Carla terus berlari hingga akhirnya keluar dari pasar. Napasnya terengah-engah dan dia benar-benar merasa begitu kelelahan. Sayangnya tidak ada waktu untuk berhenti karena dia harus terus berlari agar bisa lolos dari mereka semula. Begitu dirinya tersadar, Carla baru sadar bahwa dia telah tersesat di antara gang gelap yang kumuh nan kotor. Gang yang posisinya berada jauh dari keramaian sekaligus tempat yang jauh dari area pasar. Wanita itu sejenak berhenti guna mengatur napasnya yang tersengal sekaligus memastikan sesuatu. Dia harus memastikan bahwa Enrique dan anak buahnya tidak lagi mengejarnya.
"A-aku benar-benar tidak mengerti. Siapa mereka semua, dan kenapa mereka bisa tiba-tiba menculik lalu mengejarku? Ini benar-benar aneh. Padahal aku sama sekali tidak mengenal mereka. Dan apa ini? Baju aneh macam apa yang mereka pakaikan padaku? Kenapa mereka memasangkan baju yang menyusahkanku untuk bergerak seperti ini?" Carla menatap pakaian yang dikenakannya. Benar-benar pakaian yang bahkan membuatnya kesulitan untuk bergerak, sekalipun untuk bernapas juga terasa begitu sulit. Carla sungguh tidak mengerti apakah lelaki yang berusaha melecehkannya tadi memeliki fetish atau semacamnya. Tapi yang menjadi perhatiannya adalah banyaknya kejadian ganjil yang dia alami. Tiba-tiba terbangun di kamar yang asing dengan pria yang berusaha memperkosanya, dan Crystal yang mendadak hilang entah kemana. Wanita yang menjadi sahabatnya itu seolah lenyap di telan bumi begitu saja.
Untuk sesaat Carla berusaha untuk tidak memikirkan semua itu, yang terpenting sekarang adalah mencari tempat yang aman dari kejaran Enrique dan anak buahnya, setelah itu baru dia akan menelusuri kembali apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya. Carla kembali melanjutkan perjalanan, melangkah secara perlahan-lahan sambil masih berusaha mengumpulkan tenaganya yang terkuras cukup banyak akibat pelariannya tadi. Belum sempat Carla menemukan jalan keluar, mendadak telinganya mendengar suara teriakan dari arah belakang. Begitu menoleh, Carla melihat Darwin dan anak buahnya yang kini berlari ke arahnya. Menyadari hal itu, Carla panik. dia mengumpat dalam hatinya dan mulai kembali berlari dengan tanpa arah. Sesekali wanita itu menoleh guna memastikan apakah mereka masih mengejarnya atau tidak. Sampai kemudian langkahnya membawa Carla keluar dari dalam gang itu.
Carla baru saja senang karena akhirnya dia bisa menemukan jalan keluar dari dalam gang tadi, tapi mendadak rasa senangnya sirna bergantikan rasa panik yang semakin besar begitu perhatiannya di sita oleh suara seekor kuda yang bergerak menuju arahnya dan berhenti tepat di hadapannya. Carla yang melihat itu secara spontan berhenti. Wanita itu mendongakkan kepala, dan dia bisa melihat Enrique yang kini terduduk di atas kudanya. Sementara itu, dari arah belakang Darwin dan kedua anak buahnya terus mendekat. Semakin mendekat hingga akhirnya membuat Carla terpojok sampai tidak bisa berbuat banyak untuk meloloskan diri. Dirinya kini terkepung di antara mereka.
"Sudah aku katakan, kau tidak akan bisa lari!" ujar Enrique sambil tersenyum ke arahnya. Lelaki itu perlahan beranjak turun dari kudanya lalu mendekat ke arah Carla, membuat wanita itu semakin panik. "Ikutlah denganku, dan aku berjanji aku tidak akan melukaimu."
"Tidak! Aku tidak akan mungkin ikut denganmu?!" Carla menatap pria itu dengan penuh emosi.
"Kau keras kepala juga rupanya. Tapi aku tetap menyukaimu, justru bagiku kau jadi lebih menantang, dan aku jadi lebih ingin memilikimu sepenuhnya." Enrique mengeluarkan smirknya. Alih-alih kesal atau merasa jengkel dengan sikap Carla yang terus melawannya, Enrique justru semakin tertarik pada Carla, dia jadi semakin berambisi untuk mendapatkan wanita itu.
Sial. Mereka benar-benar membuatku terpojok. Kalau seperti ini, tidak ada pilihan lain. Aku harus menggunakan kemampuan beladiriku, pikir Carla. Bergegas wanita yang kini berbalutkan gaun itu memasang kuda-kuda dengan tangan yang terkepal. Mempersiapkan diri untuk menyerak Enrique yang kini berada dihadapannya. Enrique yang menyaksikan hal itu justru bukannya takut. Lelaki itu malah terkekeh karena di matanya, ekspresi dan gaya yang di buat oleh Carla itu tampak begitu imut. "Hahaha... apa yang kau lakukan? Apakah kau ingin berusaha melawanku? Kau tidak akan bisa melakukannya. Apalagi dengan gaya seimut itu."
"MEMANGNYA KAU PIKIR AKU LEMAH? DENGAR, YA. AKU ADALAH ATLET BELADIRI TERHEBAT YANG PERNAH ADA! JADI AKU PERINGATKAN PADA KALIAN! JANGAN BERANI KALIAN MENDEKAT, ATAU AKU AKAN MENGAHANCURKAN DAN MEMATAHKAN TULANG KALIAN SATU PERSATU!" teriak Carla dengan penuh rasa percaya diri. Wanita itu memasang wajah segarang mungkin guna menakut-nakuti mereka. Sialnya lagi-lagi ancamannya hanya di tanggapi kekehan dari mereka yang justru semakin kencang.
"Berhenti bermain-main, dan ikuti denganku!" kata Enrique yang mendadak mengubah air mukanya serius. Dia mulai jengkel dengan Carla yang terus menerus ingin bermain-main dengannya. Pria itu mendekat dan langsung mencengkram pergelangan tangannya, menarik Carla. Tapi Carla yang menyadari hal itu langsung bergerak menyerangnya, memutar tangannya hingga membuat posisinya berbalik. Kini justru Carla yang memegangi tangan Enrique. Lalu dengan posisi memunggungi lelaki itu dengan tangan di genggamnya, Carla berusaha untuk menarik tubuh pria itu ke depan dan membanting tubuhnya seperti latihan beladiri yang selama ini dia pelajari. Carla mendadak berhenti ketika entah kenapa dia merasa kehilangan tenaganya. Pelatihannya selama ini tidak berguna karena usaha Carla bahkan tidak berhasil membuat lelaki itu jatuh. Carla melongo begitu sadar usahanya tidak berhasil seperti yang dia bayangkan. Sial! Kenapa ini tidak berhasil? Padahal biasanya aku bisa melakukan ini dalam satu kali percobaan?
Carla yang tadinya begitu percaya diri seketika kembali panik. Entah kenapa sulit rasanya menjatuhkan Enrique padahal biasanya Carla bisa melakukan teknik bantingan itu lebih baik daripada siapapun. Dia tidak mengerti kenapa tubuhnya bisa mendadak berubah selemah sekarang. Carla bahkan berulanga kali mencoba menarik-narik tangan lelaki itu, berharap dalam percobaan berikutnya berhasil. Namun hasilnya ternyata tetap sama. Nihil. Tubuhnya sungguh lemah.
Enrique menghela napas pelan, dia kemudian terkekeh geli begitu menyadari Carla sedang melakukan hal yang sungguh konyol. Enrique jadi punya ide untuk bisa menangkap tubuh mungil wanita itu. "Jadi kau ingin aku memelukmu dari belakang seperti ini? Kenapa kau tidak bilang saja dari awal, aku akan memberikannya dengan senang hati"
Enrique langsung memeluk pinggang rampingnya erat, membuat Carla tersentak kaget. Wanita itu refleks meronta dengan sekuat tenaga, berusaha melepaskan pelukan Enrique yang begitu erat pada tubuhnya. "Sialan kau. Lepaskan aku, dasar kau bajingan!" umpatnya penuh kesal. Dia terus meronta sambil memaki lelaki itu.
"Kenapa kau malah memberontak? Bukankah ini yang kau inginkan?"
"Tidak, lepaskan. Arghh!" Carla tersentak. Dalam satu gerakan Enrique mengangkat tubuhnya, dan membawanya menuju arah dimana kuda tadi berada. Lelaki itu hendak membawanya pergi secara paksa dengan posisi mereka yang seperti ini. "Turunkan aku dasar berengsek!"
"Sekali lagi kau mengumpat seperti rakyat jelata, akan aku bungkam mulutmu dengan bibirku!" ancam Enrique yang terus membawa tubuhnya.
"Hmph! Dasar sialan!" Carla membekap mulutnya sendiri. Ancaman lelaki itu sungguh membuatnya resah. Walaupun Enrique sudah mengancamnya dan memintanya untuk tetap diam, tapi wanita itu masih terus meronta berharap bisa lepas. Sial baginya, tenaga yang Carla miliki tidak cukup untuk melawan Enrique yang memiliki tenaga yang lebih kuat darinya. Sial... dia terlalu kuat, tenagaku tidak cukup untuk melawannya. Sekarang apa yang harus aku lakukan agar aku bisa meloloskan diri? Pikirkan sesuatu Carla!
***
Ketemu! Cruz membuka kedua matanya begitu akhirnya dia bisa melacak keberadaan Carla dengan kemampuan yang dimilikinya. Lelaki itu lantas memacu laju kudanya, mengarahkan kudanya ke tempat di mana posisi wanita yang menjadi tunangannya itu berada. Cruz sebisa mungkin pergi dengan menggunakan jalan pintas. Tak lama setelah usahanya melewati jalan tikus, akhirnya Cruz bisa melihat Carla yang kini sedang digendong oleh Enrique yang berusaha membawa wanitanya itu perg. Cruz juga bisa melihat Carla yang sebisa mungkin berjuang untuk meloloskan diri. Wanita itu bahkan terus meronta guna melawannya. Cruz yang melihat itu seketika berubah kesal. Lelaki itu mencengkram erat tali yang menjadi kendali untuk kudanya lalu memacu kudanya lebih cepat menuju arahnya. Dia tidak mungkin bisa membiarkan ada pria lain yang menyentuh wanitanya. Tidak sedikitpun, walau hanya sehelai rambutnya. Cruz juga akan melakukan apapun untuk menghancurkan siapapun yang berani menyentuhnya. Terlebih, kalau dia melakuka
"Turunkan aku!" Carla memberontak. Jujur saja dia merasa sangat asing dengan tempat yang di maksud Cruz sebagai rumahnya itu. Lagipula sejak kapan rumah sebagus dan semewah itu menjadi rumahnya? Carla rasa itu semua tidak masuk akal sama sekali. "Kalau kau terus memberontak, kau bisa jatuh." "Kalau begitu cepat turunkan aku!" ujarnya lagi. Cruz menghela napas dalam. Ia tidak mendengarkan ucapannya dan terus membawa Carla hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu yang kemudian dia dorong dengan tubuhnya lalu membawa Carla masuk. Wanita itu kian panik saat sadar ruangan yang mereka masuki ternyata adalah sebuah kamar berukuran super besar dengan ranjang yang juga tidak kalah besarnya. "Kenapa kau membawaku kemari?!" teriaknya. Cruz hanya diam tanpa menjawab. Ia membawa Carla menuju sofa dan mendudukkannya di sana. Begitu berhasil bebas dari Cruz, Carla segera bangkit dan menjauh dari Cruz dengan raut wajah kesal, namun Cruz punya refleks yang lebih cepat. Dalam satu gerkan, le
Ini bukan tubuhku. Tapi kenapa aku bisa tiba-tiba berada di tubuh wanita ini? Apa yang terjadi? Okay, Carla. Tenang... Jangan panik. Pertama, aku harus memperjelas situasinya terlebih dulu, dengan begitu aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi... Carla mengatur napasnya, berusaha untuk menenangkan diri yang semula panik bukan main. "Carla!" Cruz menyadarkannya dari lamunan. Wanita itu melirik Cruz dan beradu tatap dengannya lewat cermin. Dari cermin itu, dirinya bisa dengan sangat jelas melihat pria itu berdiri di sampingnya sambil menatapnya. Menyadari hal itu, Carla lantas berbalik ke arahnya. "Katakan sekali lagi!" ujar Carla, yang seketika membuat Cruz kebingungan dengan kalimatnya. Carla mendekatkan tubuhnya sambil kembali berujar. "Katakan sekali lagi! Panggil namaku." "Carla, kau benar-benar bersikap aneh. Cepat katakan apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh si berengsek itu padamu? Akan aku berikan dia pelajaran karena sudah membuat tunanganku bersikap aneh begini?
"Aku akan melepaskannya seperti yang kau ingin kan, tapi kau bisa keluar sebentar, kan? Aku akan menggantinya segera," tuturnya dengan panik. Tubuhnya bahkan sampai gemetar. Sama gemetarnya dengan suara yang keluar dari mulutnya. Perlahan Cruz melunak. Pria itu melepaskan cengkraman tangannya dari Carla lalu bergerak mundur, memberikan ruang untuknya bergerak. "Akan aku panggilkan maid untuk membantumu," katanya. Cruz beranjak dari tempatnya, menarik pintu itu lantas melangkah pergi meninggalkan Carla yang masih berusaha menenangkan diri di dalam kamarnya. Carla termangu, dia kini di buat bingung dengan kalimat yang dituturkan Cruz barusan. "Apa maksud dari perkataannya? Maid?" Carla mengedikan bahu, berusaha menghiarukan kalimatnya. Sekarang yang terpenting baginya adalah pria itu telah meninggalkannya, dan sekarang dia merasa aman. Dengan segera setelah Cruz pergi, Carla menutup pintu dan berjalan menghampiri sofa yang sama yang tadi mereka duduki. Dia duduk terhenyak, berusaha me
Carla menghela napas panjang. Ia membuka lemari pakaian yang ada di dalam kamarnya. Begitu pintu itu terbuka dan dirinya melangkah masuk, Carla bisa melihat ruangan yang di buat khusus untuk pakaiannya. Di dalam sana yang bisa Carla lihat hanyalah gaun, gaun, dan gaun. Tidak ada pakaian lain selain gaun yang super panjang hingga menutupi kakinya. Layaknya gaun yang semula dia kenakan. Selain itu, dia juga melihat sepatu, pakaian dalam dan aksesoris tambahan lainnya. Di etalase khusus yang terbuat dari kaca, Carla melihat ada begitu banyak perhiasan cantik yang belum pernah dilihatnya. Etalase itu terletak di tengah-tengah ruangan. Setelah melihat semua ini, Carla semakin merasa jelas bahwa dirinya memang tinggal di rumah ini bersama Cruz. Jadi... Ini semua adalah pakaian milik gadis pemilik tubuh ini? Carla melangkah secara perlahan dengan mata yang kini terus menatap sekeliling dengan begitu takjub, semua gaun yang dilihatnya terlihat mewah. Ini adalah pertama kalinya Carla melihat
Cruz melangkah masuk ke dalam kamar Carla yang berada dalam keadaan tidak terkunci. Dan di sana dia tidak melihat Carla maupun para maid yang dia perintahkan. Ruangannya kosong, dan menyadari hal itu membuat Cruz kebingungan. Pria itu lantas berjalan sambil terus menatap ke sekeliling. "Kemana dia pergi? Para jug maid tidak ada, apakah dia memutuskan untuk jalan-jalan? Tapi tidak mungkin." Cruz memonolog. Lelaki itu baru saja berbalik hendak melangkah pergi, namun langkahnya langsung terhenti saat kedua telinganya secara tidak sengaja mendengar suara Carla yang bergumam di balik layar tempat berganti pakaian. Cruz yang menyadari hal itu spontan terdiam dan menoleh ke arah dimana siluet Carla terlihat secara samar. Lelaki itu beranjak dari tempatnya, melangkah menghampiri suara yang dia dengar. "Aduh, pakaian ini benar-benar menyiksaku. Kenapa aku harus mengenakan pakaian seperti ini? Ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yang aku bayangkan, ternyata gaunnya tidak semudah itu un
"Hmph—!" Carla membelalakkan matanya begitu Cruz tanpa aba-aba mencium dan melumat bibirnya dengan begitu intens. Apa yang dia lakukan? Berengsek! Ternyata dia tidak ada bedanya dengan pria tadi. Carla membatin. Ia menggunakan kedua tangannya untuk mendorong dada bidang Cruz supaya menjauh darinya. Namun sial, tubuh pria itu terlalu kokoh. Bahkan tenaganya tidak terlalu kuat untuk melawannya. Sementara itu, Cruz yang menyadari adanya perlawanan dari Carla lalu mencengkram tangan wanita itu dan secara perlahan mendorong tubuhnya hingga berbenturan dengan tembok. Cruz mengurung tubuh mungilnya di antara kedua tangan kokohnya. Sementara bibirnya terus bergerak, bermain dengan mulut Carla yang mulai kewalahan menghadapi serangannya. Menyingkir dariku! batin Carla. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana, tubuhnya terkurung sementara lelaki itu terus menyerang bibirnya. Brakk! Suara pintu yang di buka mendadak membuyarkan perhatian mereka. Bersamaan dengan terbukanya pintu, Carla bisa
Hélie dan Susan yang menyadari hal itu mendadak bangkit dari posisinya, mereka menghampiri Carla kini sedang memegangi pelipisnya. “Tuan putri, anda baik-baik saja?” tanya mereka yang ikut khawatir dengan kondisinya.“Carla?” Cruz memanggil wanita itu sekali lagi, menatapnya sembari berusaha memastikan keadaannya baik-baik saja. Carla mendongak, beradu tatap dengan mereka yang tampak sangat mencemaskan dirinya. “Aku baik-baik saja, tapi bisakah kalian meninggalkan aku sendiri? Aku butuh waktu untuk merenung.”“Apa?”“Jangan ganggu aku untuk sementara waktu, aku sungguh ingin sendiri dulu.” Carla berusaha mengusir mereka secara halus.“Tapi&hell