Pak Rian turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Verlyn. "Turunlah perlahan, Nona."
"Oke, terima kasih!" Verlyn turun dan menatap gedung tinggi yang berada di depannya sekarang yang terlihat mengkilap akibat terkena pantulan sinar matahari."Gedungnya sama megah dan besarnya dengan perusahaan Kizen milik Ayah!" pujinya. Verlyn melangkah masuk ke dalam gedung tersebut di ikuti pengawalnya dari belakang sedangkan Pak Rian menunggu di dalam mobil.Verlyn menghampiri meja resepsionis untuk bertanya perihal janjinya bertemu Kayn dengan sekretaris disana.Wanita berambut coklat muda yang di sanggul rapi tersebut tersenyum dan mengucapkan salam kepada Verlyn. "Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?""Ah–saya memiliki janji temu dengan Tuan Kayn, hari ini. Saya harus menunggu dimana, ya?" balas Verlyn.Wanita di depannya tersebut tampak bingung sekilas. "Mohon tunggu sebentar ya, Nona." Wanita tersebut menelepon seseorang untuk bertanya perihal janji pertemuan seseorang dengan Tuan Kayn.Wanita itu tampak terkejut, bahkan setelah melihat beberapa pria tinggi dan besar di belakang Verlyn. Dia menutup telepon dan langsung membungkukkan badannya kepada Verlyn, membuatnya heran melihat tingkah wanita di depannya itu"M–maafkan saya! Saya hampir membuat kesalahan besar karena tidak–mengenali Anda, Nona Verlyn! Putri dari Tuan Presdir Kaze," ujar wanita itu dengan nada gugup dan ketakutan."Eh–" Verlyn semakin heran dan hanya membalas dengan anggukan. "T–tidak apa-apa. Saya tidak terbiasa juga di perlakukan khusus, kok. Sudahlah," balas Verlyn menenangkan wanita tersebut.Tiba-tiba datang seorang pria yang tengah berlari dengan menggunakan setelan formal yang menggunakan jas berwarna abu-abu dan celana hitam ke arah Verlyn dan wanita di depannya.Setelah sampai di tempat, pria berambut kuning dengan bola mata berwarna coklat tersebut ikut membungkuk seperti wanita tadi."Tolong maafkan perilakunya tadi, Nona Verlyn! Dia sedang dalam masa percobaan disini dan saya malah meninggalkannya seorang diri di hari yang penting ini. Maafkan saya!" ujar pria tersebut.Kini di depan Verlyn ada dua karyawan yang membungkukkan badannya karena mengira mereka melakukan kesalahan yang Verlyn saja tidak mengetahui letak kesalahan mereka dimana.Para karyawan lain menatap Verlyn dan ada yang berbisik setelah melihat ada dua rekan kerja mereka yang membungkukkan badannya di depan seseorang yang bukan atasan mereka.'Kenapa aku malah menjadi sorotan disini?!'Verlyn berusaha berpikir cepat apa yang harus dia lakukan di situasi ini. Dia berdeham dan mengangguk, berusaha bertindak seperti profesional. "Tidak apa-apa. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Angkatlah badan kalian dan anggap ini sebagai pelajaran untuk kedepannya," ujar Verlyn dengan tenang."Terima kasih atas kebaikan hati Anda, Nona!" ujar kedua karyawan itu bersama dan mengangkat kembali badan mereka."Iya, tidak masalah. Kita harus saling memaafkan, bukan?" Verlyn tersenyum lembut ke arah mereka.'Apa aku sudah melakukannya dengan benar? Aku harap sih, yes!'"Mari, saya antar ke ruang perjamuannya, Nona," ajak pria tersebut.Verlyn mengangguk dan belum saja melangkahkan kaki, karyawan yang sedari tadi memperhatikan Verlyn, tiba-tiba pergi begitu saja setelah seorang pria baru saja datang dan menghampiri mereka."Ada apa berkumpul disini?" tanyanya dingin.Verlyn menoleh dan terkejut melihat pria tampan tinggi yang berpenampilan rapih dengan jas hitam yang membuat auranya semakin kuat. 'Siapa pria tampan ini?'"Selamat datang, Tuan Kayn. Saya ingin mengantar Nona Verlyn yang sudah memiliki janji untuk bertemu dengan Anda ke ruangan VVIP," jelas pria itu.Kayn melirik ke arah Verlyn dengan tatapan dingin, membuat Verlyn langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Baiklah, Faron. Aku akan ke ruang kerjaku dulu. Menunggu sebentar tidak apa-apa kan, Nona–Verlyn?"Verlyn mengangguk, berusaha untuk tenang dan tidak gugup. "Ya, aku akan menunggu di ruang perjamuan," jawab Verlyn.Kayn melangkah pergi meninggalkan mereka sedangkan Verlyn dan yang lainnya pergi menuju ruang perjamuan yang di katakan Faron tadi.Setelah sampai di dalam ruang perjamuan, Faron membungkukkan badannya dan izin pergi, tetapi Verlyn menahannya. "Namamu, Faron–ya?" tanyanya.Faron mengangguk. "Benar, Nona. Apa ada yang Nona butuhkan?""Tidak, terima kasih sudah mengantarku dan para pengawalku sampai kesini," jawab Verlyn."Ini sudah tugas saya, Nona. Terima kasih untuk pujiannya, saya izin pergi," balas Faron sembari membungkukkan badannya sedikit.Verlyn mengangguk dan membiarkan Faron pergi sedangkan dia langsung duduk di sofa berwarna hitam yang empuk lalu melepas tas selempangnya dan menyandarkan dirinya ke sofa tersebut."Mengapa hari ini terasa berjalan sangat lambat," gumam Verlyn."Nona sudah melakukan yang terbaik," ucap salah satu pengawal yang berdiri di sebelah sofa.Verlyn menoleh ke arah pengawal tersebut. "Terima kasih! Perkataan membuatku merasa lebih baik, Farga!"Farga mengangguk senang. Selagi menunggu Kayn datang, Verlyn menyempatkan diri berbincang dengan para pengawalnya yang lain. Mereka bernama Divan, Saron dan Regi."Senang sekali aku mengobrol dengan kalian, terima kasih kalian sudah mau menemaniku di pertemuan ini," ungkap Verlyn senang."Ini sudah tugas kami, Nona!" ujar Divan dan Regi kompak."Jika ada yang berbuat jahat pada Nona, bilang saja kepada kami!" Farga bersemangat.Saron mengangguk setuju. "Kami akan selalu melindungi Anda, Nona."Verlyn merasa terharu dengan perkataan dan semangat mereka. Di saat Verlyn dan yang lainnya asik melanjutkan perbincangan mereka, pintu ruangan terbuka. Kayn melangkah masuk, di temani oleh seorang pria berambut kuning dan menggunakan kacamata berwarna hitam yang tertulis Rainon di kartu namanya."Apa kau menunggu lama, Nona?" tanya Kayn sopan.Verlyn tersenyum dan menggeleng. "Tidak, aku menunggu disini sembari berbincang dengan para pengawalku. Terima kasih sudah bertanya."Kayn duduk di sofa depan Verlyn. "Aku akan berbincang dengan Nona Verlyn, kau bisa pergi sekarang."Rainon mengangguk dan memberikan sebuah berkas kepada Kayn dan melangkah keluar. Verlyn mengerti maksud Kayn dan menoleh ke arah Farga, Divan, Saron dan Regil di yang berada di belakangnya."Kalian, tunggulah di luar. Aku akan berbincang dengan Tuan Kayn sebentar," ujar Verlyn.Mereka mengangguk dan menuruti perintah Verlyn untuk keluar dari ruang perjamuan.Salah seorang pelayan masuk dan memberikan secangkir teh panas kepada Verlyn dan Kayn lalu membungkukkan badannya sebelum melangkah keluar dari ruang perjamuan."Baiklah, kita mulai dari mana, sekarang?" Verlyn memulai pembicaraan.Kayn terdiam sembari menyeruput teh di depannya dan tidak menatap Verlyn sama sekali. Dia menaruh kembali cangkir berwarna emas itu dan menatap Verlyn."Nama saya Kayn Deon Viondra, Anda pasti sudah tahu–kan? Verlyn Carlveria Alreo," ujar Kayn dingin."Ah–haha, ya. Anda benar mengeja nama saya." Verlyn mengambil cangkir teh di depannya lalu menyeruput teh tersebut secara perlahan."Saya tidak akan bicara banyak." Kayn membuka berkas yang diberi oleh Rainon dan menyodorkannya kepada Verlyn di meja."Batalkan perjodohan ini dan Anda akan mendapat ganti dan keuntungan yang lebih besar."Verlyn terkejut setelah mendengar perkataan Kayn tadi dan hampir tersedak setelah meminum teh yang sekarang dia pegang. "Saya tidak salah–dengar, kan?" Verlyn memastikan.Kayn menggeleng. "Tidak, Anda mendengar dengan baik. Anda bisa melihat kertas yang berada di meja depan Anda. Itu berisi tentang perjanjian yang akan saya berikan apabila Anda mau membatalkan pertunangan ini."Verlyn menaruh cangkir di meja. "Beri saya waktu untuk membaca isinya dulu."Kayn mengangguk dan membiarkan Verlyn untuk melihat isi kertas tersebut dengan teliti. Baru saja Verlyn membaca paragraf pertama, dia tiba-tertawa"Kau hanya memberiku segini? Yang benar saja, rugi dong! Hahaha," ujar Verlyn sembari tertawa.Kayn keheranan dengan reaksi wanita di depannya sekarang, seolah isi dari kertas tersebut hanya sebagai candaan saja baginya."Anda bisa mendapatkan keuntungan hingga satu juta dolar per–tahun, jika saya memberikan perusahaan-perusahaan tersebut secara cuma-cuma kepada Anda," jelas Kayn."Hahaha, a
Kayn langsung bangkit dan sedikit menjauh dari Verlyn setelah mendengar perkataan Verlyn. Entah apa yang ada di pikirannya sampai berani mengatakan hal seperti itu."Cukup mengejutkan kau wanita seperti ini, Nona Verlyn," puji Kayn.Verlyn menggeleng. "Kau benar, aku seperti ini hanya kepada seseorang yang aku sukai–saja." Verlyn bangkit dan melangkah kembali mendekati Kayn."Apa yang ingin kau lakukan lagi padaku, Nona Verlyn?" tanya Kayn dengan nada dingin."Aku suka padamu, saat pandangan pertama! Bukankah ini seperti pernyataan cinta?" ujar Verlyn sembari tersenyum.Kayn menatap Verlyn kesal. "Sebelum menyatakan cinta kepada seseorang, seharusnya kau memikirkan terlebih dulu apakah itu benar rasa cinta atau hanya rasa kagum sementara." Kayn melangkah melewati Verlyn yang ada di depannya dan pergi ke arah pintu.Verlyn membalikkan badannya. "Lihatlah sifat arogannya itu, aku sangat menyukainya!" Verlyn pergi ke sofa untuk mengambil tas selempangnya dan ikut melangkah keluar dari ru
Kayn mengernyitkan dahinya setelah melihat Verlyn yang sedang duduk di sebelah Villian dan tersenyum polos, seolah tidak ada masalah di antara mereka."Kita bertemu lagi! Dunia ini memang–sempit–ya, Tuan Kayn!" ujar Verlyn senang.Verlyn bangun dan memeluk lengan Kayn. "Atur ekspresimu, Tuan! Ini demi dirimu juga," ucap Verlyn pelan dan kembali tersenyum ke arah Khalix dan Villian.Kayn memasang senyuman terpaksa di wajahnya dan mengangguk. "Iya, Nona Verlyn. Aku harap kita bisa sering bertemu–seperti–ini, ya!" balas Kayn dengan nada senang yang di paksakan.Walau Verlyn tahu Kayn terpaksa mengatakan itu untuk dirinya sendiri, tapi Verlyn merasa bahagia dan memeluk lengan Kayn dengan lebih erat, membuatnya merasa semakin tidak nyaman."Bisa kau lepaskan pelukkanmu, itu? Aku merasa tidak nyaman!" ucap Kayn pelan."Kau tidak jago akting ya, Tuan?" balas Verlyn pelan."Ibu jadi teringat masa muda saat melihat kalian," ujar Villian, membuat Verlyn dan Kayn langsung menoleh ke arah Villian
"A–apa, maksudmu?!" ujar Verlyn sedikit menjauh dari Kayn.Kedua pipi Verlyn menjadi merah seketika setelah Kayn berbisik di dekat telinganya. Kayn melipat kedua tangannya dan terdiam memperhatikan Verlyn dengan tatapan dingin, menunggu penjelasan Verlyn yang tampak sedang gugup di depannya sekarang."Mengaku saja, kau–orang–mesum, kan?!" tanya Kayn dengan nada sedikit tinggi.Verlyn menggelengkan kepala dengan cepat. "Tidak, kau–salah! Sudah aku bilang, aku hanya mengantarkan makan siang untukmu dan ingin meminta maaf soal–""Perkataanmu di taman, tadi?" potong Kayn.Verlyn mengangguk pelan dan menoleh ke arah Kayn. "Kau ingin aku, apa? Akan aku kabulkan itu, kecuali jika kau meminta untuk membatalkan perjodohan ini. Aku–tidak–mau," ujar Verlyn sambil menggelengkan kepalanya di akhir kalimat.Kayn menghembuskan napasnya dan menatap tajam ke arah Verlyn. "Sudahlah, lupakan saja. Kau keluar sekarang, aku–merasa–tidak–nyaman jika kau berada di dekatku," ujar Kayn.Verlyn terdiam sebenta
"Apa, sudah–datang? Aku ingin memesan sesuatu, lagi," ujar Verlyn dengan nada sedikit kesal setelah duduk di kursinya.Farga, Divan, Saron dan Regi saling bertatapan heran mendengar ucapan Verlyn dan melihat seorang 'waiter' datang menghampiri mereka di belakang Verlyn. "Baru saja sampai, Nona," balas Farga.Seorang pelayan pria dengan rambut berwarna kuning datang membawa pesanan mereka dengan menggunakan gueridon, kereta dorong yang berfungsi untuk mengantarkan makanan kepada pelanggan yang memesan banyak makanan.Pria tersebut berhenti di dekat meja yang di tempati Verlyn dan membungkukkan badannya sedikit. "Pesanan atas nama, Pak Rian dengan nomor meja 14, benar?" tanya pelayan pria tersebut.Pak Rian mengangguk dan pelayan pria tersebut pelan-pelan menaruh pesanan-pesanan mereka di atas meja. Saat hendak pergi, Verlyn memanggilnya. "Tunggu, aku ingin menambah pesananku, lagi."Pria tersebut mengangguk dan siap mencatat menu yang ingin Verlyn pesan. "Aku ingin memesan Steak buldak
Pria berpakaian hitam dengan rambut berwarna hitam dan melangkah keluar dari balik dinding. Dia melepas kacamata hitamnya dan melangkah mendekati Verlyn lalu membungkukkan badannya."Saya meminta maaf atas perilaku adik–saya kepada Anda, Nona Verlyn!" ujar pria tersebut.Verlyn menghembuskan napasnya dan menatap tajam ke arah pria di depannya. "Angkat badanmu, Farga," perintah Verlyn.Farga mengangkat badannya dan tetap menunduk, dia tidak berani menatap mata Verlyn yang berada di depannya sekarang.'Warna yang sama dengan mata milik wanita bernama Gwen, itu. Kenapa aku bisa tidak menyadari, itu?' batin Verlyn."Jika Nona hendak memecat saya dari pekerjaan ini, saya–akan–menerimanya. Ini kesalahan saya, karena tidak–bisa–mendidik adik saya dengan, baik," ujar Farga."Ini bukan–kesalahanmu, tapi.." Verlyn menepuk pelan pundak Farga dan mendekat. "Sebagai bayarannya, kau harus memberikan segala informasi soal apa yang di rencanakan adikmu–dengan–temannya–itu, kepadaku. Sepakat?" bisik Ve
"Selamat pagi, Nona Verlyn!" sapa para karyawan setelah Verlyn melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan Kizen, gedung tinggi berwarna hijau army yang mengkilap."Pagi juga–semua, semangat untuk kerja hari, ini!" balas Verlyn lalu melangkah masuk ke dalam lift, di ikuti oleh seorang wanita berkacamata yang adalah sekretarisnya, Fayyara.Setelah pintu tertutup, lift mulai bergerak menuju lantai lima belas. Sembari menunggu, Verlyn memainkan ponselnya."Nona, hari ini Anda tidak lupa dengan rapat dengan para ketua divisi jam sebelas siang nanti, kan?" tanya Fayyara, seorang wanita dengan rambut berwarna coklat tua di gulung rapi dan bola mata berwarna coklat muda."Eh? Oh–ya! Aku ingat," jawab Verlyn sedikit kaget.Fayyara menatap heran kepada atasannya itu. "Jawaban Nona telihat–tidak, meyakinkan," ujar Fayyara.Verlyn menghela napasnya. "Kau sudah mengenalku selama–dua–tahun, Fayyara. Kenapa kau menanyakan hal yang sudah pasti kau tahu, menyebalkan."'Sial, aku lupa kalau hari ini ad
"Saya rasa itu rapat tercepat yang pernah Anda selesaikan, Nona," ujar Fayyara setelah melangkah keluar dari ruang rapat.Verlyn tersenyum bangga lalu memencet tombol pintu lift khusus untuk dirinya. "Aku berterima kasih jika–itu–sebuah–pujian," balas Verlyn lalu melangkah masuk ke dalam lift dan memainkan ponselnya.Pintu lift tertutup dan bergerak kembali menuju ke lantai lima belas."Nona, ada yang ingin saya, tanyakan," ujar FayyaraVerlyn mengangguk sembari masih memainkan ponselnya. "Tanyakan, saja.""Bagaimana Nona–bisa–tahu soal rapat tadi akan membahas tentang pengeluaran uang perusahaan yang tidak tercatat di laporan–pengeluaran–uang?" tanya Fayyara."Oh, soal–itu.." Verlyn mematikan ponselnya. "Saat aku mengecek laporan yang kau berikan, ada salah satu laporan yang membahas soal pengeluaran–uang–perusahaan. Jarang sekali ada laporan yang membahas tentang hal itu, jadi aku berpikir mungkin masalah itu yang akan di bahas di rapat, tadi," jelas Verlyn panjang lebar."Jika saya