Share

Chapter 002

Chapter 002 - Pertaruhan Kehidupan, Keputusan yang Menentukan

***

Shorang memulai serangan dengan berlari ke arah semut biru dan menebas ke arah mereka dengan pisau batunya yang tajam.

Beberapa semut biru berhasil dihindari oleh Shorang. Namun dari sisi berlawanan, semakin banyak semut biru yang datang dan menyerangnya.

Shorang menyadari bahwa dia harus memiliki strategi yang lebih cerdik untuk mengatasi serangan semut biru yang semakin banyak dan sulit dikalahkan.

Dia mencoba untuk melihat kelemahan musuhnya, mencari titik lemah yang bisa dimanfaatkan untuk mengalahkan mereka.

Setelah memperhatikan gerak-gerik semut biru, Shorang menyadari, meski memiliki sayap untuk membantu semut biru dalam bergerak, ternyata serangan mereka cukup lambat dan tidak akurat.

Shorang memanfaatkan kelemahan tersebut untuk menghindari serangan semut biru dan menyerang balik dengan pisaunya.

Dalam situasi yang semakin sulit, Shorang mulai memikirkan strategi untuk melawan semut biru.

Dia menyadari bahwa dia harus memanfaatkan kecepatan dan kelincahannya untuk menghindari serangan mereka.

Shorang mulai mengambil posisi bertahan dan melihat gerakan semut biru dengan cermat.

Dia membiarkan semut biru mendekat dan ketika semut biru sudah mulai berhadapan dengannya, Shorang dengan cepat menghindar dan menyerang mereka dari samping.

Pisau batu Shorang menghujam ke arah semut biru yang berhasil menghindar dari serangan awalnya.

Darah hijau berceceran, menandakan bahwa serangan Shorang telah mengenai semut biru tersebut dengan telak.

Di satu sisi, ketika semut biru lainnya mengeluarkan serangkaian serangan, Shorang dengan cepat menghindar dan menyerang dari belakang.

Strategi ini berhasil membuat mereka menjadi bingung dan kehilangan keseimbangan. Shorang kemudian dengan cepat menyerang dan berhasil menghabisi beberapa semut biru.

Shorang juga memanfaatkan lingkungan sekitarnya untuk membantu mengalahkan musuhnya.

Dia mencari lubang dan goa kecil untuk berlindung dari serangan. Dia juga menggunakan batu besar dan rerumputan di sekitarnya sebagai tameng untuk melindungi dirinya dari serangan mereka.

Meskipun semut biru memiliki jumlah yang lebih banyak, Shorang tidak menyerah dan terus bertarung.

Dia menghindari setiap serangan semut biru dan menyerang balik dengan pisaunya yang saat ini mulai terasa tumpul.

Meski merasa terpojok, dengan keahlian dan keberaniannya, Shorang berhasil mengalahkan sebagian besar dari musuhnya. Namun, semut biru yang tersisa semakin agresif dan mematikan dalam serangan mereka.

Pertarungan berlangsung sangat intens dan memakan banyak waktu.

Seiring berjalan hari tanpa diduga pisau batu yang digunakan oleh Shorang mulai melemah dan akhirnya patah menjadi dua bagian.

Shorang merasa putus asa karena senjatanya sudah tidak bisa dipakai lagi, dia harus bertarung dengan tangan kosong melawan semut biru yang semakin banyak dan ganas.

Cairan merah mengalir dari semua luka yang ada di tubuh Shorang, dia merasa semakin lemah dan terus diserang oleh semut biru dari segala arah.

Shorang berjuang sekuat tenaga, tetapi semut biru yang tersisa terus menggempurinya tanpa henti.

Dia mencoba berlari tapi luka-lukanya membuatnya lemas dan akhirnya jatuh ke tanah.

Saat Shorang merasa putus asa dan akan menyerah, dia mengingat sosok yang paling dia cintai dan tekadnya untuk menyelesaikan misi ini menjadi semakin kuat.

Dengan tekad yang keras, Shorang bangkit dan menerjang semut biru yang tersisa dengan pukulan tangannya yang kuat dan terus menerus.

***

Di tengah hutan rimbun terdapat sebuah pohon raksasa dengan batang yang besar dan lebar.

Namun, jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat sebuah celah kecil di batang pohon.

Sebuah tempat yang sama sekali tidak terduga, di mana manusia seukuran semut dapat menikmati minuman pilihan mereka dalam suasana pohon yang rindang.

Di celah yang tersembunyi itu, terselip sebuah bar kecil yang terbuat dari kayu dan daun-daun kering yang menjalar. Meja dan kursi-kursi yang dipajang terlihat sangat mungil jika diperhatikan dari jauh.

Di dalam bar yang ramai tersebut, Ray sedang asyik mengobrol dengan seorang teman lamanya, Victor. Mereka duduk dengan santai sambil menikmati minuman kesukaan mereka.

"Kau sungguh kejam Ray, kau membiarkan anak itu bekerja sendiri lagi." Viktor menegur Ray sambil meneguk segelas nektar dingin yang sudah di fermentasi.

Ray tetap bersikukuh dan menarik salah satu sudut bibirnya dengan tatapan sinis, "Biarkan saja dia."

Viktor merasa heran, "Kau tidak terlihat khawatir sedikitpun kepadanya," Ia mengangkat alisnya rendah.

Ray tidak terlihat khawatir dengan nasib Shorang dan berasumsi bahwa mengkhawatirkan seseorang yang akan mati adalah hal yang sia-sia.

Di sisi lain Viktor menegaskan bahwa Ray adalah Kepala Pencari terburuk yang pernah ia temui.

Ray tampak bangga dengan ucapan itu dan memberikan tantangan kepada Viktor, "Kenapa? aku berani bertaruh untuk itu."

"Kau sungguh ingin bertaruh denganku? apa yang akan kau pertaruhkan? setahuku kau selalu kalah dalam bertaruh." Viktor menjawab tantangan Ray sambil mengejeknya dengan fakta.

Ray tidak mau kalah, dia pun menawarkan taruhan yang cukup berbahaya, "Mataku kiriku, aku akan mempertaruhkan reputasiku, Seorang Rhunis bermata iblis. Kau tahu apa jadinya jika Ray Cornelio tanpa mata kirinya kan?"

"Kau selalu tidak main-main? Ya, tapi itu memang kau. Jadi kau mempertaruhkan kontrakmu? ya ya ya,  Mata kirimu memang sangat ditakuti, itu juga yang menjadi alasan kenapa para Keturunan Suci menjadikanmu sebagai salah satu kepala pencari di Dunia Bawah." Viktor memberikan pujian kepada Ray.

"Bagaimana? tawaran yang menjanjikan bukan?" Ray tersenyum bangga.

"Jadi apa taruhanmu?" Viktor bertanya dengan nada ragu.

"Aku bertaruh bahwa anak itu akan mati hari ini." Ray berkata tegas, sambil meneguk segelas nektar sampai habis tak tersisa.

Viktor merasa terkejut dan mengiyakan, "Ini taruhan yang menarik. Kalau begitu aku akan mempertaruhkan seluruh hartaku, untuk kematiannya juga."

Ray merasa taruhan tersebut kurang menarik dan mengusulkan taruhan lain, "Ini tidak seru. Bagaimana kalau begini, aku bertaruh anak itu akan tetap hidup. Dan aku bisa pastikan dia akan pulang kembali dalam keadaan utuh."

Viktor meragukan bahwa taruhan ini mungkin akan terlalu berisiko bagi Ray, tetapi Ray tetap bertahan dengan pendiriannya dan siap menerima apapun hasilnya.

Ray juga tertawa lepas sambil mengelap segumpal busa yang menempel di jenggot tipisnya.

*

Shorang menghela napas, ia menahan segala rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Kondisinya semakin memburuk dan ia mulai merasa kewalahan.

"Aaargh.. ini sangat merepotkan, Aku kehilangan tangan kananku," desisnya dengan napas tersengal-sengal. "Apa yang akan aku lakukan sekarang?"

Ia merasakan rasa pedih yang tiada tara saat melihat tangan kanannya tergantung dengan hanya menyisakan secuil daging dan tulang. Darah yang mengalir dari lukanya mengalir deras membasahi tanah.

Di depannya, ia melihat Semut Biru yang masih mengigit bagian yang tersisa dari tangannya, seolah-olah mengacungkan tangan itu sebagai kemenangan atas korbannya yang tak berdaya.

Shorang merintih dan berlutut di antara bangkai-bangkai semut biru yang telah ia kalahkan. Shorang menggenggam luka parah di tangannya dan berjuang untuk bernapas. Namun, semakin ia mencoba, semakin sulit untuk menghirup udara.

Dengan napas terengah-engah, Shorang berusaha terus melawan semut biru yang ada di dekatnya walaupun hanya mengandalkan tangan kirinya.

Shorang terus berjuang melawan serangan bertubi-tubi dari semut biru. Namun semakin lama semakin banyak semut biru yang datang menyerangnya, membuatnya semakin terluka dan lemah.

Suara jeritannya yang terputus-putus terdengar menusuk hati, sementara raut wajahnya yang semakin kesakitan mencerminkan kehilangan harapan yang dalam. Meskipun begitu, ia masih bertahan dalam pertempuran yang gelap dan tidak kunjung berkesudahan tersebut.

Shorang terus melawan para semut biru yang semakin mengganas, meskipun rasa sakit dan kelemahan sudah merasuki tubuhnya. Akan tetapi semut-semut itu terus menyerang berkelompok dan akhirnya berhasil mematahkan kakinya.

Shorang terjatuh ke tanah dengan tubuhnya yang lemah dan penuh luka.

Darah segar mengalir dari luka-lukanya.

"Sudah cukup," gumam Shorang dengan suara yang hampir tidak terdengar

Kali ini, tidak ada lagi semangat juang dalam suaranya.

Ia merasa kehilangan harapan dan semakin terpuruk dalam keputusasaan.

"Aku tak sanggup lagi melawan mereka."

Langit yang mendung perlahan mulai menangis, seolah memahami rasa sakit yang dirasakan oleh remaja itu.

Namun, di balik tatapan lelah ia miliki, terdapat satu keinginan terbesar yang selama ini menyelimuti pikirannya.

"Benar, Inilah tujuan terbesarku di dunia ini. Sesuai janjiku padamu."

Petir menyambar, guyuran hujan merajarela.

"Aku berharap dapat menemuimu di sana, Irra" ujarnya, dengan napas terakhir yang tersisa.

Shorang berbicara dengan suara serak yang penuh kesedihan dan putus asa. Ia menyadari bahwa satu-satunya cara agar ia bisa kembali bertemu dengan Irra adalah melalui kematian.

Namun, Shorang tidak ingin mati dengan sengaja karena ia tahu, Irra tidak akan menyukainya.

Oleh karena itu, ia lebih memilih mati dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Rhunis sehingga hidupnya akan menjadi lebih berarti karena ia telah berjuang dengan berani untuk memenuhi tugas hidupnya.

Semua perjuangan dan pengorbanannya telah berakhir di sana, di tengah-tengah koloni Semut Biru yang ganas dan kejam.

Shorang tersenyum tenang, menyerah pada takdirnya. "Aku sudah lelah dengan ini semua. Kumohon biarkan aku beristirahat sejenak," pinta Shorang sebelum akhirnya menutup mata dan melepaskan napas terakhirnya.

Tidak lama kemudian, seluruh semut di sekitarnya menerkam Shorang dengan ganas, merobek-robek tubuhnya, dan memakannya dengan rakus.

Tak ada yang tersisa dari Shorang, kecuali sisa-sisa pakaiannya yang berserakan di tanah. Darahnya menjadi saksi bisu akan tempat ini, Di mana ia pernah bertarung untuk bertahan hidup dalam medan yang berat dan sunyi.

Sebuah perjuangan yang melatih keberanian dan ketahanan, Meninggalkan jejak kisah hidup yang tak akan terlupakan oleh waktu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status