Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Wanita itu membuka kedua matanya secara spontan ketika sebuah tangan besar tiba-tiba saja meraba tubuhnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah seorang pria tampan yang kini berada dalam posisi menindih tubuhnya. Wanita itu spontan membelalakkan mata. Kedua tangannya refleks mendorong tubuh pria itu lalu menamparnya. Plakk! Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kirinya. Lelaki itu terkejut bukan main. Ia terdiam sesaat dengan otak yang masih berusaha memproses setiap kejadian yang baru saja dia alami. "Brengsek! Apa yang kau lakukan!" pekik Carla dengan wajah kesal. Dengan segera, dia bangun dan duduk sambil membenahi pakaiannya yang tampak berantakan. Namun begitu menunduk, ia mendapati hal yang terasa ganjil. A-apa ini? Kenapa aku berpakaian seperti ini? pikir Carla. "Shh... Menurutmu apa yang aku lakukan? Tentu saja aku ingin memilikimu. Berhentilah memberontak, dan jadilah milikku!" Lelaki itu kembali mendekatkan tubuhnya ke arah Carla. Karena kaget, Carla tanpa sadar mendorong
"ARGHH! DARWIN!" Enrique berteriak penuh amarah. Memanggil lelaki yang menjadi orang kepercayaannya untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Darwin yang menjadi tangan kanan atau orang kepercayaannyaitu bergegas melangkah masuk bersama anak buahnya. Wajah mereka tampak panik. Terlebih saat mereka sadar suara teriakan dari tuannya merupakan bukanlah sebuah pertanda baik. Dalam artian, telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di dalam sana. Begitu tiba di dalam kamar, Darwin mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berusaha mencari Enrique dan Carla yang semula mereka tinggalkan berdua di dalam sana. "Tuan..." Wajah mereka kian berubah cemas begitu menyadari tuannya itu hanya seorang diri di dalam sana dengan keadaan berdiri di dekat jendela. "DIA MELARIKAN DIRI! CEPAT CARI DAN TANGKAP DIA BAGAIMANAPUN CARANYA!" pekiknya penuh emosi. Mendengar hal itu spontan membuat Darwin dan anak buahnya panik. Segera mereka berlari keluar kamar setelah mendengar Enrique memberitahukan kalau Carla be
Kedua wanita itu terus berjalan, kedua mata mereka sejak tadi tidak bisa berhenti menatap sekeliling. Sementara ekspresi wajah mereka sama sekali tidak bisa tenang. Keduanya terlihat tegang dan cemas. Mereka tidak akan pernah bisa merasa tenang sebelum mereka menemukan wanita yang saat ini sedang mereka cari. Wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah tunangan dari tuan mereka yang beberapa saat yang lalu tidak sengaja terpisah akibat kekacauan yang terjadi di pasar. Sekarang mereka harus bersusah payah mencari, dan menemukannya sebelum masalah lain timbul. "Apa yang harus kita lakukan Hélie? Kalau tuan sampai tahu kita kehilangan tuan putri, bisa-bisa kita dimarahi habis-habisan." Susan terus melangkah di samping wanita berpakaian ksatria itu. Ekspresi di wajahnya masih sama cemasnya seperti beberapa saat yang lalu. Sudah kesana-kemari mereka mencari, dan sialnya hasil pencarian mereka sama sekali nihil. Mereka tidak bisa mendapatkan hasil yang mereka inginkan, dan wanita yang mere
Carla terus berlari hingga akhirnya keluar dari pasar. Napasnya terengah-engah dan dia benar-benar merasa begitu kelelahan. Sayangnya tidak ada waktu untuk berhenti karena dia harus terus berlari agar bisa lolos dari mereka semula. Begitu dirinya tersadar, Carla baru sadar bahwa dia telah tersesat di antara gang gelap yang kumuh nan kotor. Gang yang posisinya berada jauh dari keramaian sekaligus tempat yang jauh dari area pasar. Wanita itu sejenak berhenti guna mengatur napasnya yang tersengal sekaligus memastikan sesuatu. Dia harus memastikan bahwa Enrique dan anak buahnya tidak lagi mengejarnya. "A-aku benar-benar tidak mengerti. Siapa mereka semua, dan kenapa mereka bisa tiba-tiba menculik lalu mengejarku? Ini benar-benar aneh. Padahal aku sama sekali tidak mengenal mereka. Dan apa ini? Baju aneh macam apa yang mereka pakaikan padaku? Kenapa mereka memasangkan baju yang menyusahkanku untuk bergerak seperti ini?" Carla menatap pakaian yang dikenakannya. Benar-benar pakaian yang bahk
Ketemu! Cruz membuka kedua matanya begitu akhirnya dia bisa melacak keberadaan Carla dengan kemampuan yang dimilikinya. Lelaki itu lantas memacu laju kudanya, mengarahkan kudanya ke tempat di mana posisi wanita yang menjadi tunangannya itu berada. Cruz sebisa mungkin pergi dengan menggunakan jalan pintas. Tak lama setelah usahanya melewati jalan tikus, akhirnya Cruz bisa melihat Carla yang kini sedang digendong oleh Enrique yang berusaha membawa wanitanya itu perg. Cruz juga bisa melihat Carla yang sebisa mungkin berjuang untuk meloloskan diri. Wanita itu bahkan terus meronta guna melawannya. Cruz yang melihat itu seketika berubah kesal. Lelaki itu mencengkram erat tali yang menjadi kendali untuk kudanya lalu memacu kudanya lebih cepat menuju arahnya. Dia tidak mungkin bisa membiarkan ada pria lain yang menyentuh wanitanya. Tidak sedikitpun, walau hanya sehelai rambutnya. Cruz juga akan melakukan apapun untuk menghancurkan siapapun yang berani menyentuhnya. Terlebih, kalau dia melakuka
"Turunkan aku!" Carla memberontak. Jujur saja dia merasa sangat asing dengan tempat yang di maksud Cruz sebagai rumahnya itu. Lagipula sejak kapan rumah sebagus dan semewah itu menjadi rumahnya? Carla rasa itu semua tidak masuk akal sama sekali. "Kalau kau terus memberontak, kau bisa jatuh." "Kalau begitu cepat turunkan aku!" ujarnya lagi. Cruz menghela napas dalam. Ia tidak mendengarkan ucapannya dan terus membawa Carla hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu yang kemudian dia dorong dengan tubuhnya lalu membawa Carla masuk. Wanita itu kian panik saat sadar ruangan yang mereka masuki ternyata adalah sebuah kamar berukuran super besar dengan ranjang yang juga tidak kalah besarnya. "Kenapa kau membawaku kemari?!" teriaknya. Cruz hanya diam tanpa menjawab. Ia membawa Carla menuju sofa dan mendudukkannya di sana. Begitu berhasil bebas dari Cruz, Carla segera bangkit dan menjauh dari Cruz dengan raut wajah kesal, namun Cruz punya refleks yang lebih cepat. Dalam satu gerkan, le
Ini bukan tubuhku. Tapi kenapa aku bisa tiba-tiba berada di tubuh wanita ini? Apa yang terjadi? Okay, Carla. Tenang... Jangan panik. Pertama, aku harus memperjelas situasinya terlebih dulu, dengan begitu aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi... Carla mengatur napasnya, berusaha untuk menenangkan diri yang semula panik bukan main. "Carla!" Cruz menyadarkannya dari lamunan. Wanita itu melirik Cruz dan beradu tatap dengannya lewat cermin. Dari cermin itu, dirinya bisa dengan sangat jelas melihat pria itu berdiri di sampingnya sambil menatapnya. Menyadari hal itu, Carla lantas berbalik ke arahnya. "Katakan sekali lagi!" ujar Carla, yang seketika membuat Cruz kebingungan dengan kalimatnya. Carla mendekatkan tubuhnya sambil kembali berujar. "Katakan sekali lagi! Panggil namaku." "Carla, kau benar-benar bersikap aneh. Cepat katakan apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh si berengsek itu padamu? Akan aku berikan dia pelajaran karena sudah membuat tunanganku bersikap aneh begini?