Share

Keluarga Arseno

Arseno adalah seorang pengusaha yang mewarisi usaha milik keluarganya dia juga ikut menyumbang atas kejayaan perusahaannya sampai menuju puncak kesuksesan sampai saat ini.

Perusahan yang bergerak di bidang pangan itu telah mengeluarkan banyak produk yang menguasai pasar.

Arseno sudah berani membuat sebuah keputusan untuk menekan harga di pasar supaya bisa lebih terjangkau di semua kalangan terutama kalangan menengah kebawah.

Perusahan milik keluarga Arseno adalah perusahan terbesar di seantero negeri.

Perusahannya juga ikut andil dalam bakti sosial untuk negeri ini, terbukti dia sering memberi bantuan jika terjadi sebuah bencana di negeri ini dengan mengirim produknya kepada mereka yang membutuhkan, di samping membantu itu juga adalah sebuah trik marketing yang di gagasannya.

Perusahan milik Arseno juga memberi beasiswa kepada para pelajar yang berprestasi sebagai baktinya kepada anak negeri.

Namun sayang di karirnya yang melesat tinggi dia tak kunjung menikah, padahal banyak wanita yang bersedia menikah dengannya, ya jelas karena dia adalah konglomerat yang terkenal dan hartanya tak akan habis Sampai 7 turunan.

Dalam hati Arseno dia memiliki ketakutan sendiri untuk menikah, pasalnya dulu di usia 30 tahun dia menikah dengan seorang wanita yang di cintainya, namun pernikahan itu kandas lantaran pada saat itu perusahaan keluarga Arseno mengalami banyak Kendal, dan pada saat itu juga istri Arseno meninggalkan Arseno dan menikah dengan sahabat karibnya sendiri.

Itulah mengapa Sampai saat ini dia belum kunjung menikah, baginya semua perempuan mau menikah dengannya karena harta bukan karena cinta.

Di suatu pagi yang cerah Arseno yang sedang sarapan akan berangkat bekerja, tak di sangka tiba-tiba mamanya membawa seorang wanita yang menyelamatkan nyawanya yang membuat Arseno sedikit marah kepada mamanya.

"Ma kenapa membawa wanita ini kesini? Mengapa tak mengantarkan kembali ke rumahnya?" Seberondong pertanyaan Arseno yang merasa tidak setuju dengan kehadiran wanita itu ke rumahnya.

Mamanya yang bernama Ratih itu mendekati Arseno dan menjelaskan jika wanita yang menolongnya bernama Shella adalah wanita yang baik, mamanya juga bercerita jika wanita bernama Shella itu tidak memiliki rumah.

Mendengar cerita dari mulut mamanya itu seketika Arseno terdiam tak percaya. "Oh ya ma, mana mungkin dia gak punya rumah, mama harus hati-hati kepada orang yang belum kita kenal dekat." ujar Arseno kepada mamanya karena di jaman sekarang banyak orang yang mengambil kesempatan di balik kesempitan.

Mamanya Arseno pun duduk di samping Arseno karena lututnya sudah mulai sedikit sakit, ya maklumlah dia sudah menginjak umur 60 tahunan.

"Sudah sudah masalah ini tidak usah di perpanjang." jawab mamanya Arseno kepada Arseno.

Kemudian mama Arseno yang bernama ibu Ratih itu menyuruh asistent rumah tangganya untuk membawa semua barang milik Shella dan menyuruhnya membawa ke paviliun yang berada di samping rumahnya.

Paviliun itu sebuah bangunan yang terpisah dari bangunan utama, namun di paviliun semua dengan fasilitas yang lengkap nan mewah.

"Siap Bu." jawab asistent rumah tangga yang bekerja di rumah Bu Ratih yang berlalu pergi dengan membawa tas yang besar.

Sedangkan Shella berdiri menunduk malu karena dia harus menumpang di rumah orang yang tak di kenalnya.

"Oma, jika salah satu keluarga Oma keberatan dengan kehadiran saya maka tak masalah, saya akan mencari tempat lain untuk saya berteduh." ujar Shella kepada Bu Ratih dengan menekuk wajahnya.

Bu Ratih pun beranjak dari duduknya dan mendekati Shella yang sedang berdiri menunduk, "Sudah lah nak, ini itu rumah Oma. yang menentukan semua yang ada di rumah ini adalah Oma." jawabnya sambil mengelus pundak Shella.

Namun tetap saja Shella merasa tak enak hati dengan keluarga Bu Ratih terutama anak Bu Ratih yang bernama Arseno.

"Sudah sudah tak usah di perpanjang lagi, Iyo Arseno tolong antar dia ke paviliun." ujar Bu Ratih menyuruh anak putra semata wayangnya.

Arseno pun beranjak dari duduknya dan berdiri dan berjalan tanpa menunggu Shella.

Arseno berjalan menuju paviliun di susul Shella yang berjalan di belakangnya.

Arseno hanya terdiam tak mengucapkan sepatah kata pun.

Di belakang Arseno, Shella menatap tubuh Arseno yang tinggi dan kekar meskipun usianya sudah mencapai kepala 4.

Shella melihat Arseno yang bersikap dingin merasa takut, wajahnya seperti menyimpan api yang siap-siap di semprotkan kapan saja.

Menurut Shella laki-laki yang di depannya adalah laki-laki yang kurang bahagia, wajahnya terlihat dingin tanpa senyum meskipun sebenarnya wajahnya lumayan tampan, menurut Shella di dalam hati, sisi baik wajah Arseno adalah wajahnya menyimpan aira yang bijaksana.

Sampailah di paviliun yang bernuansa klasik dengan air mancur yang menghiasi depan paviliun.

Arseno pun memberikan sebuah kunci yang di genggamnya kepada Shella, tanpa berkata sepatah kata pun arseno membalikan badannya kembali ke rumah utama.

Shella hanya menatap punggung Arseno yang pergi meninggalkan dirinya sendiri di paviliun tanpa sepatah kata pun.

Shella masuk ke dalam paviliun, matanya menatap ke semua sudut.

Shella melihat di bagian tembok yang berhias dengan lukisan-lukisan yang besar yang pasti harganya tidaklah murah.

Di sudut lain Shella melihat guci besar yang berada di sudut ruang utama, guci itu berwarna kuning emas yang menambah aura ke glamor rumah tersebut.

Shella sangat kagum dengan hiasan yang berada di rumah itu, Shella sangat yakin betul jika pemiliknya memiliki selera yang sangat tinggi.

Shella pun melangkahkan kakinya untuk masuk di kamar utama sambil menenteng tas miliknya.

Shella masuk ke dalam kamar yang sangatlah luas menurut dirinya sehingga membuat dirinya terkagum-kagum akan fasilitas rumah itu yang sangat lengkap yang berbanding terbalik kala dia tinggal di rumah ibu tirinya.

Shella langsung merebahkan badannya di atas tempat tidur yang sangat luas dan nyaman. "Hemmm enaknya jadi orang kaya." ujarnya Deng lirih.

Shella membentangkan tangannya di atas kasur yang sangat empuk nan nyaman.

Sampai Shella tak sadar jika dirinya tersadarkan diri dan tertidur pulas.

Di sisi lain Arseno menemui mamanya yang tengah duduk di sofa. "Ma yang benar saja, mama membawa orang lain masuk ke dalam rumah kita. Kita gak tahu apa yang ada di pikirannya." seru Arseno yang berkata serius ke mamanya.

Bu Ratih mengalihkan pandangannya menuju Arseno, "Kita lihat saja nanti." jawab enteng Bu Ratih.

Saat Arseno dan Bu Ratih sedang berbicara serius datanglah kakak perempuan Arseno yang sedang mampir ke rumahnya.

"Hay ma, gimana kabar mama?" tanya Tiara sambil mencium pipi kanan dan kiri Bu Ratih.

Bu Ratih menjelaskan jika keadaannya baik-baik saja.

Mendengar ucapan Bu Ratih, Tiara pun merasa lega. "Syukurlah ma kalau begitu." jawab Tiara.

Tiara bercerita jika kedatangannya kesini ingin menjodohkan Arseno dengan seorang wanita cantik nan kaya raya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status