Share

Bab 1. Minimarket

"Selamat pagi. Selamat datang di minimarket kami. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Monika pada dua orang yang mendekat ke arahnya. Mereka tampak aneh, tidak seperti pembeli lain pada umumnya.

Kedua pria berpakaian serba hitam itu saling pandang, kemudian mengangguk satu sama lain. Mereka memiliki rencana lain untuk membawa gadis ini pergi. Salah satu dari mereka melepas kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di atas hidung.

"Nona Monika Alexandra?" tanya pria itu.

"Ya?" Monika menatap rekan kerja di sampingnya. Dia takut dua pria ini berniat jahat padanya. Tampilan mereka menunjukkan mereka bukan warga sipil, mungkin pihak keamanan, bodyguard, atau semacamnya.

"Maaf, ada yang bisa kami bantu?" Rekan kerja Monika ikut bersuara, mempertanyakan maksud kedatangan dua pria misterius ini.

"Nona, bisa ikut dengan kami sebentar?" Pria itu kembali menatap Monika, mengabaikan pria yang berusaha memecah konsentrasinya barusan.

Monika menelan salivanya dengan paksa. Dua pria ini mengingatkannya pada pengawal khusus yang sering dia lihat dalam film, mengawal tuan besar keluarga konglomerat atau semacamnya. Tapi, kenapa mereka mencarinya?

"Maaf, saya sedang bekerja. Jika ada yang ingin Anda sampaikan, katakan saja di sini." Monika memberanikan diri menghadapi mereka. Dia tidak ingin membahayakan dirinya sendiri.

"Anda mengenal Jonathan Wu?" Pria itu menunjukkan foto seorang pria yang sangat Monika kenal. Itu ayah kandungnya. Pria keturunan tionghoa itu mengabaikan ibunya demi menikah dengan wanita lain.

Monika tak langsung menjawab, meraba kemana arah pembicaraan mereka. "Maaf, mungkin Anda salah mengenali orang. Saya tidak memiliki urusan dengannya lagi."

"Apa Anda mengenalnya?" ulang pria itu lagi. "Dia membutuhkan bantuan Anda sekarang."

Beberapa detik berlalu, Monika masih bungkam tapi memikirkan keselamatan pria itu.

"Apa ada masalah?"

Pria berpakaian hitam itu mengangguk, pura-pura bertanya. "Tuan meminta saya menjemput Anda sekarang juga. Apa hubungan Anda dengan tuan Jonathan?"

"Itu ayah saya." Mau tak mau, Monika akhirnya mengakui pria itu sebagai ayahnya. Entah kenapa hatinya tidak tenang, takut sesuatu yang buruk terjadi pada pria itu.

"Kalau begitu silakan ikut kami. Kami akan mengantar Anda menemui ayah Anda."

Monika menggeleng tegas. "Tunggu!" Suaranya sedikit meninggi. "Katakan padaku, apa masalahnya!"

Monika menatap sekeliling. Dirinya sudah menjadi pusat perhatian di sini. Beberapa pengunjung minimarket mulai memperhatikannya. Tidak baik jika obrolan ini didengar banyak orang.

Monika mendekat ke arah rekan kerjanya dan membisikkan sesuatu, meminta pria ini menghandle meja kasir selama dia pergi.

Wanita dengan seragam warna biru itu melangkah ke luar toko, mengikuti dua orang pria yang datang menemuinya. Meski belum bisa membaca apa yang sebenarnya terjadi, Monika merasa ayahnya melakukan kesalahan yang besar.

"Apa yang terjadi? Kenapa Tuan-Tuan mencari saya?" Monika berbicara dengan dua orang tukang pukul di hadapannya. Tanpa bertanya sekalipun, semua orang tahu itulah profesi utama mereka.

"Anda tahu dimana dia sekarang?" pria itu kembali bertanya. Sekilas dia mengangguk pada rekannya.

Monika menarik napas dalam-dalam. Ini bukan pertanyaan pertama yang dia dengar tentang ayah berengseknya itu. Sebelumnya, beberapa bulan yang lalu, ada debt collector yang menemuinya, bertanya dimana Jonathan berada.

"Saya tidak tahu. Terakhir kami bertemu tiga bulan yang lalu. Setelahnya, tidak pernah berjumpa atau bahkan berkirim pesan. Mungkin dia sibuk dengan perusahaan temaptnya bekerja atau anak dan istrinya. Entahlah." Monika menjawabnya dengan jujur.

Lagi-lagi pria itu mengangguk pada rekannya yang lain, membuat Monika memicingkan mata. Curiga. Alarm tanda bahaya segera berbunyi, memintanya untuk lebih waspada. 

"Silakan Anda ikut dengan kami sebentar. Ada masalah di perusahaan yang berkaitan dengan ayah Anda."

Monika mundur dua langkah, sedikit menjauh dari orang-orang ini.

"Sayang sekali, saya sedang bekerja sekarang. Saya tidak bisa ikut dengan Anda." Monika melihat kedatangan tiga orang pria berpakaian hitam-hitam dari arah lain. Hal itu membuat kewaspadaannya meningkat. Dia harus segera pergi dari sini, lebih tepatnya menyelamatkan diri.

"Nona, mohon kerjasamanya!" pria itu mulai melangkah mendekati gadis bersurai pirang ini.

Detik berikutnya, Monika mengambil langkah seribu. Dia harus segera meninggalkan tempat ini, meminta bantuan pada rekan-rekannya. Setidaknya, Doni  bisa memanggil polisi jika melihatnya diculik oleh orang-orang misterius ini.

"Tangkap Nona Monika! Jangan biarkan dia lolos. Tuan Muda akan murka!"

Sekilas Monika mendengar perintah yang pria itu ucapkan, hal itu tentu saja membuatnya panik. Dia berusaha menyelamatkan diri. Harus!

Bisakah Monika lolos dari kelima pria itu? Apa yang harus dia lakukan?

Nantikan bab berikutnya. See you,

Hanazawa Easzy

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Titin Nasa
kenapa pindah kesini thor
goodnovel comment avatar
awaludimchamid5
kok bukan blasteran indonesia-cina anak si wu ini?
goodnovel comment avatar
Hanazawa Easzy
arigatou... kiss n hug for you. mumumuuuahhhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status