Happy Reading ♥️ Jangan lupa tinggalin jejak komentar ya🤩
"Itu masa lalu." Ucap pria bernama Restu yang masih menggenggam erat tangan Suci."Aku ingin memperbaiki diri dan mengajakmu untuk memulai lembaran baru, dengan ikatan pernikahan."Suci tersenyum masam menanggapi ucapan Restu. Dengan sisa kekuatan yang ia miliki, Suci menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Restu."Kau sudah tidak waras Restu! Sudah setahun kita tidak bersama, dan sekarang kau ingin-""Ikut denganku!"Suci dapat merasakan pergelangan tangannya sakit saat Restu menariknya dengan sangat cepat."Lepaskan aku!"Restu tidak mendengarkan ucapan Suci, pria itu nampak tak ingin dibantah dan terus menarik tubuh Suci agar mengikuti langkah kakinya.Suci terus berusaha untuk melepaskan cengkraman pergelangan tangannya dari Restu, namun tenaganya kalah kuat dan yang ia dapatkan hanyalah rasa sakit yang kian menjadi.Saat keduanya akan menyebrang jalan, sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan keduanya.Suci ingat mobil itu. Tapi, ia tidak ingin berharap bahwa ora
"Kalian sudah pulang?"tanya Rahayu, menatap bergantian wajah Rangga dan Suci yang telah kembali ke rumah.Rangga tidak menjawab, pria bertubuh tegap itu terus melangkahkan kakinya menuju ke arah anak tangga menuju ke kamarnya.Rahayu hanya menggeleng pasrah melihat tingkah laku putra semata wayangnya itu."Sudahlah, jangan diambil hati. Ayo, Ibu tunjukkan kamarmu."Suci tak lantas bergerak sedikitpun. Wanita itu diam menunduk dan tidak berani menatap wajah Rahayu."Ada apa?" Rahayu menyentuh lengan Suci."Maaf, Nyonya. Saya belum sempat mengambil baju dan-""Tidak masalah, Ibu sudah menyiapkan semua keperluanmu."Suci memaksakan senyumnya. Walaupun Rahayu adalah orang yang ramah dan baik padanya, tetap saja. Suci harus menjaga diri agar tidak terlalu terlena, kokarena bisa saja, Rangga berubah pikiran dan segera menceraikannya.Suci mengedipkan matanya berulang-ulang saat pertama kali masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan untuk dirinya.Dulu, memang dirinya pernah memiliki kamar ya
"Apa maksud Ibu?"Rangga menatap Ibunya yang nampak begitu menikmati sarapannya. Rangga sempat melirik sekilas ke arah Suci, wanita yang masih diam, belum menikmati makanan yang tersaji di depannya.Wanita itu tampak lebih baik dari kemarin. Mungkin, karena beberapa waktu Ia harus memikirkan bagaimana cara agar operasi Ayahnya bisa terlaksana.Atau…wanita ini akan memulai sebuah rencana agar Rangga tertarik padanya, pikir Rangga."Ibu malas jika harus mengulangi lagi pernyataan yang Ibu katakan. Yang jelas, pernikahanmu akan berlangsung dua hari lagi. Dan sekarang, antarkan Suci untuk bertemu dengan Ayahnya. Ini sudah tugasmu sebagai calon suaminya."Rangga memutar bola matanya seperti enggan untuk mengiyakan permintaan Ibunya itu.Tapi, jika ia tidak menyanggupi permintaan Ibunya, ia khawatir kebohongannya akan terbongkar, perihal surat perjanjian kontrak yang telah ditandatangani oleh Suci."Makan atau aku tinggal." Tegas Rangga saat menatap wajah Suci. Wanita itu segera mengambil sen
"Merepotkan sekali! Cari tahu, semua data tentang orang yang bernama Restu itu!" Ucap Rangga, lalu kembali ke kursi kerjanya. Anton hanya mengangguk mengiyakan dan segera keluar dari ruangan Rangga. Meninggalkan pria yang nampak tengah dalam keadaan marah.Rangga sendiri sebenarnya tidak terlalu khawatir dengan keadaan masalah yang baru saja dikatakan oleh Anton. Hanya saja, pikirannya tiba-tiba saja teringat akan ucapan ibunya yang mengatakan bahwa pernikahannya akan dilaksanakan dua hari lagi.Akan ada banyak pasang mata yang akan mengawasi Suci, sebagai istrinya. Ia harus memastikan bahwa Suci dapat dikendalikan dan tidak merusak rencananya saat bertemu dengan investor asing yang akan menyetujui rencana pengembangan usahanya jika ia sudah memiliki istri.Egois memang cara pikir Rangga. Tapi, baginya setiap hal di dunia ini tidak ada yang gratis. Ia sudah melakukan apa yang diinginkan Suci, yaitu kesembuhan Ayahnya. Jadi, sebagai tokoh utama dalam menjalankan rencana ini. Tak ada sa
Rangga mengusap-usap wajahnya berulang kali sambil memandangi isi lemari Suci. Ia bingung harus memilih baju yang pantas dipakai oleh wanita itu. Sampai akhirnya pilihannya jatuh pada baju tidur lengan pendek selutut berwarna hitam.Sambil terus mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya, ia kembali ke kamarnya dan memberikan pakaian tersebut pada Suci yang masih setia bersembunyi di balik pintu kamar mandi."Keluar!" perintah Rangga yang sudah mulai hilang kesabaran karena tubuh Suci tak juga muncul setelah bermenit-menit pasca Rangga menunggu setelah memberikan pakaian tersebut.Selang beberapa saat kemudian, Rangga dapat melihat pintu kamar mandi terbuka lebar dan Suci terlihat menampakkan dirinya."Kenapa lama se-" Rangga menatap dingin wanita yang terlihat memakai baju yang dipilihkan olehnya. Pakaian hitam pilihannya itu terlihat begitu indah dipakai oleh Suci yang notabene memiliki warna kulit yang putih.Rangga berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa terpesonanya pada wa
"Iya, maaf." Mendapati tangannya masih berada dalam genggaman Rangga, Suci berusaha untuk melepaskan diri. Namun, sepertinya Rangga sengaja tidak melepaskan genggaman tangannya pada Suci.Dengan perasaan serba salah, Suci berusaha mengangkat kepalanya dan menatap wajah suaminya itu.Suci dapat merasakan tatapan mata Rangga menyipit Seperti ingin memangsa dirinya."Apa semalam kau berusaha untuk menggodaku?""Hah?""Sudahlah, lupakan saja. Sekarang bersiap-siaplah untuk ikut aku ke kantor. Aku akan memperkenalkan dirimu sebagai istriku pada karyawanku."Baru akan melangkahkan kakinya,Suci menarik ujung jas bagian belakang Rangga. Sehingga membuat pria itu kembali berbalik dan menatapnya bingung."Saya tidak ingin anda malu. Lebih baik, kita rahasiakan–""Wajahmu sudah terpampang jelas di berbagai media elektronik maupun cetak. Jadi, bersiaplah untuk hal baru ini. Aku tunggu dua puluh menit dari sekarang."Suci masih diam di depan cermin. Ia memperhatikan seluruh tubuh dan wajahnya dala
Sejak ucapan Rangga yang mengatakan tidak peduli dengan masa lalu Suci, keduanya tampak diam menunggu kedatangan Anton untuk memastikan masalah dengan Restu telah diselesaikan dengan baik.Suci memilih untuk duduk di Sofa single yang berada di dekat jendela. Sedangkan Rangga hanya berdiri bersandar pada dinding, mengamati Suci yang terlihat sibuk dengan layar ponselnya."Siapa yang kau hubungi?"Mendengar pertanyaan seperti itu, Suci segera menoleh ke arah Rangga. Ia dapat melihat raut wajah Rangga terlihat begitu mengintimidasi dirinya."Teman." Jawab Suci singkat, lalu kembali menatap ke layar ponselnya.Rangga merasa tidak senang dengan perlakuan cuek yang dilakukan oleh Suci. Seorang Rangga Ramadhan diperlakukan seperti ini, sangatlah tidak mungkin. Sedangkan diluaran sana, banyak wanita yang mengantri ingin sekali menjadi istrinya.Rangga Kembali menatap ke arah Suci. Entah mengapa, ia kesal dengan sikap Suci yang seperti itu.Saat akan menghampiri Suci, pintu ruangan terbuka dan
"Ugh…"Suci yang perlahan pulih kesadarannya, merasakan sakit di bagian kepala. Tubuhnya juga merasa begitu tak bertenaga sekali. Ia membutuhkan waktu beberapa detik untuk membuka kedua mata,saat cahaya memasuki indera penglihatannya."Kau sudah sadar?"Suci mencari sumber suara itu. Lalu, ia melihat sosok pria yang sangat dikenalnya Sedang duduk di kursi menghadap langsung pada dirinya.Suci tak langsung menjawab, ia memperhatikan seluruh ruangan yang memiliki corak warna putih itu."Pak, saya…""Kau pingsan dan aku membawamu ke rumah sakit." Ucap Rangga berbohong. Ia tidak ingin Suci mengetahui bahwa Restu yang telah menolongnya membawa ke rumah sakit.Suci tersenyum getir mendapati dirinya telah begitu banyak merepotkan Rangga. Seharusnya ia tidak memaksakan diri untuk berkunjung ke rumah Ayahnya jika tahu kejadiannya akan seperti ini.Tapi, Suci benar-benar tidak tahu. Kenapa semua persendian tubuhnya terasa begitu berat untuk digerakkan terlebih saat dirinya merasakan ada doronga