Share

4. Membawa Pulang Hera

Happy reading....

Selama hampir satu minggu berada di rumah orang tuanya, tak sekalipun Anne mendengar keluhan dari Hera tentang rumah tangganya dan Jayden.

Apakah hanya aku saja yang terlalu paraniod? Batin Anne. Melihat bagaimana Hera sangat bahagia saat mengurus Juan dia jadi ragu jika sang anak memiliki masalah.

"Apakah aku sudah pantas menyandang gelar ibu sekarang?" tanya Hera tersenyum bangga saat dia selesai memakaikan baju pada Baby Juan. Dia begitu puas karena akhirnya bisa mengurus Juan dengan baik. Mulai dari memandikan hingga memakaikan Baby Juan popok dan baju, Hera melakukannya sendiri tanpa bantuan dari sang ibu lagi.

"Juan sangat beruntung punya ibu seperti dirimu, Nak," kata Anne membuat senyum Hera semakin merekah.

"Benarkah?" 

"Iya, putriku sayang."

Hera langsung memeluk sang ibu dengan erat. Begitu bahagia mendapat banyak pelajaran berharga untuk mengurus Juan. Terlepas dari itu soal masalah rumah tangganya, Hera bukannya tidak ingin bercerita pada sang ibu tapi ucapan Anne beberapa hari yang lalu membuatnya tak bisa berkata apa-apa.

"Bagaimana keadaan perusahaan ayah, Bu?" tanya Hera pelan.

"Sejak bergabung dengan perusahaan suamimu, bisnis ayah semakin lancar. Bahkan ayahmu bisa menaikkan gaji karyawannya," jawab Anne dengan wajah berseri-seri tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Hera tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Dia senang karena bisnis ayahnya semakin baik namun di sisi lain itu berarti Hera akan makin terikat dengan Jayden.

Lalu bagaimana caranya Hera berpisah dengan Jayden?

"Memangnya kenapa, Nak?" tanya Anne.

Hera menggeleng pelan menampilkan senyum tipis. "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu." Pupus sudah harapan Hera untuk lepas dari Jayden dalam waktu dekat.

"Kurasa aku harus bertahan sebentar lagi," lirih Hera hampir tak terdengar.

"Selamat sore!" sapa seseorang membuat kedua wanita itu mengurai pelukan lalu menoleh.

Hera menghela napas cepat. Baru saja dia melupakan masalahnya sebentar, pria dengan surai coklat itu sudah datang seakan memberitahu Hera jika dia tidak akan lepas semudah itu.

"Selamat sore, Jayden," sambut Anne menghampiri menantunya. Memberikan pelukan hangat lalu membawanya menghampiri Hera.

"Bagaimana kabarmu hari ini, Sayang?" tanya Jayden setelah dia menghadiahi dahi Hera sebuah kecupan singkat. Hal yang selalu dia lakukan saat datang ke sana.

Hera sempat berpikir jika Jayden tidak akan datang dan peduli padanya seperti saat di rumah sakit. Namun ternyata Hera salah. Setiap hari pria itu akan datang mengunjunginya bahkan menginap bersamanya di sana. 

Seperti biasa Jayden selalu menjalankan perannya dengan baik. Sosok menantu idaman keluarganya.

"Aku baik-baik saja." Sebelum kau datang menghancurkan semuanya. Kesal Hera dalam hati.

"Syukurlah. Karena hari ini aku ingin kau pulang ke rumah," kata Jayden. 

"Apa?"

"Kenapa kau terlihat sangat terkejut, Sayang?"

Hera menatap sang ibu lalu tersenyum tipis. "Tidak ada," jawabnya cepat kemudian menunduk. 

Jayden menghampiri Anne. "Tidak apa 'kan, Bu. Jika hari ini aku membawa Hera pulang?" tanya Jayden dengan nada sedikit membujuk.

Anne menatap Hera terlebih dahulu sebelum mengangguk. "Tentu. Ibu tidak punya hak menahannya lebih lama di sini," kata Anne.

"Terima kasih, Bu. Aku yakin Hera sudah bisa mengurus Juan sendirian mulai sekarang," kata Jayden menatap Hera penuh kemenangan. Karena akhirnya dia bisa membawa Hera pergi dari sana.

***

Tidak ada yang membuka suara selama dalam perjalanan. Hera sibuk dengan Juan sementara Jayden sibuk di balik kemudi mobil. Mereka benar-benar telah terpisah oleh dinding yang dibangun keduanya dalam hubungan pernikahan itu.

Saat sampai di rumah, Hera tak lantas turun untuk masuk ke dalam. Bayangan malam menyakitkan itu masih membayangi Hera. Seandainya malam itu terjadi sesuatu pada bayinya, dia mungkin akan membunuh Jayden dengan tangannya sendiri. Syukurlah semuanya baik-baik saja.

Hera membuang napas pelan menatap rumah itu. Dia seakan punya trauma tersendiri dengan rumah itu. Dan sialnya dia harus tinggal di sana entah sampai kapan.

"Kau akan turun atau tidak?" tanya Jayden yang sudah berada di luar mobil.

Hera hanya menoleh sebentar kemudian turun dari mobil. Wanita yang sedang menggedong buah hatinya itu menghela napas panjang sebelum mengikuti langkah Jayden masuk ke dalam rumah.

Setiap langkah terasa begitu berat. Namun tangisan dari bayi dalam gendongannya seakan menjadi pendorong agar Hera segera masuk. Mungkin Baby Juan mulai merasa kedinginan.

Saat sampai di dalam dia disambut dengan antusias oleh para maid. Terutama Ara. Gadis berusia 22 tahun, maid yang paling dekat dengan Hera.

"Nona Hera sudah pulang!" ujar Ara dengan senyum merekah di wajahnya. Hera membalas senyuman itu tipis. "Boleh aku menggendongnya?" tanya wanita itu menatap Juan.

"Tentu," jawab Hera menyerahkan Juan pada Ara. Walau bagaimanapun nanti memang Aralah yang akan menjaga Juan.

"Aku ingin istirahat," gumam Hera berniat untuk segera ke kamarnya tapi Jayden menahan langkah Hera.

"Ada apa?" tanya Hera bingung.

"Kamar itu sudah menjadi kamarku dan Elena. Kau bisa pakai kamar tamu mulai sekarang," jawab Jayden membuat Hera menganga. Apa katanya? Kamarnya dan Elena.

"Selamat datang kembali, Hera!"

Wanita yang baru saja disebut namanya itu muncul dari arah belakang Jayden. Merangkul bahkan memberikan kecupan singkat di pipi Jayden.

Hera terkekeh kecil. Betapa tidak tahu malunya dua manusia di depannya itu. Di sini bahkan masih ada Ara dan beberapa maid namun mereka tak segan beradegan mesra. Ya Tuhan.

"Apa-apaan ini, Jayden? Kau membiarkan wanita ini tinggal di rumah kita?" tanya Hera menunjuk wanita itu.

"Apa katamu? Rumah kita?" Jayden terkekeh remeh. "Ini rumahku. Jangan salah sangka. Jadi terserah padaku ingin membawa siapa kemari," lanjutnya.

"Ya itu benar sekali. Lagi pula sudah seharusnya aku memang tinggal di rumah ini," ujar Elena. "Tapi kau malah merebutnya. Tapi sekarang aku sudah merebut kembali hakku," lanjutnya tersenyum lebar.

Hera menatap Jayden. Sekarang dia tahu tujuan pria itu membawanya pulang. Dia ingin menunjukkan jika dirinya sekarang sudah menang atas Hera dengan membawa selingkuhannya tinggal bersama mereka.

Hera dengan kuat menahan air matanya. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan mereka. Karena dia yakin itulah yang diinginkan Jayden dan Elena. Walau sebenarnya Hera sudah tidak tahan lagi.

"Terserah kalian saja!" kata Hera berlalu dari sana. Diikuti oleh Ara.

"Nona Hera!" panggil Ara lirih sesaat setelah mereka sampai di dalam kamar.

"Tolong, Ara. Bisakah kau biarkan aku sendirian?" pinta Hera dengan posisi membelakangi Ara.

"Baik, Nona." Ara mengangguk pelan. Meletakkan Baby Juan di atas tempat tidur kemudian keluar dari kamar meninggalkan Hera yang sudah bercucuran air mata.

Samar terdengar suara tawa dari luar kamarnya. Pasangan itu seperti tengah mengejek Hera yang menangis sendirian di dalam kamar. Hera terduduk sambil bersandar di tempat tidur. Memeluk lututnya agar suara tangisnya tidak terdengar.

"Ya Tuhan, apakah aku bisa bertahan?" tanya Hera. Sungguh dia merasa tidak akan sanggup menghadapi Jayden dan Elena sendirian.

To be continue....

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Bisanya nangis aj cengeng bknnya cerita ke emaknya. Oon oh oon
goodnovel comment avatar
Wiko
bagus ceritanya mantap
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status