Share

Bab 5 ( Tawaran Menikah)

"Apa benar, saat ini kau mengandung anakku?"

Suci menahan nafasnya. Pertanyaan Rangga tidak pernah terlintas dipikiran Suci. Pria itu terlampau jujur dan tidak bertele-tele.

"Ti-tidak, Pak." Jawab Suci. Bola matanya terlihat bergerak gelisah, hal itu dapat ditangkap oleh kedua mata Rangga. Pria itu tidak berkomentar, Ia memandangi wajah di hadapannya itu, mencari nada kebohongan yang bisa saja Suci ucapkan.

Hening.

Tidak ada yang bersuara, keduanya sedang dalam pikiran masing-masing. Hal itu membuat Suci harus kembali bersyukur, untung saja Ia tidak benar-benar mengandung anak Rangga. Jika saja hal itu terjadi, mungkin Ia akan mendapatkan teror dari pria ini.

"Maaf Pak, jika tidak ada yang ingin bapak katakan lagi, saya harus pergi ke rumah sakit."

Rangga hanya diam saja sambil terus menatap wajah Suci. Wajah pria yang terlihat tampan itu kembali mengeras.

"Jangan mencoba bermain api denganku!"

Suci mundur selangkah menjauh dari jangkauan Rangga. Ia tidak ingin berada di dekat pria yang tampak dingin dan tak bersahabat itu. Entah takdir apa yang membuat keduanya harus bertemu dalam keadaan seperti ini. Tapi, Suci tidak pernah sekalipun menyangka bahwa dirinya harus terlibat hal seperti ini dengan mantan Bosnya itu.

Suci memalingkan wajahnya ke arah lain, Ia tak ingin menjadi bahan tatapan mata Rangga yang seakan-akan sedang menguliti dirinya.

Setelah puas memberikan sebuah isyarat peringatan pada Suci, Rangga memutuskan untuk pergi meninggalkan wanita itu yang masih terlihat terkejut dengan kedatangannya.

Suci menghela nafas lega saat melihat tubuh Rangga yang semakin jauh meninggalkan rumah. Suci merasa tubuhnya lemas dan ia memutuskan untuk duduk di kursi terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah sakit. Ia butuh waktu untuk memenangkan dirinya.

Dalam perjalanan menuju ke arah kantor, Rangga dikejutkan dengan kabar Ibunya yang saat ini dilarikan ke Rumah Sakit. Bayangan masa lalunya yang kelam saat kematian Ayahnya membuat hati Rangga begitu gelisah. Ia tidak ingin waktu itu terulang kembali dan membuat luka hati yang sedikit terobati itu kembali terbuka lagi.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Rangga saat Melihat Anton berada di ruangan tempat Ibunya dirawat.

"Kata dokter, sudah stabil dan hanya perlu menunggu beliau kembali untuk sadar. Tapi Pak,.." Anton nampak ragu untuk mengatakannya.

Kedua alis Rangga bertemu, mengekspresikan perasaan tak senangnya karena Anton tak meneruskan perkataannya.

Merasa dipelototi, Anton berdehem beberapa kali untuk bisa mencairkan suasana.

"Ibu anda, menitipkan pesan agar anda cepat bertanggung jawab atas perbuatan yang anda lakukan pada Suci."

"Tidak ada yang perlu dipertanggung jawabkan!"

***

"Ta-tapi, uang saya belum cukup untuk membiayai operasi…"

"Itu bukan urusan kami, karena masih banyak lagi pernyataan seperti itu setiap harinya." Ucap seorang wanita yang berada di balik kaca ruang administrasi Rumah Sakit.

Suci hanya dapat tersenyum masam mendapati pernyataan wanita itu.

"Tolong mundur, karena masih banyak orang yang akan membayar." Ucap seorang pria yang berada di samping wanita itu.

Ya, yang dikatakan mereka benar adanya. Di Belakang tubuh Suci, ada banyak orang yang sedang mengantri untuk menyelesaikan biaya administrasi. Suci menghembuskan nafas berat, entah kepada siapa lagi dirinya harus memohon agar bisa mendapatkan uang untuk Opera Ayahnya.

Suci sudah berusaha untuk meminjam ke sanak saudara dari ayah dan ibunya, tapi mereka semua tutup mata untuk masalah ini. Tega sekali mereka, padahal saat mereka kesusahan. Ayah adalah orang yang selalu berdiri di garda terdepan dalam membantu keuangan mereka. Menyedihkan sekali.

Suci terus berjalan di koridor rumah sakit tanpa memperhatikan kondisi koridor yang ramai.

Kejadiannya begitu cepat, membuat Suci sangat kaget saat dirinya merasa ada tangan kokoh yang menarik dirinya ke sisi bagian sisi kiri, belum sempat melihat siapa pemilik tangan itu. Suci melihat beberapa perawat sedang mendorong brankar pasien yang terlihat tergolek lemah dengan kepala yang mengeluarkan darah.

"Apa kau tidak bisa melihat itu semua?"

Suci menoleh ke arah orang yang saat ini berbicara dengannya. Dadanya masih bergemuruh, antara kaget dan merasa takut melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya.

"P-pak Rangga?" belum reda rasa keterkejutannya, kini Suci harus kembali melihat Rangga yang berdiri tepat di hadapannya. Ternyata, orang yang menarik tangannya adalah Rangga. Mata Rangga menjadi gelap saat menyadari bahwa orang yang ditolongnya tak lain adalah Suci.

Suci menundukkan kepalanya, Ia merasa tak kuat jika terus ditatap seperti itu. Rangga menatapnya bagaikan ulat bulu yang harus disingkirkan dari kehidupannya.

Rangga tidak mengatakan apa-apa lagi. Suci dapat melihat pria dingin itu pergi meninggalkan dirinya.

Jantung Suci mulai berdebar kencang saat kembali mengingat kejadian tadi. Memang itu hanya sebatas pertolongan biasa, tapi entah mengapa rasanya hatinya mendingin mengingat sifat Rangga yang begitu dingin.

Mengingat banyaknya hal yang akhir-akhir ini terjadi, Rangga berusaha untuk tetap bersikap tenang. Ia tidak bisa dengan cepat mengiyakan permintaan Ibunya. Soal Suci, Rangga berkesimpulan bahwa wanita itu tidak terlibat dalam rencana Ibunya. Rangga yakin, karena sampai detik ini, wanita itu masih bertahan sendirian dalam kesusahan yang sedang ia alami.

Rangga tidak bodoh, Ia memutuskan untuk mencari informasi soal kehidupan Suci dengan menyuruh anak buahnya untuk mengorek keterangan kehidupan wanita itu. Apabila Ibunya memaksanya untuk menikahi Suci, itu hanyalah sebuah akal-akalan Ibunya saja agar dirinya cepat menikah. Walaupun sebenarnya Rangga tahu, Ibunya melakukan itu semua karena merasa hidupnya sebagai seorang Ibu tak akan lama lagi.

"Tapi, untuk mendapatkan hati klien ini. Anda harus memiliki seorang istri." Ucap Anton saat keduanya telah berada di kantor. Pekerjaan Rangga hampir terbengkalai saat meninggalkan kantor untuk menjaga Ibunya yang dirawat tiga hari di rumah sakit. Dan setelah Ibunya kembali sehat, Rangga kembali menjalani hari-harinya di kantor seperti biasanya.

Sudut bibir Rangga berkedut, Ia menatap tajam wajah Anton yang saat ini berada di hadapannya dengan sebuah File dokumen masih berada di genggamannya.

"Terlebih, Video anda sudah tersebar di internet."

"Video?" Rangga menyambar ponsel yang tergeletak di atas meja. Lalu mencari kabar berita populer hari ini.

Benar saja, Videonya bersama dengan Suci telah menjadi trending topik pembicaraan di berbagai media elektronik.

Tanpa disuruh, Anton kembali menerangkan situasi yang saat ini sedang terjadi. Terutama masalah video yang berimbas pada Kantor.

Klien yang tidak ingin bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki skandal terutama dengan wanita, menginginkan agar Rangga terlebih dahulu menikah sebelum keduanya menjalin kerjasama dengan pihak terkait.

Rangga tidak merespon ucapan Anton, kepalanya sibuk dengan pemikiran tentang siapa yang berani bermain-main dengan dirinya. Terlebih, sampai menyebarkan video tersebut. Rangga harus mencari, siapa dalang dibalik ini semua.

"Tanda tangani surat perjanjian itu, dan masalahmu akan selesai." Rangga menatap wajah pucat Suci yang terlihat begitu berantakan. Terakhir bertemu dengan wanita itu, Ia merasa Suci masih terlihat baik-baik saja.

"Kontrak Pernikahan?" Suci dapat melihat raut wajah Rangga terlihat masih saja tidak bersahabat.

"Tanda tangani surat itu dan Ayahmu akan dioperasi."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status