Share

Arseno menolak perjodohan

"Sudahlah jangan di teruskan lagi, aku tak ingin di jodohkan. Aku bisa mencari sendiri." jawab Arseno kepada Tiara.

Tiara pun tertawa mendengar apa yang di katakan Arseno. "Emang wanita seperti apa yang kamu cari, hey Arseno kamu sudah tua saatnya kamu menikah. Lihatlah mama yang usianya sudah menginjak 60 tahun dia butuh cucu dari kamu." ujar Tiara sambil mendekati Arseno.

Arseno tak menghiraukan apa yang di katakan kakak tirinya itu, dia berdiri sambil menatap jam tangannya yang terpasang di tangan kanannya. "Ya sudah aku mau berangkat dulu." seru Arseno.

Arseno pun pergi meninggalkan Tiara dan mamanya, dia sudah tak peduli dengan apa yang di katakan kakak perempuannya itu, bagi dirinya yang terpenting sekarang adalah bekerja.

"Hey Arseno, aku belum selesai bicara." teriak Tiara kepada Arseno.

Arseno pun tak menghiraukan Tiara, dia tetap melangkahkan kakinya untuk segera berangkat bekerja.

"Jika memang aku masih ada jodoh, suatu saat akan datang kepada ku dengan sendirinya tanpa di paksakan." gumamnya dalam hati sambil berjalan menuju parkiran.

Arseno pun langsung menuju mobilnya yang terparkir di depan rumahnya, dia berangkat bekerja dengan mengendarai mobil mewahnya.

Di dalam mobil Arseno mengemudi dengan kecepatan yang rendah, dia tak percaya dengan sikap mamanya yang dengan mudah membawa orang lain masuk kedalam rumahnya.

"Aku takut jika ada barang yang hilang di rumah, jika sampai terbukti ada barang yang hilang siap-siap saja ku usir dia." gumamnya dalam hati dengan was-was.

Di pagi hari ini Arseno merasa jengkel dalam dua hal, yang pertama karena mamanya yang membawa orang lain masuk tanpa persetujuan dirinya, yang kedua karena kakak perempuannya yang terus menekannya untuk menikah.

Tak terasa sampailah Arseno di sebuah kantor yang memiliki gedung yang tinggi dengan desain yang modern, di pastikan gedung itu adalah gedung yang termewah di jantung ibu kota.

Gedung yang memiliki tingkat penataan rapi yang sangat tinggi dengan kebersihan yang selalu terjaga.

Di depan gedung terdapat sebuah air mancur yang besar sebagai ikon gedung tersebut dan itu juga memberi kesan gedung tersebut sangatlah modern.

Arseno datang dan memakirkan mobilnya di parkiran VVIP, dimana parkiran itu adalah parkiran khusus untuk dia dan tak boleh satu pun orang yang memarkir kendaraannya di sana kecuali keluarganya.

Parkiran VVIP itu adalah parkiran yang paling dekat dengan lobby sehingga memudahkannya keluar masuk gedung perusahan miliknya tanpa harus capek berjalan kaki.

Arseno turun dari Supercar miliknya dengan memakai setelah jas biru Dongker, dia berjalan melangkah memasuki ke gedung.

Arseno masuk ke gedung di sambut dengan para karyawannya yang membungkuk hormat kepada dirinya. Mereka pun memberi ucapan selamat pagi kepada Arseno yang tengah berjalan.

Arseno pun langsung menaiki lift untuk segera masuk ke dalam ruangan miliknya di lantai 3 gedung tersebut, dia langsung masuk ke ruangannya dan langsung duduk di kursi meja kerjanya sambil menatap layar.

Dia melihat statistik pergerakan grafik penjualan pada Minggu ini terhadap produk baru yang di luncurkannya.

Arseno meraih gagang telepon yang terletak di meja kerjanya, dia menelpon salah satu devisi yang bekerja di bawahnya. "Tolong kirim jumlah penjualan bulan lalu, kirim lewat email saya secepatnya." serunya di balik telepon sambil menutup teleponnya sepihak.

Sambil menunggu bawahannya mengirim grafik penjualannya, Arseno menggerakkan kursinya untuk lebih dekat dengan kaca jendela yang terpasang di ruangannya.

Seperti biasa dia selalu menatap langit yang cerah, baginya dengan menatap langit jiwanya terasa tenang dan damai.

Dia selalu menatap langit di kala pikirannya sedang kacau,

"essshhhh." desisnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Tak selang beberapa lama pesan grafik penjualan masuk ke dalam email-nya, dia pun langsung buru-buru untuk membukanya.

Dia melihat tabel penjualan yang terus menurun padahal ini adalah bulan ke dua setelah produk di luncurkannya.

Arseno pun mengusap wajah kasarnya sekali lagi untuk mengusir kepenatannya yang yang timbul pada dirinya.

Tepat pukul 10 pagi ada sebuah telepon masuk dari lobby yang mengatakan jika mamanya datang ke kantor.

"Selamat pagi bapak, ibu Ratih berkunjung di kantor dan sekarang menaiki lift dan akan menuju ke ruangan bapak, sekian pak." ujar suara di balik telepon yang terletak di mejanya.

Arseno pun mengehentikan pekerjaannya dan bertanya-tanya dalam hatinya ada apa gerangan orang tuanya datang ke perusahan.

Selang tak beberapa lama ada suara pintu ruangannya terbuka, Arseno sudah menebak jika itu adalah mamanya.

Benar saja mamanya datang dengan di kawal oleh supir pribadinya, dia datang dengan memakai syal di lehernya dan tak lupa dia memakai topi bulat khas topi keluarga kerajaan Inggris.

Mamanya Arseno datang melangkahkan kaki mendekati Arseno yang tengah duduk di meja kerja.

Mamanya Arseno duduk berhadapan dengan Arseno yang tengah duduk di kursi meja kerjanya. "Arseno mama kesini karena mama ingin tahu keadaan perusahan sekarang, mama ingin perusahan lebih baik lagi dalam menginovasi setiap produk yang akan di luncurkan." ujarnya sambil duduk.

Bukan apa-apa mama Arseno yang bernama ibu Ratih itu tahu jika produk barunya kali ini kurang sukses di pasaran.

Arseno pun tersenyum di sudut bibirnya, "Iya ma, untuk urusan perusahan serahkan ke Arseno nanti Arseno yang akan mengurus dan riset dengan para petinggi, mama di rumah saja istirahat." jawab Arseno kepada mamanya.

Mamanya bercerita kepada Arseno jika dia baru saja ke butik langganannya untuk membeli baju kerja.

Mendengar cerita itu Arseno terkejut, "Haaahhh baju kerja buat siapa ma?" tanya Arseno kepada mamanya.

Mamanya bercerita jika baju kerja itu akan di berikan kepada Sintia, wanita muda yang telah menolongnya.

Mendengar kata Sintia, Arseno teringat. "Oh iya dia kan di terima magang." seru Arseno.

Mamanya merasa sangat bahagia kala anaknya mengenal Sintia, karyawan magang yang baru di terima kerja.

Bu Ratih pun mengatakan ke Arseno jika hari ini Sintia masih belum bisa kerja Karana kecelakaan kemarin yang menimpa dirinya.

Mendengar cerita dari mamanya, Arseno hanya diam tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Oh iya jika dia mulai bekerja, tolong kamu ajari dia ya Arseno." ujar Bu Ratih.

Arseno pun menanyakan kepada mamanya perihal mamanya yang terlalu berlebihan dalam bersikap kepada orang yang baru di kenalnya.

"Ma jika terjadi sesuatu, entah barang hilang atau lainnya yang berharga di rumah bagaimana ma? kita kan gak tahu dia siapa? latar belakangnya bagaiman?" tanya Arseno.

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Arseno membuat mamanya tertawa, "Kamu ada-ada saja Arseno, kamu terlalu over thinking sekali." jawabnya sambil tertawa.

"Ya sudah mama mau pulang dulu," lanjut Bu Ratih kepada Arseno.

Arseno hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum sinis.

"Oke lah, segera lah pulang ma." jawab Arseno yang merasa kesal dengan apa yang di katakan mamanya itu.

Setelah mamanya keluar dari ruangannya, Arseno menyenderkan kepalanya di kursi kerjanya, dia tersenyum di sudut bibirnya. "Di usia ku yang hampir 40 tahun, mama masih tetap memperlakukan ku seperti anak SD, dia sama sekali tak mau mendengarkan saran ku sama sekali." gumamnya dalam hati.

Saat Arseno sedang tertawa melihat tingkah mamanya yang berlebih, tiba-tiba asistennya menelpon dirinya.

Arseno pun lekas mengangkat panggilan telepon itu dengan cepat.

"Hallo," ujar Arseno di balik telepon.

"Hallo bapak sekarang perusahan lagi ada Masalah." jawab asistentnya d balik telepon.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status