"Jangan biarkan keadaan menghentikan langkahmu. Karena ketika ada kemauan yang kuat untuk mencari jalan keluar, maka akan selalu ada jalan menuju cahaya di ujung terowongan." - Chloe Adams -
Mateo mengepalkan tangannya. Tanpa sepatah kata, dia melancarkan serangan pertamanya. Buk! Pukulan itu untuk membalas serangan Albert yang tadi, dan tepat mengenai sasaran. Dia menghantam rahang bawah Albert sehingga wajah pria itu terdongak ke atas. Bunyi seperti tulang yang patah benar-benar membuat ngilu bagi siapa saja yang mendengarnya. “Brengsek!” maki Albert kasar. Dia merasakan rahangnya seperti lepas dari tempatnya. Pria itu meringis kesakitan dan memaki-maki dengan kata-kata kotor. Mateo tersenyum miring, dia mengambil ancang-ancang untuk memberikan pukulan selanjutnya. “Rasakan pembalasanku,” teriak Albert menggelegar. Dia melompat ke depan, menyerang dan melayangkan satu tendangan tepat di perut Mateo, tetapi dengan sigap, pria menangkis tendangan Albert. Mateo meringis karena kaki Albert menghantam tulang kering di daerah lengannya. Albert tersenyum senang melihat Mateo meringis kesakitan. Dia maju ke depan tanpa perhitungan, lalu kembali menyerang Mateo. Namun,
Begitu Mateo membuka pintu kamar itu, matanya terbelalak menatap pandangan di depannya. “Shiit!!!” teriaknya dengan keras dan panik. Chloe tergeletak di atas lantai dengan tubuh mengejang. Rupanya gadis itu memiliki alergi terhadap semua jenis makanan yang mengandung kacang-kacangan, apalagi kacang tanah. “Chloe!!!” teriak Mateo lagi. Dia mendekati Chloe dan mengangkat gadis itu ke atas ranjang. Untuk pertama kalinya, Mateo, seorang mafia yang dingin dan bengis, panik karena seorang gadis yang bahkan belum dikenalnya sama sekali. Albert yang menunggu di bawah segera berlari ke atas begitu mendengar teriakkan Mateo “What the heck!?” seru Albert sambil mendorong Mateo menjauh dari kekasihnya. “Cepat cari kan Epinefrin auto-injector!!!” perintah Albert dengan gugup. Dia sudah pernah melihat Chloe mengalami hal tersebut saat tanpa sengaja seorang karyawan hotel menggunakan pisau pengoles selai kacang pada selai strawberry kesukaan Chloe. Namun, saat itu kedua orang tua Chloe ada
Mr. Steven dan istri, Mrs. Kirana masih terus berkeliling mencari keberadaan Chloe. Mereka tidak putus-putusnya memanjatkan doa agar anak perempuan mereka satu-satunya berada dalam keadaan baik-baik saja. “Aku masih marah dengan perbuatan Albert yang sangat tidak bertanggung jawab,” gumam Mrs. Kirana sambil mencari-cari ponselnya di dalam tas kecil miliknya. Mr. Steven sudah menceritakan semua yang terjadi, tentang perselingkuhan Chloe. Tetapi menurut Mrs. Kirana, itu tidak bisa dijadikan alasan oleh Albert untuk menelantarkan anak mereka begitu saja. “Aku juga masih marah, tapi sekarang yang terpenting adalah, kita harus menemukan Chloe terlebih dahulu.” Mrs. Kirana mendengus kesal. Walaupun dia sangat menyayangi Albert, tapi perbuatannya tidak bisa dibiarkan begitu saja. “Kamu percaya kalau Chloe selingkuh, honey?” “No! Aku sama sekali tidak mempercayai ucapan pria itu. Tapi kita akan segera mendapatkan kebenarannya begitu kita menemukan Chloe.” “Hubby, mungkin sebaiknya aku m
Ting-tong! Terdengar bunyi bel dari pintu depan. “Akhirnya Celine, babysitter kamu datang juga! Sebentar ya, mommy mau buka pintu dulu untuk Celine,” ucap Freya lega. Dengan bergegas gadis itu membuka pintu depan. Begitu pintu terbuka, Freya berdiri mematung melihat sosok yang berdiri di depannya. “Selamat sore, Nona Freya!” Seorang polisi yang telah mengintrogasinya semalam, berdiri di depannya. Freya menemukan sosok mayat di Sky pub and hotel tempat mereka merayakan malam pesta lajang untuk sahabatnya, Chloe. “S-selamat sore, Mr. Magnus.. Ada yang bisa aku bantu?” Mr. Magnus menyerahkan sebuah amplop kepadanya, dan saat melihat tulisan pada amplop itu, Freya langsung tahu bahwa itu adalah surat pemanggilan interogasi. “Ini mengenai tragedi yang terjadi semalam. Kami ingin memanggil ulang Nona Freya untuk memberikan keterangan dan kesaksian.” Freya berusaha menahan kegundahannya. Masih teringat dengan jelas di benaknya peristiwa semalam. saat dia sibuk mencari Chloe. yang me
Mateo terus menonton rekaman itu, seakan tidak mengenal lelah untuk mencari tahu kebenarannya. Namun, kali ini dia duduk tertegun ketika melihat sosok Chloe yang berjalan sambil dipapah oleh seorang gadis lain menuju ke sebuah kamar hotel. Mateo menyipitkan matanya begitu melihat Chloe yang berjalan sempoyongan. “Apakah dia juga mabuk berat?” bisik Mateo. Mateo menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak tahu pasti, apakah itu akibat dari Chloe sedang mabuk atau karena ada hal lain. Mateo segera mencatat timeline dari rekaman itu. Tak lupa dia mengambil foto dari gadis yang bersama Chloe. Setelah berpikir sebentar, dia kembali menekan tombol play pada layar komputer. Sekarang kedua gadis itu berhenti di sebuah kamar yang bersebelahan dengan kamar yang ditempati oleh wanita yang berpakaian seksi tadi. “Itu kan bukan kamar yang Isac pesan untukku? Lalu kenapa aku bisa berakhir di kamar yang sama dengan gadis itu? Lalu, apakah itu suatu kebetulan mereka bersebelahan kamar dengan
Dokter itu menatap Chloe dan tersenyum lebar. “Cepat sembuh ya, Chloe. Kalau ada apa-apa, segera hubungi pihak rumah sakit.” “Terima kasih dokter.” “Oh ya, siapa yang menyuntikan EpiPen padamu?” Chloe terdiam karena dia sendiri tidak tahu dan tidak bisa mengingat dengan jelas peristiwa itu. Semua terjadi begitu cepat. Dia dalam keadaan setengah sadar, kejang dan sekarat saat itu terjadi. Namun, dari alam bawah sadarnya, dia seperti mendengar suara dua orang pria yang saling berteriak panik. “Albert, menantuku! Ya, dia yang telah memberikan suntikan itu,” jawab Mr. Steven sambil merangkul bahu Albert dengan hangat. "Tanpa pria ini, entah apa yang akan terjadi dengan anakku," lanjutnya. Chloe mengerutkan keningnya berusaha untuk memutar memori yang ada dalam pikirannya, tapi dia tidak mampu mengingatnya. “Albert, cara kamu menyuntikkan EpiPen pada Chloe, sangat benar dan tepat sasaran. Hal itu yang membuat tubuh Chloe merespon dengan cepat." Albert tersenyum lebar. "Kalau sa
Suara musik yang keras di Sky pub and hotel tidak mempengaruhi kehebohan bridal shower atau pesta lajang yang sedang dirayakan oleh sekelompok gadis-gadis muda, berusia sekitar dua puluh dua tahun ke atas. Bagi calon pengantin perempuan, Chloe Adams, hari ini merupakan momen spesial baginya, untuk melepas masa lajangnya sebelum hari pernikahannya, yang akan diadakan satu minggu lagi. Mereka asik bersulang minuman dan bercanda ria. Beberapa dari mereka sudah mulai mabuk. Hal itu bisa dilihat dari cara berjalan merekayang sempoyongan. Salah satu sahabat Chloe, yaitu Yvonne, mendentingkan sebuah gelas dengan menggunakan kuku-kukunya yang di-manikur dengan baik. Teman-temannya yang melihatnya melakukan hal itu, hanya bisa menahan napas. Mereka ngeri kalau-kalau kukunya bisa patah atau lecet. Yvonne melengkungkan sebuah senyum dan mengangkat gelas kristal di tangannya untuk ber-cheers. “Selamat atas pernikahanmu, Chloe Adams! Akhirnya masa lajang-mu akan berakhir sebentar lagi. Chee
“Wanita itu adalah milikmu malam ini. Lakukan apa saja yang kamu mau, tapi jangan lupa bayar kenikmatanmu dengan video terpanas-mu bersamanya malam ini.” “Jangan khawatir, kamu akan menerima hasilnya sebentar lagi.” Klik.. Sambungan pun terputus. Setelah selesai menelpon laki-laki suruhannya tadi, gadis itu, Audrey, kembali bergabung dengan teman-temannya yang lain. Dia menggoyang-goyangkan tubuhnya yang semampai mengikuti alunan suara musik. Dia menutup matanya sambil menikmati alunan musik yang ada. Audrey adalah seorang seorang photo model yang bernaung di bawah Agency Modeling Heartbreak, milik keluarga Albert Wesley. 'Aku tidak sabar lagi untuk mendapatkan kiriman video panas mereka. Tidak akan kubiarkan dia menikah dengan Albert semudah itu,' batin- nya penuh kebencian. “Siapa yang kamu telpon barusan?” tanya Freya penasaran. Dia sedikit curiga ketika melihat Audrey berbicara di telepon sambil melirik-lirik ke arah Chloe. “Oh, bukan urusanmu, tapi kalau kamu memang ing