Share

Kamu!

Pagi hari datang dengan cepat. Suara berisik di sebelah tempat tidurnya, membuat Sandra terbangun. Dirasakannya hawa dingin di kulitnya, membuatnya menarik selimut yang ada di tubuhnya semakin tinggi. Suara berisik di sebelahnya yang tak bisa diam dan malah semakin heboh, membuat Sandra membuka kedua matanya. Dia melihat orang lain yang tak dikenalnya lagi sedang duduk di sebelah tempat tidurnya sambil memegang sebuah buku.

Orang itu adalah seorang wanita yang berwajah manis dan berkacamata. Tersenyum ramah saat Sandra membuka kedua matanya.

“Sudah bangun, Nyonya?” tanya wanita itu sambil menutup bukunya dan menaruh buku itu di nakas sebelah tempat tidur.

‘Lagi, orang lain yang memanggilku dengan sebutan nyonya,’ pikir Sandra menatap wanita di hadapannya dengan datar.

“Kamu siapa?” tanya Sandra sambil menggosok lehernya karena dia merasa lehernya terasa sangat kering.

“Minum dulu, Nyonya,” balas Agatha sambil menyodorkan gelas berisi air dari atas nakas.

Sandra menatap Agatha curiga, tetapi mau tak mau mengambil gelas itu karena merasa sangat haus.

Agatha tersenyum saat Sandra akhirnya meminum air yang diberi olehnya.

“Saya Agatha, apa Nyonya tidak ingat?” tanya Agatha.

Sandra mengerutkan dahinya.

“Tidak ada yang aku ingat. Kalian pasti sedang menipuku,” tuduh Sandra.

“Menipu bagaimana, Nyonya?” tanya Agatha tetap santai.

“Kalian menciptakan skenario tentang kenyataan yang harus kupercayai. Aku akui, kalian benar-benar rapi memainkan dramanya. Sudah cukup, aku ingin pulang. Tempatku bukan di sini,” balas Sandra.

“Pulang? Di sini rumah Nyonya,” bantah Agatha.

Sandra menghela napas.

“Apa yang harus aku lakukan agar kalian mau memulangkanku? Apa perlu aku memanggil polisi?! Tindakan kalian ini berlebihan! Ini kejahatan, menculik dan menahanku di sini,” seru Sandra.

Agatha tersenyum.

Di mata Sandra, senyum Agatha terasa sangat mencurigakan.

“Kenapa kau tersenyum?” tanya Sandra sambil berusaha mundur menjauh dari Agatha.

“Nyonya ingin pulang kan? Baiklah, katakan itu sendiri pada Tuan Prakoso. Temui dia dan minta dia untuk memulangkan Nyonya. Bagaimana?” tawar Agatha.

“Maksudmu?” tanya Sandra bingung.

Menemui Tuan Prakoso yang katanya suaminya itu? Dalam hati, Sandra tak ingin sama sekali! Bagaimana jika setelah bertemu pun dia harus tetap tertahan di sini?

Tuan Prakoso, dari namanya saja seperti om-om, bagaimana mungkin Sandra mau menikah dengan lelaki seperti itu?

Kecuali dia sudah gila, itu baru memungkinkan.

Agatha berdiri tiba-tiba, membuat Sandra bingung.

“Bi Nilam, kemarilah!” teriak Agatha.

Tak lama kemudian, Bi Nilam berjalan masuk dengan langkah cepat.

Agatha menoleh pada Sandra dan tersenyum sambil menepuk tangannya.

“Nah, ayo kita bersiap, bertemu Tuan Prakoso!” seru Agatha sambil memegang lengan Sandra dan menyeretnya untuk masuk ke kamar mandi di kamar itu.

“Apa-apaan kalian!” teriak Sandra memberontak.

Tapi pegangan tangan Agatha dan Bi Nilam di kedua lengannya membuatnya tak berdaya untuk melarikan diri.

***

Setelah maghrib, Sandra dengan kebingungan penuh duduk di dalam mobil menuju lokasi acara diantarkan oleh sopir yang menunggunya tepat di depan pintu rumah.

Sejak pagi, dirinya sudah dimandikan, spa, menata rambut hingga make up semua dilakukan oleh wanita bernama Agatha.

Mungkin memang wanita itu berprofesi sebagai penata rambut sekaligus mua?

Sandra juga tidak tahu.

Ibu yang meminta dipanggil dengan sebutan Bi Nilam memakaikan gaun yang ternyata merupakan paket yang dikirim oleh kurir kemarin. Gaun yang katanya dari Tuan Prakoso yang mereka sebut suaminya itu.

Sandra melirik gaun yang saat ini dipakainya.

Dia kira akan seksi, ternyata malah gaun yang terkesan sangat tertutup dan anggun berwarna navy.

Di tangannya tergenggam clutch berwarna senada dengan aksen bulan sabit berwarna silver.

Kedua telinga dan lehernya dihiasi perhiasan silver yang berbentuk bintang, terlihat mungil namun cantik.

Kakinya mengenakan sebuah sandal berwarna silver yang walaupun tanpa hak tapi tetap terlihat mewah.

Agatha menata rambutnya dengan gaya French-braid half updo, gaya yang mengepang bagian atas rambut dan membiarkan sisa rambut di bawah terurai.

Sebenarnya dia tak peduli apa yang dia pakai dan bagaimana gaya rambutnya, karena sekali lagi, dia tak ingin datang ke acara ini!

Acara malam keakraban katanya? Kenapa orang yang katanya suaminya itu yang datang padanya, bukan dia yang harus datang ke acara ini demi bertemu lelaki itu!

Sandra menghela napas.

Walau dihias dengan indah dan memakai pakaian dan aksesoris mahal, dia tak ubahnya hanyalah tahanan.

Jadi percuma saja memakai semuanya, dia tak menikmatinya sama sekali.

Dalam hatinya ingin sekali memaki "Tuan Prakoso" yang disebut sebagai suaminya itu sebagai penculik.

Menahan orang lain di luar kehendaknya, apa lagi jika bukan penculik namanya?

Saat aku sampai di ruangan itu, dia diarahkan ke sebuah tempat duduk khusus yang tertulis "Nyonya Prakoso" tepat di sebelah tempat duduk dengan nama "Tuan Prakoso."

Tapi dia tak menemukan lelaki duduk di tempat duduk Tuan Prakoso itu.

Di meja yang bundar besar yang dikeliling enam tempat duduk itu, dia melihat tiga pasang suami istri.

Enam orang itu menyapa Sandra saat dia pertama kali datang.

"Nyonya Prakoso, datang sendiri?" tanya salah satu wanita yang terlihat anggun dengan rambut yang digelung dan kebaya membalut tubuhnya.

Sandra tak tahu apa yang harus dia lakukan karena dia sama sekali tak mengenal mereka.

Ketiga lelakinya memakai seragam TNI AL sedangkan dua wanitanya memakai pakaian resmi gaun dan kebaya.

Satu wanita, juga memakai seragam TNI AL.

Mungkin, itu adalah pasangan suami istri sesama tentara.

Tersenyum canggung, Sandra mengangguk ke arah mereka dan kemudian perlahan duduk.

Bingung, aku memutuskan untuk melihat ke arah panggung dimana sesorang sedang menyampaikan sambutan pembukaanya, sepertinya salah satu petinggi di sini.

Acara kemudian dilanjutkan dengan berbagai pertunjukkan.

Sandra melirik tempat duduk di sebelahnya yang masih kosong dengan tidak sabar. Kapan dia bisa bertemu dan berbicara dengan lelaki sialan itu!

Akhirnya Sandra memilih menatap gelas berisi cairan berwarna oranye yang ada di depannya.

Jus jeruk?

Dia mengambil gelas itu untuk meminumnya karena haus.

Ditambah dia begitu gugup dan perlu menenangkan diri di tengah-tengah manusia asing yang anehnya, sangat ramah padaku.

Namun gerakannya untuk meminum, terhenti di udara.

Sandra mendengar sebuah langkah kaki datang dan berhenti di tempat duduk milik 'suami'-nya itu.

"Kalian sudah datang lebih awal? Sayang, maafkan aku yang tak bisa datang bersamamu," ucap suara baritone yang terdengar seksi sambil mengusap puncak kepala Sandra dengan lembut.

Sandra yang sedang memegang gelas minuman, kesal bukan main menoleh dengan cepat untuk memaki lelaki itu.

Lelaki yang katanya suaminya itu.

Lelaki yang membuatnya harus menjalani ini semua.

Lelaki yang memisahkannya dengan keluarganya.

Lelaki yang membuatnya tak bisa bersama ibunya!

Seperti apa tampang lelaki itu?!

Tapi kemudian kedua matanya melebar dan dia terpaku, "Kamu?!"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status