Share

Tergoda Hasrat si Presdir Tampan
Tergoda Hasrat si Presdir Tampan
Author: Tri Afifah

Bab 1 ( Malam Yang Terlupakan)

"Siapa kau?" dengan sedikit kesadaran yang masih tersisa, Rangga mencoba untuk memahami situasi ini dan bertanya. Ia menyipitkan matanya, mencoba untuk memandang wajah wanita yang terlihat bergerak gelisah.

Rangga menggelengkan kepalanya berulang kali, berusaha untuk tetap sadar walaupun sebenarnya tubuhnya semakin terasa panas dan butuh sesuatu untuk menetralkan rasa panas dalam tubuhnya.

Saat dirinya ingin menggendong tubuh gadis yang berada di hadapannya ini, kulitnya terasa terbakar saat bersentuhan dengan kulit gadis itu.

Rangga menelan ludahnya berulang kali, mencoba menghilangkan rasa ngilu di bagian kepala dan tubuh bagian bawahnya.

"Ada yang salah!" ucap Rangga saat menggendong tubuh gadis yang Rangga rasakan begitu ringan.

Saat menidurkan gadis itu ke atas kasur, Rangga berusaha untuk melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Mungkin dengan berendam dengan air dingin, tubuhnya akan kembali seperti semula.

Namun saat akan melangkah, tangannya ditarik sehingga tubuhnya ambruk begitu saja, tepat berada di atas tubuh gadis yang digendongnya.

Rangga tak dapat menolak pesona gadis yang berada di bawah tubuhnya ini.

Ini salah.

Ya, Rangga tahu ada yang salah dan tidak beres di malam ini. Namun, hasratnya sebagai laki-laki normal telah dibangunkan. Ia kembali menatap gadis yang saat ini telah berada di bawah tubuhnya. Gadis itu terlihat begitu gelisah, bergerak tak menentu sehingga atasan blousenya terlihat berantakan dan menampilkan sesuatu yang begitu indah.

Rangga memijat kepalanya yang kembali terasa sakit. Sial!

Tak dapat menahan Hasratnya lebih lama lagi, Akhirnya Rangga menyerah dan langsung merapatkan diri, menyatukan bibir mereka sehingga keduanya bergumul dengan penuh sensasi yang begitu nikmat.

Rangga semakin menggila, Ia menuntut agar ciuman keduanya lebih dalam lagi.

Dalam kesadaran yang semakin menghilang, Rangga menatap wajah gadis itu.

Gadis itu semakin bergerak tak terkendali dan hal itu terlihat begitu seksi Dimata Rangga, terlebih rambut panjangnya yang terlihat acak-acakan menambah kesan yang sulit untuk diartikan.

Rangga menggelengkan kepalanya, bahkan ia sempat memukul wajahnya untuk menyadarkan diri. Namun, diantara akal dan Hasrat yang begitu menggebu. Ia tak mampu untuk menormalkan pikirannya lagi.

Dan tanpa dapat dicegah, keduanya kembali berciuman dengan baju yang sudah tak menempel pada tubuh keduanya. Bukan hanya sekedar ciuman atau pelukan, keduanya telah terbang bebas mengudara ke tempat yang tidak seharusnya mereka rasakan. Sebuah nikmat yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Kini keduanya telah berada dalam kenikmatan yang luar biasa dan tak dapat diucapkan dengan kata-kata.

"Apa-apaan ini!"

Suci menjerit saat mendapati dirinya telah satu tempat tidur bersama dengan seorang pria yang sudah dikenalnya.

"Kau? Apa yang kau lakukan di kamarku!"

Rangga tak kalah terkejutnya melihat ada sosok tubuh gadis yang saat ini duduk di ranjangnya, dengan tubuh yang hanya tertutup oleh selimut.

Rangga menatap dari samping, wajah gadis yang terlihat kebingungan itu. Seorang gadis yang biasa mengantarkan kopi untuk dirinya saat di kantor. Ya, dialah Suci, office girl di kantor Rangga.

Suci menatap ke bawah, menyadari semua pakaiannya telah tergeletak begitu saja. Bahkan pakaian dalamnya juga tak luput dari perhatiannya. Suci mengeratkan genggaman tangannya pada selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Sakit hati atas kejadian ini.

Rangga mengusap wajahnya berkali-kali, Mencoba untuk mengingat-ingat kejadian semalam.

Tidak ada yang mampu bersuara, baik Rangga maupun Suci sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Yang mereka ingat hanyalah sebuah ingatan samar-samar dan itu semua tidak menjelaskan apa-apa.

Tanpa sepatah katapun, Rangga bangkit dari tempat tidurnya dan berlalu meninggalkan Suci dan masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah Kepergian Rangga, Suci memungut baju dan langsung memakainya. Ia tidak ingin terlibat lagi dengan Pria yang terkenal dengan sikap sombongnya itu.

Air matanya menetes setiap kali ingin mengingat kejadian semalam, namun ingatannya tidak berfungsi dengan baik. Walaupun sebenarnya ia tidak mengerti apa dan kenapa ini bisa terjadi. Tetap saja, Ia merasa Rangga sudah bertindak terlalu jauh.

"Cepat keluar dari kamarku!" sentak Rangga saat melihat Suci yang masih berusaha untuk memakai celana Jeansnya. Mendengar itu, Suci bergegas untuk mempercepat gerakannya dan bergegas keluar dari kamar dengan jalan yang tertatih-tatih. Rangga tak memperdulikan ekspresi wajah Suci yang terlihat begitu sedih karena sikap kasarnya itu.

Saat tangan Rangga akan mengambil selimutnya untuk dibersihkan, kedua matanya menangkap sebuah bercak darah di kasurnya.

Rangga tidak bodoh, walaupun Ia tak pernah sekalipun melakukan hubungan intim dengan wanita lain, tapi ia tahu itu adalah darah keperawanan seorang wanita. Berarti dirinyalah orang pertama yang telah menghabiskan malam pertama dengan gadis itu?

Rangga segera menyambar kunci mobilnya. Ia rasa hal yang terjadi pagi ini merupakan suatu kesengajaan. Pasti ada orang-orang yang sengaja ingin menjebaknya bersama dengan gadis itu.

Sebelum sampai ke parkiran mobil, Rangga berusaha untuk menelepon seseorang. Namun, teleponnya tak diangkat. Hal itu menambah daftar panjang kecurigaan Rangga bahwa hal semalam bukanlah sesuatu yang tak sengaja, melainkan sebuah kesengajaan. Seseorang berusaha untuk menjebak dirinya dan akan menjelekkan nama baiknya.

Sampai di kantor, Rangga Kembali disibukkan dengan berbagai dokumen kerjanya yang telah menumpuk di atas meja kerja miliknya. Ia benar-benar merasa kesal, pada asistennya yang belum sampai ke kantor pagi ini.

Belum reda kekesalannya, suara ketukan pintu terdengar begitu menjengkelkan di telinganya. Belum sempat ia mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu masuk, Rangga dapat melihat sesosok tubuh wanita yang baru saja menemaninya tidur semalam telah memasuki ruangannya.

Dalam hati Suci juga tak ingin kembali bertemu dengan Rangga. Namun, hal itu tidak bisa ia lakukan karena, ini adalah tugasnya.

"Ini kopinya, pak." Kata Suci, meletakkan kopi panas itu di atas meja Rangga.

Suci sempat memandang wajah Rangga walau hanya sesaat. Pandangan pria itu sangatlah tajam dan seperti hendak memakannya hidup-hidup. Selesai meletakkan gelas berisi kopi itu, Suci berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar.

"Tunggu!"

Suci menghentikan langkahnya. Ia memilih tidak berbalik untuk menatap wajah Rangga. Ia belum siap untuk melihat wajah pria itu.

Rangga menarik tangan Suci, agar wanita itu bisa melihat langsung menghadap pada dirinya.

Saat berbalik, Suci dapat melihat raut wajah Rangga yang terlihat marah.

Merasa takut, Suci memutuskan untuk berjalan mundur untuk menghindari tatapan mata pria yang kini terlihat begitu menyeramkan. Rangga terus bergerak maju dan membuat Suci terus berjalan mundur, sampai ia tak dapat lagi bergerak karena tubuhnya telah terpojok ke tembok.

"Siapa…" Suci dapat melihat raut wajah Rangga kembali marah padanya. Rahang pria itu nampak mengeras. "Siapa orang yang menyuruhmu untuk tidur denganku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status