"Ketika kamu berada di dunia maya, ingatlah bahwa tidak semua yang terlihat nyata itu nyata, dan tidak semua yang terdengar benar itu benar adanya." - Aurora Johnsen -
Aurora bangkit berdiri. Dia harus pulang sekarang juga. Dengan langkah-langkah panjang, dia meninggalkan pria dewasa itu yang hanya bisa menatapnya, sampai ia menghilang dari balik pintu. Pria tampan berambut coklat itu menarik napas panjang dan segera menelpon seseorang “Hi, Uncle!” sapa seseorang di ujung telepon. “Lain kali, kamu harus datang sendiri untuk menemui gadis yang kamu sukai,” ucap pria dewasa itu. “Apakah dia marah?” “Menurutmu? Apakah kamu akan tertawa terbahak-bahak kalau hal itu terjadi padamu, heh?” tanya pria dewasa itu sarkas. Rupanya dia marah dengan kelakuan keponakannya. Ditambah lagi dengan rasa bersalah karena telah membohongi gadis remaja itu. “Maaf, Uncle. Aku hanya takut dia akan berlari dariku begitu melihat keadaanku.” “William, kamu yang memutuskan untuk menghubungi gadis itu. Saat kamu melakukan hal itu, maka kamu harus menerima resikonya, suka atau tidak suka. Mengerti?” William, pemuda yang di seberang telepon sana, hanya terdiam menyadari k
“Keluar dari rumahku sekarang juga!!!” bentak Albert. “Tidak! Dia tamuku, kamu tidak berhak mengusirnya dari sini. Kalau kamu mengusirnya, maka aku juga akan pergi dari sini,” ucap Chloe lantang dan tegas. Kata-kata Chloe membuat Albert dan Mateo sama-sama membelalakkan mata dan menatap gadis cantik yang sama-sama mereka cintai itu. “Apa yang kamu bilang tadi?” sentak Albert dengan suara yang cukup keras. Saking marahnya, urat-urat lehernya tercetak dengan jelas. Dia mendekati Chloe dan mencekal tangan Chloe sehingga gadis itu meringis kesakitan. Bugh!!! Satu pukulan telak menghantam dagu Albert sehingga pria itu melepaskan cekalan tangannya pada tangan Chloe. Pukulan keras dari Mateo di dagu bagian bawahnya membuat gigi-gigi pria itu hampir lepas karena gigi bawahnya menghantam gigi bagian atas. Sempat terdengar bunyi gigi-gigi yang bergemeretak. Belum puas juga karena melihat Chloe yang disakiti oleh Albert, Mateo melayangkan satu tendangan dari samping. Bugh!!! Albert t
“Arrgghh!” dengus Mateo kesakitan dan mendorong Albert ke belakang sehingga pria itu jatuh terjengkang Mateo memegang dadanya dan menahan perih yang mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Dia kuatir salah satu tulang dadanya telah patah akibat hantaman kepala Albert yang cukup keras. Melihat Mateo yang merintih, Chloe segera menghampiri pria itu. Dia sepertinya tidak menghiraukan Albert yang juga sedang meradang karena rasa sakit dan cemburu. “Are you alright?” tanya Chloe cemas. Dia meletakkan telapak tangannya di dada Meteo dengan lembut. Mateo memandang Chloe dengan mesra . Diberikan perhatian seperti itu saja sudah membuat dia klepek-klepek tak berdaya di depan gadis itu. Selama ini kehidupan yang dia jalani begitu keras. Sering kali dia diburu musuh yang ingin menghabisi nyawa. Bahkan dari kecil, dia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu karena sang ibu mengalami sakit Alzheimer. Penyakit otak yang menyebabkan demensia. Dengan lembut dia meletakan tangannya di atas ta
Aurora berlari meninggalkan Burger King dengan hati yang hancur. Dia tidak menyangka, William yang dia kira adalah anak laki-laki yang baik-baik, ternyata adalah seorang penipu dan scammer. Dia merutuki kesialan-nya. "Stupid!" teriaknya dengan kesal sambil menyeka air matanya yang mulai berlinang. Dia menarik hoodie (tudung kepala) di belakang jaketnya dan menutupi kepala dan sebagian dari wajahnya. Aurora tidak mau menjadi tontonan orang-orang yang lalu-lalang di depannya. Segera dia matikan ponselnya karena dia tidak mau William menghubunginya lagi. Dihapusnya air mata yang masih mengalir dengan deras di kedua pipinya. Tanpa sadar, Aurora mulai berjalan tanpa arah. “Nona Aurora! Tunggu!!!” teriak seseorang dari arah belakang. Ternyata pria dewasa yang menemuinya tadi berlari-lari kecil ke arahnya. Melihat pria itu, Aurora langsung memutuskan untuk mengambil langkah seribu. Dia berlari bagaikan kesetanan. Rasa takut dan cemas menghantui hatinya. “Tunggu, Nona! Aku hanya ingin
Chloe mendekati Albert sambil memegang celana yang telah dipilihnya untuk pria itu. "Sudahlah. Kita lupakan masalah ini. Aku tidak akan mengungkit hal ini lagi. Okay?” “Melupakannya? Segampang itu, kah? Tidak! Jawab pertanyaanku yang terakhir sebelum kita turun ke bawah.” “Apa?” tanya Albert dengan wajah resah. Dia meraup wajahnya dengan gugup. Sepertinya dia bisa menebak pertanyaan apa yang akan Chloe ajukan kepadanya. “Apakah kau yang telah menjebakku malam itu, Albert?” "M-menjebak? M-maksud kamu apa?” Albert meraih celana yang ada dalam genggaman tangan Chloe. Wajahnya memancarkan kegugupan yang luar biasa. Dengan kikuk dia berusaha membuka lipatan celana itu. Warna celana yang senada dengan warna baju kaos yang diberikan Chloe kepadanya tadi. Gadis itu memang mempunyai selera fashion yang tinggi. Chloe menatapnya tajam. “Kamu tahu apa yang aku maksud, Albert. Jangan bersembunyi lagi di belakang topengmu itu." “Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, Chloe." "Apakah k
Melihat Chloe dan Freya akan pulang, Mateo segera mengikuti gadis-gadis itu menuju pintu keluar. “Tunggu sebentar! Aku perlu bicara empat mata denganmu.” Mateo menghentikan langkah kakinya. Dengan pelan dan penuh percaya diri dia berbalik dan menatap Albert. Chloe yang awalnya sudah semangat empat lima karena ingin pulang, berseru dengan kesal. “Ooo, not again, Albert!” “Kamu tidak perlu membelanya terus, Chloe. Aku hanya ingin berbicara empat mata dengannya.” Audrey mendekati mereka dan ingin mencari tahu penyebab kenapa kedua pria itu seperti dua anak kecil yang sedang memperebutkan mainan kesukaan mereka. ‘Seandainya mainan yang diperebutkan itu adalah aku, alangkah senang hatiku,’ pikir Audrey. Ngarep kali kau… “Aku tidak akan pulang sebelum aku memastikan Mateo pulang dengan selamat,” ketus Chloe keras kepala. Baik Albert maupun Mateo sama-sama bergeming. Mereka hanya saling memandang dengan galak. Aura permusuhan di antara mereka berdua seakan tidak pernah habisnya. Apa
Begitu selesai mandi, Chloe mulai merias wajahnya dengan riasan natural. Rambutnya yang berwarna coklat gelap, digulung dengan anggun ke atas sehingga menampilkan leher jenjangnya yang begitu indah. Kecantikannya semakin bertambah dengan warna kulitnya yang eksotis dan unik membuat aura kecantikannya terpancar dengan memukau. Dari kamar Albert, sayup-sayup gadis itu mendengarkan suara-suara orang yang sudah berdatangan. Chloe mengerti budaya negara ini, orang-orang sangat menghargai waktu dan selalu datang on time. Bagi mereka, itu sangat memalukan kalau sampai datang terlambat ke suatu acara dan menjadi pusat perhatian semua orang. “Hi, Chloe! Apakah kamu sudah siap,” sapa Freya yang rupanya sudah mengganti baju juga. Gadis itu berdiri di depan pintu dan terpana menatap wajah dan riasan Chloe. Dia memang mengakui kecantikan gadis itu bisa menarik siapa saja untuk menikmatinya. Untunglah Chloe bukan gadis yang menggunakan kecantikannya untuk hal-hal yang negatif. “Wow! You lo
“Selamat datang untuk para undangan yang kami hormati!” seru Albert dengan suara yang lantang dan penuh semangat.“Gadis cantik di sampingku ini adalah Chloe! Dia tunanganku dan dia juga yang telah menyelenggarakan pesta ini untuk kita semua.”Tanpa diminta oleh Albert, para tamu yang memenuhi ruang utama dari mansion Albert, bertepuk tangan dengan meriah.Sahabat-sahabat Chloe bersorak tak kalah hebohnya. Mereka meneriakkan namanya dan memuji gadis itu.Albert menarik tubuh Chloe agar merapat kepadanya, lalu dia mengecup bibir gadis cantik itu.“Kamu cantik sekali!” puji Albert sambil membelai lengan Chloe dengan mesra.Chloe tersenyum hambar.“Benarkah? Kalau kamu harus memilih antara aku dan Audrey, menurutmu, siapa yang paling cantik?”Albert tampak terkejut. Dia mengerutkan keningnya dan menatap Chloe lebih dalam lagi. Kedua tangannya diletakkan di atas pundak Chloe yang terbuka dan menggoda. Albert menyukai kelembutan kulit gadis itu. Ingin rasanya dia melabuhkan ciumannya di sa