepatan maksimum. Beberapa pengendara mobil yang berkendara di jalan itu berteriak, memakinya dengan sebutan sinting. Namun, semakin keras makian itu, Antonio semakin merasa senang dan bangga pada dirinya sendiri. Kesenangan itu telah mengaburkan konsentarasi pandangannya, saat mobil yang ia kendarai melaju sangat cepat, tiba-tiba seorang gadis yang mengenakan baju tidur dengan rambut berantakan muncul di hadapannya, ia tidak mampu menghindari gadis itu hingga ia pun harus mengerem mobilnya secara mendadak dan membanting stirnya hingga menabrak pembantas jalan yang terbuat dari beton. Kepalanya membentur stir dengan keras, ada darah mengalir dari keningnya. Darah itu ia sentuh, warna merah pekat yang ia sukai, Antonio cekikikan melihat darah itu, namun selang 5 detik kemudian, ia menjadi sangat emosi, ia memukul stir dengan sangat keras "ANJRIT !" Ia membuka pintu mobil lalu mengeluarkan diri, ia banting kasar pintu mobil itu, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling mobil, ada asap mengepul di bagian depan, akibat benturan body mobil dengan pembatas jalan, saat ia menghindari tabrakan dengan gadis yang muncul tiba-tiba seperti hantu itu.

"Cewek sinting mana sih yang berkeliaran di jalan ini ?!" Antonio menggeram, wajahnya yang putih memerah karena emosinya yang serasa akan meledak. Sambil memegang keningnya yang berdarah,Antonio mencari-cari gadis yang membawa kecelakaan itu padanya.

Tubuh mungil dengan kulit putih pucat, bibir peach, dan bulu mata beserta alis yang hitam lebat, Antonio merasa bahwa ia mengenal gadis yang telah tergeletak di hadapannya kini. Dengan pelan ia mendekati gadis itu, wajahnya menjadi pucat pasi, ada ketakutan dan kekhawatiran di dalamnya.

"A..a..ari.." Nama itu tak mampu ia ucapkan dengan benar, kegugupan yang menderanya benar-benar membuat Antonio merasa payah, namun lelaki itu tak ingin tenggelam dalam kepayahannya, ia segera berlari ke gadis itu lalu memeluk tubuhnya, tangisan pun pecah, bibir dan tangannya bergetar hebat, ada kerinduan terpendam yang berhasil ia tumpahkan bersamaan dengan penyesalan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status